Unduh Aplikasi
69.94% JANJI / Chapter 135: Not my first

Bab 135: Not my first

Di rumah sakit, meri sengan di tangani oleh dokter wanita karena luka di siku dan dan keningnya. Ia terpeleset saat berada di toilet karena lantai itu baru saja di pel dan tak ada peringatan. Bukan luka parah tapi darahnya mengotori pakaiannya.

Ia sudah mengenakan pakaian untuk pulang ke rumah saat perutnya sakit dan berakhir dengan luka di tubuhnya.

"terimakasih suster" ujarnya setelah menerima perawatannya.

"bukan masalah" jawab perawat itu.

Meri meraih tas dan menggunakan kembali hijab yang sudah terkena noda. Tidak banyak tapi cukup kontras karena jilbab itu berwarna putih.

Malam itu dia pulang dengan taksi karena sudah meminta fuad untuk tidak menjemputnya.

Tiba di rumah meri sangat kelelahan dan mengetuk pintu dengan lemah. Ilham membuka pintu itu dan terkejut dengan penampilan istrinya yang terlihat lusuh dengan luka di dahinya. Melihat darah di jilbab putih itu membuat ilham cemas.

"ada apa dengan kepalamu? Dan tanganmu? Kau pulang dari bekerja atau tawuran?" ilham menghujani meri dengan pertanyaan.

"aku tadi terpeleset. Bukan luka besar, hanya tergores"

Tak menunggu ilham mengatakan sesuatu, meri melangkah masuk dan tak menghiraukan pandangan khawatir suaminya. Meri melepar tasnya ke ranjang dan menghempaskan tubuhnya do tempat yang sama.

Rasa lelahnya mengalahkan rasa nyeri di tangan dan keningnya. Ia hanya ingin tidur tapi ingat belum mandi. Ia sudah lepas dari periode haid jadi tak ingin menunda lagi.

Ilham masuk dan duduk di samping tubuh yang terlentang itu.

"bantu aku melepaskan pakaianku" pinta meri kepada ilham. "aku benar-benar lelah tapi ingin mandi. Siku tanganku masih sakit jadi akan terasa sulit"

Tangan kekar itu mulai melucuti pakaian meri satu persatu hingga hanya tersisa pakaian dalamnya. Ilham menelan liurnya menatap tubuh indah di hadapannya.

"ambilkan aku plaster anti air. Lukaku masih baru jadi akan perih jika terkena air" kata meri menjelaskan.

Lagi-lagi tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir ilham. Ia hanya mengikuti permintaan meri dan mengganti perban di lukanya menjadi plaster anti air.

Meri melangkah masuk ke kamar mandi dan keluar setelah beberapa menit di dalam. Meri membuka tas yang ia bawa ke kantor tadi dan mengeluarkan sebuah lingerine dengan bahan tipis dan menerawang dengan motif jala. Ia sengaja membelinya setelah ingat ini malam pertamanya dan ingin memberikan sesuatu yang berkesan untuk suaminya.

Menatap tubuh indah yang menerawang di balik lingerine hitam dengan renda di bagian dada membuat ilham terpancing. Meri duduk di pangkuan suaminya itu dan melingkarkan tangannya di leher pria itu.

Aroma mint dari tubuh meri terasa sangat menyegarkan dan menambah gairah di antara keduanya. Meri juga mencium aroma khas dari tubuh ilham.

Dengan lembut, tangan ilham melingkari pinggang wanita yang duduk di pangkuannya itu dan tangan satunya memegang bagian belakang kepala meri. Menarik wajah dan tubuh istrinya mendekat dan memulai dengan mencium bibir merah merekah itu.

Ciuman yang awalnya penuh kelembutan kini berubah menjadi kasar dan tidak sabaran akibat gairah yang mulai memenuhi dua tubuh yang masih berpelukan itu.

Deru nafas tak beraturan terdengar dengan jelas di telinga keduanya. Ilham masih sibuk memelintir bibir istrinya itu dan mulai bergerak nakal menyusupnya tangannya di paha meri. Dia melakukan apa saja yang di perintahkan oleh otaknya.

Ia kesulitan memasukkan tangannya untuk membelai punggung meri karena posisi meri yang duduk dan menduduki ujung pakaiannya. Peka dengan kesulitan yang di hadapi suaminya, meri melepaskan tangannya yang melingkar di leher ilham dan menurunkan tali tipis di bahunya agar lingerine itu meluncur dengan sempurna ke bawah.

Ilham masih tidak rela melepaskan bibir itu tapi melihat tubuh bagian atas meri tak lagi tertutup oleh sehelai benang, fokusnya beralih pada bagian tubuh yang seperti menantangnya dan meminta untuk di jamah.

Dengan perlahan, ciuman di bibir itu turun ke leher tulang selangka dan dada indah itu. Desahan tak beraturan dari mulut meri menambah gairah pendengarnya.

Ilham menatap meri sejenak namun tangannya masih sibuk membelai, memijat dan meremas ****dara meri dengan lembut membuat aliran darah meri terasa memanas hingga ke wajahnya.

"kau sudah memiliki junior, bagaimana bisa tubuhmu masih seindah ini?" ilham bertanya di sela kekagumannya pada tubuh yang masih kencang terawat seakan tubuh itu belum tersentuh.

Jika meri menyembunyikan junior, ilham mungkin akan percaya bahwa meri masih berstatus gadis perawan. Jujur saja, ekspektasinya pada tubuh meri tidaklah tinggi mengingat meri sudah pernah melahirkan. Walau melalui jalan operasi, bagian perut yang pernah mengencang serta ****dara yang membesar karena pasokan ASI tentu akan meninggalkan efek mengendur. Dia tidak menduga itu tidak berpengaruh bagi meri.

"entahlah. Ku rasa itu anugerah untukmu" jawab meri asal.

Ciuman di bibir meri membungkam percakapan keduanya, ilham kecanduan dengan rasa lembut yang dia rasakan saat menyatukan bibirnya dengan bibir meri.

"Mmmhhh" desahan meri tertahan karena bibirnya terbungkam oleh ciuman yang sepertinya tidak pernah merasa puas.

Tangan yang tidak pernah menyentuh wanita manapun itu kini menyusup nakal ke daerah pangkal paha meri membuatnya mengejang dan mencengkeram punggung ilham seakan mencari kekuatan untuk menahan gelombang kenikmatan yang dirasakannya.

Meri menarik baju t-shirt yang di gunakan ilham ke atas berniat melepaskannya. Ilham dengan gerak cepat melepas pakaian itu kemudian kembali mencium wanitanya.

Malam ini penantiannya akan terbayar impas. Kesucian yang ia jaga selama 33 tahun hidupnya akan ia lepas pada satu-satunya wanita yang mampu membuat libidonya naik menginjak sikap tenangnya.

Merasakan sesuatu yang akan pecah di bagian selangkangannya, meri menarik bibirnya dan membenamkan wajahnya di bahu ilham dan tanpa sadar menggigitnya serta mencengkeram erat pinggang pria di pelukannya itu. Desahan panjang di iringi hembusan nafas serta otot yang mulai melemah memberi sinyal kepada ilham seakan mengatakan "aku sudah puas, sekarang giliranmu"

Ilham mengangkat tubuh meri dan membaringkannya dengan lembut di kasur yang akan menjadi arena sekaligus saksi bersatunya dua tubuh yang sudah lama saling menginginkan itu.

Dua tubuh itu kini saling menempel tanpa sehelai benangpun. Ilham menarik selimut agar menutupi tubuh mereka. Ia tahu etika menggauli istrinya dengan benar. Lebih tepatnya ia belajar setelah melihat perubahan drastis dari tata cara berpakaian dan sikap meri. Jika itu masih meri yang dulu ia mungkin akan melakukannya serampangan selama mereka sama-sama terpuaskan, tapi sekarang semua berbeda. Ia membaca etika itu di internet lengkap dengan doanya. Karena itu walau ini yang pertama kali, ia bisa melakukannya dengan baik.

Ilham memberikan beberapa kecupan lembut di wajah, leher, dada dan perut meri sebagai permulaan dan berbisik lembut dengan nada menggoda "aku akan masuk sekarang"

Senyum malu-malu terpancar di wajah meri yang kembali merona mendengar kalimat itu. Ilham tersenyum mencium bibir meri sambil perlahan mulai memasuki tubuh istrinya itu.

Desahan tertahan kembali terdengar dari bibir meri yang di bungkam oleh bibir ilham.

"hmmm...." meri meronta melepaskan bibirnya "akhh..." meri merasakan sakit hingga tubuhnya bergetar menahannya, tangannya meremas seprai karena tak ingin melukai tubuh suaminya.

Ilham kembali mendorong miliknya perlahan, milik meri sebenarnya sudah licin tapi otot-otot nya seakan menjepit dengan kuat sehingga ilham harus memaksa sedikit demi sedikit untuk bisa memasukkan seluruhnya.

"akhhh... Mmm.. Ilham" meri mulai meracau tak karuan karena rasa sakit. Ini bukan pertama kalinya, tapi rasa sakitnya mengingatkan meri pada malam pertamanya bersama andre.

Meri membuka matanya menatap ilham untuk kembali pada kenyataan bahwa saat ini yang menyetubuhinya adalah suaminya ilham.

"ahhh, sial... Ilham, mmm"

"ohhh damn, it's not my first.. Why so hurt. Baby calm down ok"

meri melepas pegangan pada seprai dan berpindah pada tubuh ilham, rasa sakit itu membuatnya tidak sadar apa yang ia lakukan pada suaminya. Ia mencakar dan meremas punggung ilham dan menariknya mendekat. Sementara bibirnya menjelajahi tubuh ilham, mencium, menjilat dan menggigitnya sebagai balasan dari rasa sakit yang ia dapat.

"apa sangat sakit?" ilham menghetikan gerakannya dan bertahan pada posisi dengan separuhnya di dalam. Dia tidak tega melihat meri menahan sakit dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya.

"Mmm" meri bergumam sambil memegang lengan ilham yang menahan tubuhnya agar tidak sepenuhnya menindih tubuh meri.

"kau ingin berhenti?" walau ilham menginginkan lebih, ia tetap tidak akan memaksakan kondisi meri.

Meri juga tahu hal itu, ia juga tidak tega mengecewakan suaminya di malam pertamanya. Walau berat, meri menggelengkan kepalanya. "masih bisa ku tahan. Selesaikan"

"kau mau memimpin?" tanya ilham. Ia membaca hal itu di Internet bahwa posisi woman on top dapat membantu wanita mengatur permainan agar tidak menyakitinya.

Meri mengangguk kemudian berganti posisi. Ilham tidak hanya diam saja menerima, dia juga memberi belaian lembut pada sekujur tubuh meri untuk menaikkan gairah istrinya. Sekarang meri sendiri yang secara sukarela menyatukan tubuhnya. Sakit, tapi lebih bisa ia kendalikan. Saat sudah memasukkan seluruhnya, erangan rasa sakit yang tadi memenuhi bibirnya kini berubah menjadi desahan kenikmatan.

Dia tidak berpengalaman dengan posisi ini, tapi berusaha belajar secara naluri. Ilham yang berada di bawah, merasakan sensasi berbeda. Akhirnya mereka benar-benar menyatukan tubuh mereka malam ini.

Gerakan naik turun yang di lakukan meri membuat racauan juga terbebas dari bibir ilham.

"ouch, i feel so good. Meri.."

Meri akhirnya mencapai pelepasan keduanya di atas tubuh suaminya. Tubuhnya jatuh lunglai menindih ilham merasa otot tubuhnya melemah.

Ilham membalik tubuh meri kembali mengambil alih. "tahanlah sedikit" ilham berbisik sebelum mulai mengayunkan tubuhnya memasuki tubuh meri.

Sekarang tidak ada lagi sakit yang di rasakan meri, tubuhnya sudah bisa menyesuaikan dengan tubuh ilham. Dia merasa seperti di awang-awang saat ilham bermain dengan menarik dan memasukkannya kembali.

"Akhhh,.. Ilham aku Mmm" racauan meri tidak selesai karena ilham membungkamnya dengan bibirnya.

Bibir mereka saling mengunci dengan gerakan tubuh yang masih naik turun. Perlahan hingga ritmenya semakin cepat dan semakin kuat menekan. "aku akan menyelesaikan sekarang..." ilham berbisik di telinga meri sambil membaca doa yang sudah dari kemarin ia hafalkan.

Meri yang mendengar itu merasakan sejuk di sekujur tubuhnya kemudian cairan hangat yang terasa menyembur memenuhi tubuhnya. Ilham menekan tubuhnya dengan keras seakan tak membiarkan setetespun yang tumpah.

Meri mengejang dan mendesah panjang sebelum akhirnya berbaring lemah di bawah tubuh ilham yang juga terkapar menindihnya.

"meri, aku tidak pernah menginginkan sesuatu melebihi aku menginginkanmu" ujar ilham di atas tubuh meri.

Tubuh itu berat tapi meri merasa nyaman menerima beban tubuh di atasnya itu terlebih setelah mendengar ucapan suaminya.

"aku mencintaimu ilham" balas meri membelai punggung suaminya yang terasa basah karena bersimbah keringat.

"aku mencintaimu lebih dari yang bisa kau berikan padaku" jawab ilham

"aku tahu. Aku lelah, bisakah kita istirahat sekarang?"

Ilham bangkit bertumpu pada tangannya kemudian mencium bibir meri yang sudah terlihat sedikit bengkak. Tak lupa kecupan di kedua pipi dan kening meri sebagai penutup.

Tubuh lemah setelah terpuaskan itu kini berbaring berdampingan dengan senyum dan selimut putih menutupi keduanya.

"sudah tengah malam. Aku mau mandi, apa kau mau ikut?" tanya ilham sambil memeluk meri.

"mmm, tapi tubuhku rasanya lemah" keluh meri.

Ilham bangkit meraih celananya kemudian menggulung meri dengan selimut dan mengangkatnya ke kamar mandi. Keduanya mandi di bawah pancuran shower yang sama, karena merasa lelah meri memilih duduk di dalam bath up melihat ilham yang berdiri menyiram tubuhnya membelakangi meri.

Bekas cakaran dan remasan terlihat jelas di punggung putih yang kini berubah merah itu. Ia tidak tahu bisa sekasar itu pada suaminya. Meri melihat tubuhnya yang juga mendapat beberapa bekas gigitan tapi itu tidak terlalu banyak ataupun tampak jelas. Ilham masih bisa mengendalikan dirinya agar tak melukai tubuh meri dengan gigitan karena tak ingin tubuh mulus itu menjadi cacat.

Setelah selesai, meri menggunakan handuknya begitu pula ilham. Dengan penuh pengertian, ilham mengangkat meri kembali ke kamarnya. Seprai itu berantakan tapi karena terlalu lelah meri hanya membersihkan sedikit di bantu ilham kemudian keduanya tertidur dengan lelap penuh kebahagiaan dan kepuasan.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C135
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk