Raja Walid membenamkan ciumannya kembali ke bibir istrinya yang begitu ranum. Ratu Sabrina menahan bahu suaminya dan sedikit mengeluh. Tapi Ia juga tidak bisa menolaknya. Ia adalah wanita milik sang raja dan tidak bisa seenaknya menolak keinginan Raja. Ia harus selalu bersedia untuk sang raja. Jadi kemudian Ratu Sabrina hanya memejamkan matanya sambil membayangkan wajah perdana menteri Salman yang pasti sedang dilanda cemburu.
Dalam hatinya Ratu Sabrina berdoa agar Perdana menteri Salman tidak lepas kendali dan melakukan hal konyol yang akan merusak segalanya. Semua perjuangannya menahan diri selama ini. Karena jika sekali saja perdana menteri melakukan hal yang mencurigakan maka hukuman mati akan menanti mereka. Mereka akan digantung bersama. Ratu Sabrina merasakan lehernya seperti tercekik sesuatu sehingga Ia kemudian mengusap lehernya.