Unduh Aplikasi
8.73% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 9: Chapter 9 Mereka Menyebutnya Seorang Budak

Bab 9: Chapter 9 Mereka Menyebutnya Seorang Budak

Tu.... Wa... Ga...

Aku bekerja kayak gini selama dua minggu dan berhasil mendapatkan 40 silver, yang mana itu artinya bahwa aku akhirnya mendapatkan kembali apa yang kulemparkan pada Motoyasu dihari dia menghianati aku, ditambah sedikit tambahan.

Sesuatu tentang itu terasa menyesakkan. Maksudku, kekuatan seranganku sangat membatasi tempat-tempat yang bisa ku kunjungi.

Aku nggak terluka, tapi suatu kali aku mencoba mengunjungi hutan.

Kupikir itu adalah seekor Red Balloon. Aku menyerangnya dengan tangan kosong, dan dia menyerang balik. Aku memukulinya selama 30 menit atau lebih, tapi dia nggak menunjukkan tanda-tanda melemah. Hal itu menghancurkan suasana hatiku, dan aku meninggalkan hutan dengan kepala tertunduk lesu.

Itu artinya bahwa aku gak bisa meninggalkan area ini, dan oleh karena itu dipaksa untuk leveling disini, yang mana kulakukan selama 2 minggu. Pada akhinya aku mencapai level 4. Aku bertanya-tanya sudah sampai level berapa para pahlawan yang lain. Aku nggak mau berpikir tentang hal itu.

Masih ada seekor Red Balloon yang menggigit lenganku. Dia terus dan terus melakukannya, seolah dia bisa melihat tulang atau semacamnya. Aku pergi ke hutan diawal minggu. Aku sudah naik level sejak saat itu. Aku mencoba memukul balloon itu.

Clang!

"Sigh..."

Seranganku masih terlalu rendah.

Kalau seranganku rendah, aku nggak bisa berburu monster.

Kalau aku gak bisa berburu monster, aku gak bisa dapat poin EXP.

Kalau aku gak dapat poin EXP, aku gak bisa menaikkan seranganku.

Sialan! Nggak ada ujungnya ini. Aku berjalan di gang sempit dibelakang restoran. Itu mengarah ke padang rumput.

Tapi hari ini gak kayak hari yang biasanya.

"Kau kayaknya kebingungan, tuan."

"Huh?"

Seorang pria aneh memanggilku dari gang tersebut. Dia mengenakan topi sutra dan mantel berekor. Dia adalah seorang pria yang aneh, sangat gendut dan memakai kacamata.

Dia nggak kelihatan cocok dengan dunia ini, yang mana jauh lebih mirip dengan Abad Pertengahan. Jadi dia sangat mencolok dari sekelilingnya. Memutuskan bahwa itu lebih bijak untuk mengabaikan dia, aku bergegas lewat.

"Kau butuh orang."

Aku berhenti berjalan. Dia tau pasti apa yang harus dikatakan untuk membuatku berhenti.

"Itu sebabnya kau nggak bisa memburu monster yang lebih kuat."

Segala yang dia katakan membuatku jengkel.

"Aku nggak yakin apa hal itu ada hubungannya denganmu."

"Kalau aku membantu perekrutan, kau mungkin masih punya peluang."

Aku nggak punya dana ataupun keingingan untuk menyewa seorang kapitalis serakah.

"Anggota party? Ahaha, bukan. Aku akan memberimu sesuatu yang jauh lebih berguna."

"Misalnya?"

Pria itu mendekat ke sampingku.

"Tertarik?"

"Jangan dekat-dekat, kampret."

"Ahaha. Aku suka kau, bocah. Baiklah kalau begitu, aku akan memberitahumu."

Pria itu membusungkan dadanya, tampak seperti sangat penting, memutarkan tongkat jalannya, "SEORANG BUDAK!"

"Seorang budak?"

"Ya, seorang budak."

Seorang budak.... apaan itu? Kudengar mereka memang ada di dunia nyata, tapi sekarang mereka muncul waktu ke waktu didalam game dan manga (tipe game dan manga dimana seseorang dipanggil ke dunia lain).

Kalau dibilang secara blak-blakan, itu artinya kau bisa memiliki otang lain, lebih seperti seseorang menjadi properti pribadi, dan kau bisa memaksa mereka melakukan pekerjaan fisik untukmu. Yang ada bayanganku mereka itu dicambuki.

Yang jelas, para budak adalah mahluk hidup.

Apa ini artinya bahwa para budak dibawa dan dijual disini?

"Mereka nggak berbohong, dan mereka nggak menghianati tuan mereka."

Hmm...

"Para budak berada dibawah kutukan yang kuat. Jika mereka menentang atau menghianati tuan mereka, mereka harus membayar dengan nyawa mereka."

"Hmmm..."

Sekarang ceritanya menjadi semakin menarik.

Kalau mereka membangkang, mereka mati. Dalam arti tertentu, itulah tepatnya yang kucari, seseorang yang nggak akan memanfaatkan aku, dan seseorang yang nggak memiliki pemikiran-pemikiran licik.

Seranganku sangat lemah. Aku butuh seseorang untuk membantuku. Tapi orang menghianatimu, jadi aku nggak mau membayar mereka. Aku nggak mau siapapun membantuku. Tapi seorang budak nggak akan menghianati aku karena penghianatan artinya kematian.

"Bagaimana menurutmu?"

"Boleh juga."

Dia tersenyum. "Lewat sini, tuan."

Dia memanduku berjalan di sebuah gang, dan segera aku sejumlah orang yang berantakan dan terlihat berbahaya. Udaranya dipenuhi dengan teriakan agresif dan suara-suara sesuatu yang rawan pecah hancur. Lebih dari itu, ini baunya mengerikan.

Rupanya dunia ini punya sisi buruknya juga.

Saat ini sudah malam, tapi nggak ada lampu ditempat kami berada. Kami berjalan ke sudut, dan disana, di ujung gang ada sesuatu seperti tenda sirkus.

"Disini, tuan."

"Uh huh..."

Si pedagang budak berjalan disertai udara mengerikan disekitar dia. Itu adalah sesuatu seperti melompat-lompat, tapi dia menghabiskan lebih banyak waktu di udara. Dia memanduku kearah tenda, dan menarik penutupnya.

"Ayo selesaikan ini dimuka. Kalau kau menipuku..."

"Ah, iya... hukuman balloonmu cukup terkenal di kota. Kau akan menyebabkan keributan lalu kabur, eh?"

Jadi orang-orang mulai membicarakan tentang aku. Nggak masalah. Itu adalah cara yang bagus untuk menghukum kelompok orang jahat, dan aku nggak akan terkejut kalau hal itu membuatku terkenal.

"Sejujurnya, ada orang-orang yang menginginkan seorang Pahlawan, seperti dirimu, sebagai budak untuk mereka. Aku awalnya mendekatimu dengan tujuan itu didalam benakku, tapi kemudian aku mulai berubah pikiran."

"Maaf?"

"Yah, kau punya semua kualifikasi dari seorang klien yang bagus. Semua kualifikasi: bagus serta buruknya."

"Apa maksudmu?"

"Aku penasaran apa yang kumaksudkan?"

Orang ini licin kayak belut. Apa yang dia mau dariku?

Ada dentangan logam, dan kemudian sebuah pintu yang terlihat berat terbuka.

"Woah..."

Bagian dalamnya redup, dan aroma busuk yang samar-samar bisa tercium di udara. Aku juga mencium aroma hewan. Ini nggak kayak sebuah tempat yang sangat bagus.

Ada sejumlah kurungan di ruangan ini, dan bentuk seperti manusia bergerak didalam kurungan-kurungan tersebut.

"Nah sekarang, yang ini, sebelah sini, aku bisa merekomendasikan yang sangat bagus padamu."

Aku bergerak mendekati kurungan yang dia tunjuk dan melihat kedalamnya.

"Guoooow... Gah!"

"Itu bukan seorang manusia!"

Didalamnya adalah sesuatu... sesuatu yang tertutupi bulu tebal, serta taring dan cakat tajam.

Gampangnya, itu tampak seperti seorang werewolf, dan dia melolong sama seperti yang kau bayangkan.

"Itu adalah seorang manusia-hewan. Disini, kami menganggap mereka, dalam rasa hormat paling tinggi, orang."

"Seorang manusia-hewan?"

Aku memahami pemikiran itu, karena karakter-karakter manusia-hewan cukup sering muncul didalam game-game fantasi.

"Aku sadar bahwa aku adalah seorang pahlawan, tapi aku masih nggak tau segala sesuatu tentang tempat ini. Bisakah kau memberitahuku lebih banyak lagi tentang hal itu?"

Nggak seperti para pahlawan yang lain, aku betul-betul gak tau apapun mengenai tempat ini. Aku bahkan nggak tau apa yang seharusnya kuketahui.

Saat aku berjalan di koya, aku melihat beberapa orang terkadang memiliki telinga "anjing" atau telinga yang seperti kucing dikepala mereka. Setiap kali aku melihat mereka, aku menyadari bahwa aku betul-betul berada didalam sebuah dunia fantasi. Tapi jumlah mereka nggak terlalu banyak.

"Kerajaan Melromarc cenderung menganggap manusia sebagai mahluk berperingkat lebih tinggi daripada tipe-tipe mahluk lain. Itu bisa jadi sebuah tempat yang sukut bagi para manusia-hewan dan demi-human untuk tinggal."

"Huh..."

Memang betul, aku melihat para demi-human dan manusia-hewan di kota, tapi, seperti yang dikatakan si penjual budak, mereka biasanya adalah para petualang atau pedagang keliling. Jadi itu terdengar seperti mereka mendapat diskriminasi, dan hanya bisa mendapatkan pekerjaan tingkat yang lebih rendah.

"Ok, nggak masalah. Tapi apa tepatnya para manusia-hewan dan demi-human ini?"

"Demi-human terlihat sama persis dengan manusia dari luarnya, tapi mereka memiliki beberapa perbedaan didalamnya. Mereka dianggap tipe manusia. Manusia-hewan secara teknis adalah tipe demi-human, jenis yang memiliki karakteristik seperti-hewan yang sangat kuat."

"Dimengerti. Jadi mereka berada dalam kategori yang sama."

"Itu benar. Dan karena para demi-human di negara ini dianggap satu langkah lebih jauh dari para monster, sulit bagi mereka untuk hidup disini, dan mereka sering berakhir dijual pada perbudakan."

Kurasa setiap dunia memiliki sisi gelapnya. Dan karena mereka secara teknis bukanlah manusia, mereka sangat cocok untuk perbudakan disini.

"Jadi begitulah, dan para budak ini memiliki fitur khusus..." Si penjual budak menjentikkan jarinya keras-keras. Saat dia melakukan hal itu, sebuah aura magis muncul disekitar tangannya, dan pada saat yang sama, suatu bentuk pada dada si werewolf mulai bersinar.

"Arrrgggh! Awooo! Awooo!"

Si werewolf mulai melolong kesakitan, seolah sesuatu menekan dadanya. Si penjual budak menjentikkan jarinya lagi, dan sesuatu yang menyala di dada si werewolf perlahan memudar.

"....Menghukumnya semudah menjentikkan jarimu."

"Enak sekali," bisikku, mataku mengarah pada si werewolf yang sekarang telentang menghadap keatas di lantai kurungan tersebut. "Bisakah aku melakukan itu juga?"

"Tentunya. Itu bahkan bisa diatur sehingga sentakan jari nggak diperlukan. Itu bisa bekerja langsung pada Status Magic milikmu..."

"Huh..."

Kayaknya itu enak banget.

"Akan tetapi, sebuah upacara diperlukan. Informasi si pemilik harus dibagikan dan diserap oleh si budak."

"Jadi si budak bisa selalu memahami niat si pemilik?"

"Otakmu encer juga."

Si penjual budak menunjukkan senyum sinis.

Dia membuatku nggak nyaman.

"Kedengarannya nggak masalah buatku. Berapa harganya yang ini?"

"Yah kau pasti mengerti seberapa bergunanya seorang manusia-hewan dalam pertarungan. Tentunya hal ini mempengaruhi harganya."

Gak diragukan lagi, gosip mengenai keuanganku telah mencapai telinga pria ini. Dia bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Aku nggak akan membuang-buang uang. Pikirkan tentang ini: dia tau aku dalam masalah, dan dia mendekati aku. Ada peluang yang besar dia akan mencoba menipuku.

"Gimana kalau 15 keping gold?"

"Aku nggak tau apa-apa mengenai harga pasar, tapi aku mengasumsikan kau memberiku tawaran yang bagus?"

1 keping gold bernilai sekitar 100 keping silver.

Ada alasan raja menyediakan dana kami dalam bentuk silver, bukannya gold. Keping gold bernilai sebanyak itu sehingga gold sangat sulit untuk pertukaran. Jauh lebih mudah untuk jual beli menggunakan silver, dan juga perdagangan di kota mayoritas menggunakan silver, bukan gold.

"Tentu saja."

"...."

Aku terdiam, dan si penjual budak tersenyum.

"Kau tau bahwa aku nggak bisa membayar segitu, jadi kau mulai dengan yang paling mahal, kan?"

"Ya, aku bisa bilang kau akan menjadi seorang pelanggan yang bagus. Aku akan jadi pebisnis melarat kalau aku nggak memulai dengan barang terbaik kami."

Orang ini licin kayak belut.

"Silahkan lihat informasi budak ini."

Dia mengulurkan sebuah krital kecil padaku. Aku melihat sebuah ikon yang menyala, dan segera kata-kata muncul didepan mataku.

Battle Slave: LV 75

Ras: Manusia serigala

Informasi itu menjelaskan sampai berbagai skill milik si budak.

Level 75... Itu hampir 20 kali levelku.

Kalau dia ada didalam kelompokku, hidupku akan jauh lebih mudah.

Aku mungkin akan berakhir menjadi yang terkuat daripada para pahlawan yang lain.

Aku nggak mungkin tau apakah itu menentukan harganya.

Dia nggak terlihat betul-betul sehat, dan dia mungkin berakhir jadi bebanku. Aku penasaran apakah itu sebabnya harganya begitu rendah?

"Dia dulunya bertarung di Coliseum. Dia mendapat luka pada kakinya, jadi mereka akan membuang dia. Saat itulah aku datang dan membeli dia."

"Jangan bilang..."

Jadi itu adalah barang cacat. Kalau begitu levelnya bukanlah masalah.

"Nah sekarang, aku sudah menunjukkan padamu barang terbaikku. Katakan padaku, tuan, budak seperti apa yang kau inginkan?"

"Yang murah, dan yang gak rusak."

"Kami punya budak-budak yang terspesialis untuk pertarungan atau pekerjaan fisik. Atau, kalau intuisiku tepat..."

"Aku nggak melakukannya!"

"Heh, heh, heh, yah... aku nggak peduli. Tapi tipe seperti apa yang kau suka?"

"Ini gila. Apapun yang penting bukan budak sex."

"Heh... Kurasa rumornya palsu?"

"...Aku nggak melakukannya."

Ya, aku bisa mengatakan apapun yang aku mau. Aku nggak melakukannya.

Yang kubutuhkan adalah seseorang yang bisa menyerang monster untukku. Itu saja. Kalau mereka hebat dalam gal yang lain, itu nggak masalah. Kalau aku bisa bertahan dimalam hari, dan keesokan harinya... itu sudah cukup.

"Gimana dengan jenis kelaminnya?"

"Kurasa laki-laki akan lebih baik, tapi aku nggak betul-betul peduli."

Si penjual budak menggaruk dagunya. "Kayaknya aku tau, tapi mereka nggak akan bagus buat... kesenangan pribadimu."

"Aku gak peduli sama hal itu."

"Levelnya nggak tinggi."

"Kalau mereka bisa bertarung, kami akan bisa naik level bersama."

"Jawaban yang bagus... meski kau nggak mempercayai orang."

"Budak bukanlah orang, kan? Kalau aku menaikkan level sebuah objek, itu cuma kayak menaikkan level perisaiku. Aku akan memelihara sesuatu yang gak akan menghianati aku."

"Baiklah," kata dia, menekan tawanya. "Kalau begitu sebelah sini."

Kami berjalan ditoko itu, yang mana kandang dengan kolom yang panjang berbaris di kedua sisi.

Pada akhirnya teriakan dan bau sudah tidak ada lagi, kami memasuki sebuah area toko yang hening.

....Atau begitulah yang kupikir. Segera ruangan tersebut dipenuhi dengan suara tangisan anak kecil.

Aku melihat sekeliling dan melihat kandang-kandang yang terisi dengan para demi-human anak-anak dan agak tua. Mereka tampak menyedihkan. Si penjual budak terus memanduku sampai tiba-tiba berhenti.

"Ini adalah budak termurah yang bisa kutawarkan padamu hari ini, tuan."

Dia menunjukkan pada tiga kandang.

Kandang pertama berisikan seorang pria, dia juga memiliki telinga kelinci, dan salah sayu tangannya bengkok ke arah yang aneh. Dia tampak berusia sekitar 20 tahun. Dia tampak tepat seperti yang didefinisikan sebagai seorang budak.

Kandang selanjutnya berisikan seorang cewek berusia sekitar 10 tahun. Dia sangat kurus, dan matanya tampak ketakutan. Dia batuk. Dia juga memiliki telinga yang seperti telinga anjing yang tumbuh di kepalanya.

Dia kayaknya punya ekor yang bulat serta besar.

Kandang ketiga berisikan seorang manusia kadal yang mana matanya bergerak dengan cepat mengamati ruangan seolah dia mencari seseorang untuk dibunuh. Dia tampaknya lebih seperti seorang manusia daripada kadal.

"Dari kanan, mereka adalah: seorang tipe kelinci yang memiliki kelainan genetik, seorang tipe rakun yang menderita karena serangan panik, dan peranakan campuran, manusia kadal."

Jadi yang terakhir adalah peranakan campuran.

"Mereka kayaknya mengalami masalah yang parah."

"Inilah yang bisa kutawarkan padamu sesuai dengan kemampuanmu. Kalau kami menurunkan lebih banyak lagi maka.... Yah..."

Si penjual budak menatap ke dinding. Aku mengikuti tatapannya.

Kau bisa bilang, bahkan dari kejauhan, aroma kematian. Aroma itu mengambang di udara sama seperti di sebuah pemakaman, aroma itu kuat, dan berasal dari arah itu. Baunya juga kayak bau busuk. Aku merasa mual hanya dengan melihat kearah itu.

"Berapa harga yang sedang kita bicarakan?"

"Dari kanan, 25, 30, dan 40 silver."

"Hmm. Gimana dengan level mereka?"

"5, 1, dan 8."

Kalau aku ingin seorang petarung kuat, manusia kadal adalah pilihan terbaik. Kalau aku mengkhawatirkan harganya, maka kelinci yang menderita kelainan genetik adalah pilihan terbaik. Mereka semua tampak sangat kurus.

Pria kelinci itu memiliki tangan yang gak berguna, tapi bagian yang lain dari dia nggak ada masalah. Dan mereka semua tampak menyedihkan.... tapi begitulah semua budak yang ada ditenda ini

Kenapa mereka semua begitu tenang?"

"Karena mereka akan dihukum saat mereka membuat keributan."

"Masuk akal."

Jadi dia menunjukkan para budak yang terlatih padaku, atau para budak yang nggak bisa dilatih? Manusia kadal tampak seperti dia hebat dalam pertarungan, tapi yang lainnya mungkin nggak begitu.

"Kenapa yang tengah begitu murah?"

Dia kurus, tapi dia tampak seperti seorang cewek normal. Wajahnya nggak cantik ataupun jelek, standar saja.

"Tipe rakun nggak populer dengan manusia. Sekarang, kalau dia adalah tipe rubah, aku akan bisa dapat harga yang bagus untuk dia."

"Huh...."

Rakun itu, kalau kau menterjemahkannya, seperti tanuki. Meski begitu, dia sangat mirip manusia yang mana kau akan pikir mereka bisa mendapatkan harga yang bagus untuk dia. Tapi kalau rakun nggak populer, maka dia mungkin nggak akan bernilai banyak sebagai seorang budak.

"Dia mengalami serangan panik dimalam hari. Butuh upaya banyak untuk merawat dia."

"Dan ini adalah yang terbaik yang kau miliki?"

"Kau betul-betul memukul ditempat yang sakit."

Cewek rakun itu nggak akan bagus untuk bekerja keras, dan dia memiliki level yang paling rendah.

Apa ini adalah hal yang bagus? Aku nggak yakin.

Aku melihat mata cewek rakun itu. Dan aku menyadari yang kurasakan saat menatap matanya.

Ya. Dia ini seorang cewek, gender yang sama dengan orang yang menghianati aku. Aku menatap matanya yang ketakutan dan segera berpikir bahwa aku ingin mengendalikan dia. Kurasa aku barusaja berpura-pura bahwa aku mengubah Myne jadi seorang budak... Kalau dia mati, mungkin akan membuatku merasa lebih baik.

"Baiklah kalau begitu, aku ambil yang tengah."

"Pilihan yang bagus, dan membuat hidupku lebih mudah juga."

Si penjual budak mengeluarkan kunci dan membuka kandang cewek rakun itu. Si cewek melangkah keluar, dan si penjual menarik kerah cewek itu. Si cewek mengeluarkan teriakan.

Aku menatap dia gemetaran ketakutan, dan aku merasakan gelombang kepuasan. Aku membayangkan bahwa wanita lain gemetar ketakutan, sama kayak ini, dan itu membuatku merasa lega.

Si penjual budak menarik cewek itu, kerahnya terikat pada rantai, dan menarik dia di belakang kami saat kami kembali ke jalan tempat kami datang. Kami keluar dari tenda sirkus tersebut dan berada di gang lagi. Dia memanggil beberapa orang yang mana segera muncul. Mereka membawa kantong yang kayaknya berisikan tinta. Mereka menuangkan tinta tersebut pada sebuah piring kecil dan menyodorkan kearahku.

"Pahlawan, beri kami sedikit darahmu. Dengan begitu pendaftaran budaknya akan selesai, dan dia akan menjadi milikmu."

"Aku paham."

Aku menekan sebuah pisau kecil pada ujung jariku. Saat aku melakukannya, aku merasa perisaiku beraksi, tapi aku nggak diserang, jadi perisai itu nggak menghentikan aku dari meneteskan darah. Rupanya perisai ini bertindak acuh diluar pertempuran.

Aku menunggu darahnya berkumpul, dan kemudian meneteskan beberapa tetes ke piring kecil tersebut.

Salah satu pria mencelupkan kuasnya ke cairan tersebut dan kemudian menarik bagian belakang jubah cewek itu untuk menggambar sihir pada dadanya.

"Gahhhh! AAHHHH!"

Pola pada dadanya mulai bersinar, dan aku tiba-tiba melihat ikon status bersinar di bidang pandangku.

Seorang budak didapatkan. Persyaratan penggunaan sebagai berikut:

Sebuah jendela terbuka, dan jendela tersebut dipenuhi dengan persyaratan.

Aku dengan cepat membacanya. Menyerangku saat tidur, atau tindakan lain yang berhubungan dengan pembantahan keinginanku, akan segera dihukum dengan rasa sakit.

Dan juga, sebuah ikon anggota party muncul diluar menu budak, jadi aku melihatnya.

Budak A. Aku nggak tau namanya, jadi itulah yang tertulis disana.

"Sekarang budak ini adalah milikmu, Pahlawan. Tolong pembayarannya."

"Tentu."

Aku memberi si penjual budak 31 silver.

"Kebanyakan tuan."

"Untuk upacaranya. Kau akan memeras lebih banyak uang dariku, kan?"

"...Tau aja."

Kalau aku membayarnya di muka, itu akan sulit bagi dia untuk mengatakan tentang itu setelahnya. Aku ingin melihat dia berusaha untuk mendapatkan lebih banyak uang dariku.

"Baiklah kalau begitu. Kau telah membantu mengurangi stokku."

"Ngomong-ngomong, berapa biaya sebenarnya untuk pemrosesan ini?"

"Haha, itu biaya sendiri."

"Sudah pastilah."

Dia tertawa, jadi aku ikut tertawa juga.

"Kau sesuatu banget. Aku sampai tercengang."

"Terserahlah."

"Aku menantikan kunjunganmu lagi."

"Tentu."

Aku berjalan pergi, dan memanggil cewek budak itu untuk ikut bersamaku.

Si cewek budak itu mengikuti dibelakangku, memasang penampilan menyedihkan diwajahnya.

"Nah sekarang, kasi tau namamu."

"....Guh...."

Dia memalingkan mukanya dan gak menjawab.

Tapi itu adalah tindakan bodoh. Kalau budak membangkang perintahku, dia akan menerima akibatnya. Dan kutukan hukuman budak diaktifkan.

"Gu... guhhhhh...."

Dia menekankan tangannya pada dadanya dan tampak kesakitan.

"Ayolah, siapa namamu?"

"Ra... Raphtalia..." Cough! Cough!

"Raphtalia ya. Oke."

Saat dia menyebutkan namanya, rasa sakitnya memudar. Dia memulihkan nafasnya beberapa saat.

Aku memegang tangannya, dan kami terus berjalan di gang sempit itu.

"...."

Raphtalia menatapku, tangannya berpegangan dengan tanganku. Dia kelihatan ketakutan, tapi kami terus berjalan....

***


Bab 10: Chapter 10 Menu Anak-Anak

"Ya ampun..."

Kami pergi ke toko senjata, dan si pemilik toko bersandar pada meja konter dan mendesah saat dia melihat aku masuk bersama Raphtalia.

Itu benar. Aku mau kekuatan serangan, itu saja. Kalau aku nggak mendapatkan senjata, nggak akan ada gunanya semua ini.

"Beri aku senjata yang bisa dipakai cewek ini. Harga dibawah 6 silver."

"...Hmph." si pemilik toko mendesah lagi. "Aku nggak tau apakah negara ini yang salah, atau apakah kau saja yang sudah busuk. Terserahlah. 6 silver, kan?"

"Ya. Dan apa kau punya pakaian atau jubah juga?"

"...Tentu. Kau boleh memilikinya secara gratis."

Si pemilik toko bergumam pelan saat dia meletakkan beberapa pisau di meja konter.

"Dengan anggaranmu, inilah yang bisa kau dapatkan."

Dari kanan ke kiri, ada pisau perunggu, pisau baja, dan pisau besi.

Kayaknya harganya berubah berdasarkan tipe penanganannya.

Aku menyuruh Raphtalia memegangnya dan kemudian memilih yang kupikir paling cocok untuk dia.

"Yang ini."

Raphtalia terlihat pucat saat memegang pisau ditangannya. Dia menatap si pemilik toko lalu menatapku.

"Dan ini pakaian serta jubahmu." Si pemilik toko melemparkan pakaian tersebut dengan kasar padaku sebelum menuntun kami ke ruang ganti.

Aku memberi Raphtalia pisau serta pakaian tersebut dan menyuruh dia masuk. Dia masuk kedalam dan terbatuk sepanjang waktu dia berganti pakaian.

"Kau harus mandi."

Ada sebuah sungai yang mengalir di padang rumput. Sungai itu mengalir melewati negara terpecah menjadi tiga anak sungai, dan aku mengalihkan perburuanku kearah sana baru-baru ini. Ada ikan disungai itu, dan jika aku nisa menangkap ikan disana, itu akan memghemat biaya makan malam.

Ada ikan yang bisa kau tangkap dengan tangan kosong, aku pernah melakukannya, dan saat melakukannya, aku membuka Fish Shield beserta kemampuannya: Fishing (memancing) +1.

Raphtalia selesai ganti baju dalam hening dan kemudian berlari kearahku. Tentunya dia tau bahwa membangkang aku hanya akan menghasilkan penderitaan yang lebih lanjut. Aku mengawasi dia, duduk, dan mulai berbicara.

"Baiklah, Raphtalia, ini senjatamu. Kuharap kau menggunakannya untuk melawan monster. Apa kau mengerti?"

"...."

Dia terus mengarahkan tatapan penuh ketakutan padaku dan mengangguk.

"Baiklah kalau begitu. Kuberikan pisau ini padamu..."

Aku membuka jubahku untuk mengungkapkan para Orange Balloon yang ada didalamnya. Aku mengambil satu ekor dan mengarahkannya pada Raphtalia.

"Tikam dan bunuh monster ini."

"Heeee?!"

Saat aku menunjukkan balloon itu, dia mengeluarkan jeritan kaget dan tampak terkejut sampai-sampai dia hampir menjatuhkan pisaunya.

"Aku... Uh..."

"Itu adalah perintah. Lakukan."

"Aku... Tidak."

Dia terus menggelengkan kepalanya. Tapi dia adalah seorang budak, dan ada sihir yang akan menghukum dia untuk pembangkangan.

"Ugh..."

"Lihat itu? Kalau kau nggak menyerangnya, kaulah yang akan tersakiti."

Uhuk! Uhuk!

Wajahnya menampilkan kesakitan, dan tangannya gemetaran. Dia membetulkan pegangannya pada pisau tersebut.

"Kau...." gumam si pemilik toko, melihat kami dari konter.

Raphtalia menenangkan diri, memberanikan dirinya, dan menikam Balloon tersebut dari belakang.

"Kau lemah! Berusahalah lebih keras!"

"....?! Tapi!"

Dia terpantul kebelakang karena serangannya yang barusan. Pulih lagi, dia memperkuat pijakannya dan menerjang kedepan untuk menyerang lagi.

Balloon itu meledak dengan suara keras.

Kata-kata itu muncul didepanku, memberitahuku bahwa seorang anggota party telah mengalahkan musuh. Yang mana membuatku bertanya-tanya mengenai sesuatu.

EXP +1

Raphtalia exp +1

Kata-kata itu muncul didepanku, memberitahuku bahwa seorang anggota party telah mengalahkan musuh. Yang mana membuatku bertanya-tanya mengenai sesuatu.

Dia ini nggak pernah betul-betul bergabung dengan partyku, jadi dia kayaknya nggak punya niat untuk betul-betul membantuku.

"Bagus."

Aku mengelus kepalanya. Dia menunjukkan ekspresi terkejut padaku sebagai tanggapannya.

"Baiklah, selanjutnya."

Balloon paling kuat yang selama seminggu menggigit lenganku. Aku mengambilnya dan memgarahkannya pada dia, sama seperti sebelumnya. Balloon itu harusnya sudah melemah, menempel pada lenganku tanpa makanan atau minuman selama seminggu penuh. Seorang cewek lemah berlevel 1 harusnya bisa mengalahkannya.

Raphtalia mengangguk tegas dan menyimpitkan matanya sebelum menyerang balloon itu dari belakang.

EXP +1

Raphtalia exp +1

Huh? Sebuah ikon menyala di sudut pandanganku.

"Kayaknya kau sudah bisa. Kalau gitu ayo mulai."

"....Uhuk."

Aku menyuruh dia menyarungkan senjatanya, dan dia melakukannya saat aku menyuruhnya.

"Oh, ya, aku lipa."

"Apa?"

Si pemilik toko masih menatapku.

"Kau akan menjalani kehidupan yang keras."

"Makasih banyak."

Aku menjawab kata-kata sindirannya dengan kata-kata sindiranku sendiri.

Kami meninggalkan toko dan pergi menuju ke padang rumput. Berjalan di jalanan uranar, Raphtalia tampak terkejut dengan semua toko yang berjajar. Dia memegang tanganku saat dia berjalan dan melihat kekanan dan kiri. Saat kami berjalan di kota, kami berhenti saat mencium aroma lezat diudara.

Aku masih punya... 3 silver. Kalau dipikir-pikir, aku sangat lapar.

Aku bisa mendengar perut Raphtalia bergemuruh bersama dengan perutku sendiri.

Aku manatap dia, dan...

"Ah!"

Dia segera menggelengkan kepalanya, membantah perutnya yang bergemuruh. Buat apa coba?

Aku butuh Raphtalia untuk menjadi kuat kalau aku mau mendapatkan uang. Nggak ada gunanya aku membeli pisau kalau aku nggak menajamkannya. Kalau dia lapar, dia nggak akan bisa bertarung dengan baikm aku melihat sekeliling, mencari tempat yang murah untuk makan. Lalu saat aku berjalan masuk...

"Ayo masuk!"

Tempat itu agak ramai, dan pelayan tampak agak kebingunan saat dia memandu kami ke tempat duduk. Saat kami berjalan ke meja, Raphtalia melihat sebuah keluarga sedang makan di ruangan itu.

Dia menatap mereka. Anak-anak sedang memakan makanan anak-anak, dan dia menatapnya penuh rasa iri.

Jadi itu yang dia inginkan. Kami duduk dan aku membuat pesanan sebelum si pelayan punya kesempatan untuk pergi.

"Tolong makanan yang murah untukku. Dan dia mau makanan kayak yang dimakan anak kecil disebelah sana."

"Apa?!"

Raphtalia menatapku terkejut. Aku bingung kenapa dia begitu terkejut tentang hal itu.

"Baik tuan. Semuanya 9 bronze."

"Oke."

Aku memberi dia satu keping silver, dan menerima kembaliannya.

Kami menunggu makanan kami datang dalam diam, dan Raphtalia menatap sekeliling restoran tersebut. Aku melihat beberapa orang yang duduk di meja mengarahkan tatapan mereka kearahku sambil berbisik-bisik.

Aku benci seluruh dunia ini.

"K...Kenapa?"

"Hm?"

Raphtalia mengatakan sesuatu, jadi aku menatap dia. Dia menatapku dengan penampilan bingung di wajahnya. Kurasa dia berpikir itu aneh bahwa aku memberi dia makanan, mengingat dia adalah seorang budak.

"Kau kelihatan ingin memakannya. Apa kau mau sesuatu yang lain?"

Dia menggeleng.

"Bagaimana bisa kau... memberiku makan?"

"Sudah kubilang... kau kelihatan ingin makan."

"Tapi..."

Cewek ini memang kepala batu.

"Pokoknya, makanlah biar punya tenaga. Kalau kau berjalan-jalan sambil tetap sekurus itu, kau akan mati karena aku."

Bahkan jika dia mati, aku bisa menggunakan uang yang kami dapatkan untuk membeli seorang budak baru.

"Makanan datang, silahkan." kata si pelayan membawa makanan kami. Dia menyajikan makanan anak-anak didepan Raphtalia dan sebuah hidangan didepanku. Nggak ada rasanya sama sekali. Apa semua orang sedang mempermainkan aku? Kenapa semua makanan disini begitu hambar?

Orang-orang tampak seperti mereka menikmati makanan mereka, tapi mereka pasti pujyar selera yang aneh.

"....."

Raphtalia menatap makanannya.

"Apa kau nggak mau makan?"

"...Bolehkah?"

"Ya, makanlah. Cepat."

Mendengar perintahku, dia kelihatan agak tenang.

"Baik."

Dia ragu-ragu sesaat sebelum akhirnya memakan makanannya dengan tangan kosong.

Yah, gimanapun dia adalah seorang budak. Mana mungkin dia punya perilaku bagus saat makan.

Kurasa bisikan disekitar kami menjadi semakin parah, tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu dikuatirkan.

Raphtalia mencabut bendera tusuk gigi dari ayam goreng serta nasinya dan memegangnya saat dia menatap makanannya.

"Gimana rasanya?"

"Enak sekali."

Kurasa aku satu-satunya orang yang nggak merasakan makanannya itu enak. Atau mungkin dia sama dengan orang-orang yang lain? Para budak nggak akan bisa mengatakan kebohongan... karena mereka terkekang oleh mantra. Tapi gimana kalau semua itu palsu? Gimana kalau dia ini bukanlah seorang budak? Aku nggak tau gimana untuk melihatnya.

Bodo amat, aku makan siang bersama budakku dan berpikir mengenai mau pergi kemana selanjutnya.

***


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C9
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank 200+ Peringkat Power
Stone 0 Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk

tip Komentar Paragraf

Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

MENGERTI