Alena dan Cynthia mengendap-endap menuju belakang Harem. Mereka melangkah dengan hati-hati.
"Alena apa kamu yakin akan keluar dari Harem? Bukankah itu dilarang. Kamukan nanti sore ada latihan nari si Ballroom Istana." Cynthia berbisik-bisik.
"Inikan baru pukul 1 siang. Latihan nari pukul 4.00 Aku harus ketemu Nizam. Aku ga tahan ingin ketemu. Sudah 3 Hari Aku tidak ketemu dia. Serasa mati Aku menahan rindu"
"Apa rindumu itu setimpal dengan resiko yang akan kamu ambil? Bukankah kamu dilarang bertemu Nizam dulu. " Cynthia melirik kiri kanan Kalau sampai ada yang melihat, habislah mereka.
"Tenang saja pasti aman. Para gadis itu jam segini pasti pada tidur di kamarnya kalau tidak mereka pasti pada berendam di kolam mandi. Hatice dan Sanita sedang makan kudapan di ruang makan."
"Alena.. daripada cari resiko lebih baik kita berendam juga di kolam mandi"
"TIDAK!! Aku tidak mau. Aku harus bertemu dengan Nizam." Alena bersikeras.
"Dasar keras kepala". Cynthia geleng-geleng kepala. Setelah yakin tidak ada jalan bahkan celah untuk bisa keluar dari Harem. Maka Alena melihat satu-satunya jalan adalah dengan memanjat tembok pembatas tembok yang memisahkan antara Harem dan taman belakang yang letaknya di luar Harem.
"Cynthia, Kamu harus ikut. Bukankah Kamu yang tahu jalan menuju ke kamar Nizam. Istana ini kelihatannya luas. Aku takut tersesat. Mana kelihatannya seram lagi. Biasanya pada bangunan tua suka banyak hantu." Alena terus ngoceh sambil berusaha akan menaiki tembok tersebut.
Cynthia melotot melihat kelakuan Alena. Rupanya Alena akan naik ke atas tembok lalu meloncat keluar. Tembok itu tingginya sekitar 2 meter kalau sampai Alena meloncat kemungkinan Ia bisa terkilir dan yang terparah bagaimana kalau selaput daranya bisa robek.
"Alena kamu Ya Tuhan....Jangan naiki tembok itu. Alena jangan sampai jatuh...Alena bagaimana kalau nanti selaput daramu robek Alena... Alena.. turun Kamu. Jangan gila" Cynthia berusaha menarik tangan Alena.
Alena terdiam Ia lalu memutar tubuhnya. "Mengapa memangnya kalau selaputku robek? Apakah kalau Aku jatuh memang bisa robek?"
Wajah Cynthia sedikit pucat. Takut Alena semakin nekat, Ia lalu merangkul bahu Alena.
"Alena Aku akan mencari jalan keluar agar Kau bisa bertemu dengan Nizam. Kemarilah, berjanjilah Kau tidak akan pernah memanjat apapun. Setidaknya setelah pesta perayaan pernikahanmu. Setelah itu Aku bersumpah walaupun Kau hendak memanjat menara Eiffel sekalipun. Aku tidak akan perduli"
Alena semakin mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti. Tapi Ia tidak banyak bicara ketika Cynthia dengan mengendap-endap menuntunnya menuju gerbang masuk utama. Lalu menyuruh Alena untuk sembunyi dibalik Tiang. Alena dapat dengan jelas melihat Dua Kasim yang sedang berjaga di depan pintu masuk.
Cynthia berjalan menghampiri mereka. Dua Kasim itu langsung menganggukkan kepalanya memberi hormat. Tiba-tiba setelah beberapa langkah Cynthia menjatuhkan badannya dengan sengaja. Seorang Kasim dengan sigap langsung menangkap tubuh Cynthia. Yang seorangnya juga berusaha menolong Cynthia. Alena menatap adegan itu dengan tercengang. Apalagi ketika tangan Cynthia memberikan syarat pada Alena agar Alena segera menyelinap keluar. Alena tertawa di tahan Ia segera keluar dari pintu ketika dua penjaga itu lengah.
Setelah yakin Alena keluar. Cynthia tiba-tiba bangkit dari pingsannya.
"Aduh Aku kenapa?"
"Tadi Nona Cynthia tiba-tiba jatuh dan pingsan."
" Ya Tuhan....syukurlah..Aku sekarang tidak apa-apa. Oh ya Aku mau keluar sebentar hendak menyampaikan pesan dari Putri Alena untuk Yang Mulia Pangeran Nizam."
"Apakah Anda akan pergi sendiri?" Tanya penjaga itu sambil mencari-cari kalau-kalau Cynthia pergi dengan Alena. Perintah dari Ratu Sabrina adalah Putri Alena dilarang meninggalkan Harem.
"Tentu saja Aku sendiri, Kaliankan tahu kalau Putri Alena tidak boleh keluar dari Harem kecuali ada izin dari Ratu Sabrina."
"Ya baiklah.. Silahkan Anda pergi." Dua orang penjaga itu akhirnya mempersilahkan Cynthia pergi.
Setelah rada jauh Ia baru menemukan Alena yang sedang berjalan sambil sembunyi-sembunyi. setiap ada penjaga yang berpatroli Cynthia dan Alena sembunyi hingga akhirnya mereka sampai ke dalam ruangan tempat Kamar Nizam berada. Ali dan Fuad terkejut setengah mati melihat Alena dan Cynthia.
"Aapa yang Tuan Putri Alena lakukan disini? Bukankah Yang Mulia tidak boleh meninggalkan Harem?" Tanya Fuad.
"Aku ada perlu penting dengannya. mana dia?"
Ali dan Fuad malah berpandangan mata. Lalu Ali berkata. "Mmm Baiklah Tuan Putri, Izinkan lah Hamba memberi tahu pangeran."
Tapi baru saja Ali hendak masuk, Alena mencegahnya. "Tidak usah biar aku saja yang masuk. Aku mau memberikan kejutan."
Sebenarnya Ali dan Fuad tidak pernah mengijinkan siapapun untuk bertemu Nizam tanpa seijinnya. Tapi Kalau Alena yang minta mereka malah tidak berani menolaknya. Mereka sangat tahu kalau majikan mereka sangat mencintai Alena. Bahkan tiga hari ini Nizam juga sebenarnya uring-uringan terus Ia ingin bertemu Alena tapi dilarang oleh Ratu Sabrina.
Setelah Ali membukakan pintu maka Alena dapat melihat ruangan kamar Nizam yang besar ada meja kerja lengkap dengan komputer, koleksi buku-buku yang begitu banyak tersusun rapih dalam lemari buku. Ada Satu set sofa yang empuk didepan TV layar datar yang cukup sedang besarnya. Lalu Jauh ke dalam Alena melihat ada tempat tidur yang juga cukup besar kira-kira bisa diisi 6 Orang sekaligus dan para pelayan yang sedang berdiri di depan suatu ruangan yang pintu masuknya dibatasi tirai tipis. Melihat Alena para pelayan itu tampak terkejut. Alena menyimpan jari telunjuk dibibirnya. "Mana Tuanmu?" Tanya Alena.
Seorang gadis yang sedang memegang handuk bewarna putih menunjukkan telunjuknya ke dalam ruangan dimana Nizam berada. Mata Alena melotot melihat ke dalam ruangan. Oh my God..ruangan itu adalah semacam kolam renang atau mandi atau apalah yang sangat luas dan indah. Kolam itu sangat jernih dan berbau sangat harum. Bau lavender yang menenangkan. Terlihat oleh Alena, Nizam sedang berendam didalamnya membelakangi pintu masuk sehingga jelas Ia tidak melihat kedatangan Alena. Ia juga melihat dua orang pelayan ada disamping Nizam.
"Enaknya jadi pangeran. Mandi aja ditungguin." Alena merutuk dalam hati.
Tapi Alena tidak terlalu marah Ia sudah sedikit terbiasa dengan para pelayan yang bertebaran dimana-mana. Alena menyuruh para pelayan untuk pergi secara diam-diam.
"Tolong pijat bahu dan leherku" Nizam tiba-tiba memberikan perintah kepada pelayannya dalam bahasa Azura. Alena sedikitnya mulai mengerti bahasa Azura. Lalu mengulurkan tangannya dan mulai memijat bahu Nizam. Nizam tertegun merasakan tangan yang memijatnya terasa sangat lembut dan lemah. Bahkan pijatannya serampangan dan tidak enak. Ia mencekal tangan itu dengan kesal. lalu membalikkan tubuhnya melihat siapa yang memijatnya. Begitu Nizam melihat Alena Ia berteriak.
"Astaghfirullah.." Nizam langsung bangkit dari duduknya. Tubuhnya seketika menjulang berdiri di depan Alena. Alena langsung menjerit sambil menutup wajahnya. Wajah Alena tepat berada di depan selangkangan suaminya. Tubuh Nizam sekilas terlihat telanjang. Badannya yang tinggi tegap dan berotot itu tampak basah.
"Apa yang Kamu lakukan disini??Ya Tuhan Alena" Nizam menurunkan tubuhnya lalu duduk di depan Alena yang ketakutan sambil menutup wajah.
"Ka...Ka..mu telanjang, A..aku tidak mau melihat. Aku tidak mau melihat" Alena menggelengkan kepalanya sambil tetap menutup matanya.
Nizam langsung mendorong kepala Alena dengan telunjuknya. "Dasar otak mesum, Apa kamu tidak lihat Kalau Aku memakai celana pendek"
Alena membuka matanya. "Oh..Aku pikir Kamu telanjang" Alena cengengesan malu.
"Gila apa??Aku telanjang didepan pelayan. " Nizam misruh-misruh.
"Enak ya Kamu hidup dikelilingi para pelayan yang cantik-cantik. Mereka bahkan bisa kau tiduri kapanpun"
"Hus..jangan ngomong sembarangan. Siapa yang mau tidur sama mereka. Mereka kan status nya hamba sahaya Alena. Tugasnya memang melayani keluarga kerajaan. Di dalam adat istiadat kerajaan Azura dari zaman dahulu membolehkan Seorang majikan dapat tidur dengan hamba sahaya tanpa harus akad nikah. Kamu bisa browsing di internet untuk mencari informasinya. Tapi Aku tidak pernah berminat dengan mereka"
Boro-boro dengan pelayan sama Putri Reina aja Nizam udah berasa jijik membayangkannya. Ia tahu Ia sudah bersikap tidak adil dan berdosa pada Putri Reina tapi apa daya Ia juga manusia biasa yang tidak bisa mengingkari perasaannya.
Alena tersenyum lebar. Ia merangkul leher Nizam. "Lihat Nizam, Aku rela mati untukmu. Aku kabur dari Harem untuk menemuimu"
"Masya Alloh, Alena..kapan Kamu berhenti membuat jantung Aku mau lepas dari tempatnya, Ayo cepat berdiri. Kamu harus kembali ke Harem. Berhenti untuk bertingkah seperti anak kecil, Dan bagaimana kau bisa keluar dari dalam Harem. Pada kemana para penjaga sialan itu." Nizam berdiri sambil menarik Alena. Alena cemberut sambil berdiri.