Unduh Aplikasi
4.87% CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 67: Kesepakatan

Bab 67: Kesepakatan

"Ah..Nizam kamu buat Aku malu, Ah..ha...ha.." Cynthia tertawa geli. Lalu berkata pada Nizam.

"Sebenarnya Alena tuh ga tau apa-apa tentang pria. Kamu adalah pria pertamanya. Aku juga tidak terlalu serius menuduhmu seperti itu. Hanya aku benar-benar tidak mengerti mengapa kamu seperti menghindari menyentuh Alena. Bukankah bagi orang yang saling mencintai sah-sah saja kita menumpahkan perasaan kasih sayang. Apalagi kalian sudah resmi. Apalagi yang kalian tunggu.

Alena bilang Kamu tidak menyentuhnya untuk menunda kehamilan. Aku bukan Alena yang polosnya keterlaluan. Banyak cara kita bisa berhubungan tanpa harus hamil. Please Nizam katakan terus terang agar Aku tenang dan tidak terus menuduhmu seperti itu. Aku tidak suka kalau sampai yang menjadi suami Alena tidak bisa memberikannya kepuasan batin. Kamu pasti tahu betapa tersiksanya seorang wanita jika suaminya tidak mampu memberikan kepuasan batin padanya. Aku tidak mau Alena tersiksa seumur-umur hidup denganmu."

Nizam tersenyum sedikit ragu. "Kamu memang tidak bisa dibohongi. Ini adalah masalah yang cukup rumit dan mungkin tidak masuk di akal. Tetapi menceritakan padamu juga bukanlah suatu solusi yang tepat. Aku takut kamu mengira Aku mengada-ada. Atau kalau Aku cerita, Aku juga takut kamu malah bercerita ke Alena dan masalah akan bertambah rumit."

"Sebenarnya masalah apa yang terjadi? Kamu jangan membuatku gila. Apalagi Kamu menyuruhku untuk tinggal bersama Alena. Bukankah seharusnya kalian suami istri harus tinggal bersama. Ini menunjukkan bahwa Kamu memang tidak berniat untuk menyentuhnya. Kalau kamu tidak bermaksud demikian mengapa kamu tidak tinggal bersama Alena. Malah menyuruhku tinggal bersamanya."

"Hmm.. baiklah. Karena kamu nanti adalah pelindung dari Alena maka tidak ada salahnya aku menceritakan adat dari Azura." Nizam menarik nafas panjang. Ia lalu mengambil sebatang rokok lagi.

"Di kerajaan kami malam pertama harus dibuktikan dengan adanya bercak darah kesucian. Khusus bagi anggota kerajaan terutama calon raja hal ini wajib dilakukan. Sebagai pembuktian moral dari seorang calon ratu. Terdengar seperti gila dan pelecehan terhadap kaum wanita tetapi adat itu terus berlangsung hingga kini. Yang terparah adalah pelaksanaan malam pertama itu ditungguin oleh ibu dan ibu mertua, seorang Kasim pembimbing bila diperlukan, beberapa tenaga medis dan para pelayan pilihan. Bagi diriku karena aku adalah calon raja lebih parah lagi prosesinya." Nizam melirik Cynthia yang sedang tercengang heran.

"Selain ditunggu oleh banyak orang. Pintu kamar pengantin tidak boleh dikunci bahkan bisa sampai dibuka pintunya agar yang diluar bisa memantau kondisi pengantin. Kalau dipandang ada kesulitan termasuk cara berhubungan agar mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin tertentu maka Kasim pembimbing ikut masuk kedalam kamar untuk memberikan petunjuk dan arahan"

"Maksudmu Kasim itu akan melihat kalian berhubungan badan secara langsung?" Suara Cynthia hampir tak terdengar.

"Tidak begitu juga. Biasanya dia hanya berdiri dengan jarak sekitar 10 m dari pasangan pengantin dan ranjang kami ditutupi kelambu, sehingga Ia tidak bisa jelas melihat badan kami. tapi masih bisa memberikan bimbingan kepada kami."

Cynthia merasa perutnya mual. Ia yakin sepolos-polosnya Alena sahabatnya maka Ia tidak akan Sudi bercinta sambil diawasi orang banyak. Ia jadi teringat salah satu film Korea yang berjudul " The Concubine". Dia pikir film menyebalkan itu hanya fiksi tapi nyatanya diabad modern seperti sekarang masih ada. Sialnya hal ini akan dialami oleh Alena sahabatnya. Bayangkan saja Alena yang polos dan culun dan taunya cuma merengek dan menangis akan mengalami kejadian yang memalukan. Bisa mati kejang dia.

"Mengapa harus dibimbing segala. Sungguh memalukan. Nizam Aku yakin kamu bukan orang bodoh yang tidak tahu cara bercinta. Bercinta adalah salah satu hal primitif yang bisa dilakukan secara naluriah. Lagipula banyak film dan literatur yang bisa kita pelajari tanpa harus ada bimbingan segala. Memangnya kita lagi belajar nyetir apa?"

"Mereka tidak selamanya masuk untuk memberikan bimbingan. Mereka akan masuk jika pengantin mengalami kesulitan atau menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu seperti ingin bayi laki-laki misalnya. Kalau lancar mereka akan tetap ada di luar."

" Sangat menjijikkan adat negara kamu." Wajah Cynthia sangat masam.

"Begitulah Cynthia. Makanya aku sengaja kuliah di Luar negeri untuk belajar tentang kenegaraan ,perekonomian, sejarah, sosiologi dan banyak lagi. Setelah Aku menjadi raja Aku berencana untuk menghapus semua adat istiadat yang mengerikan seperti ini. Sudah saatnya Azura hidup lebih modern dibawah hukum Islam. Bukannya hidup dibawah adat istiadat yang konyol. Aku ingin Azura Modern dalam arti membawa kebaikan bagi semua rakyatnya. Entah itu pria atau wanita."

"Jangan kau ceritakan hal ini pada Alena" Cynthia bersuara dengan dada serasa dihimpit beban yang sangat berat.

"Begitulah pemikiranku juga. Aku sengaja menyembunyikan hal ini padanya. Aku takut Ia akan ketakutan. Kamu tahu karakter Alena seperti apa. Bahkan dia mungkin tidak akan mau Aku ajak ke Azura. Yang sangat Aku takutkan dia memilih pergi meninggalkan Aku daripada harus melakukan ritual yang memalukan itu. Apa Aku melakukan kesalahan?"

"Tentu saja tidak, Aku berani taruhan kalau kamu ceritakan sekarang Ia akan langsung menangis meraung-raung. You know selain polos dia juga jagoan menangis. Aku bahkan sering merasa kalau dia anak berumur 7 tahun yang terperangkap di badan gadis 19 tahu." Cynthia meremas-remas kepalanya sendiri.

Nizam membenarkan perkataan Cynthia. Ia jadi teringat waktu Ia menggoda Alena bahwa Alena mau memperkosanya. Memang benar digoda seperti itu saja Alena langsung menangis meraung-raung.

"Well Cynthia jadi bagaimana menurut pendapat mu? " Nizam akhirnya bertanya dengan wajah sedikit lega melihat Cynthia mulai memahami permasalahan yang Ia hadapi.

""Aku sendiri bingung, Apa yang kamu ceritakan masih berasa mendengar cerita fiksi . Memang dugaan Kamu benar, Siapa yang bersedia momen terindah seperti itu harus dilakukan dihadapan orang lain. Alena, walaupun Ia sering bertingkah konyol seperti meminta cium tapi dia tidak akan pernah melakukan lebih jauh dari itu di depan orang lain. Nizam apa yang terjadi jika ternyata terbukti seorang istri sudah tidak suci bukan oleh suaminya?"

Nizam termenung sesaat sebelum akhirnya bicara.

"Wanita itu bisa diusir langsung dari rumah mertuanya, diceraikan atau bahkan bisa dibunuh."

Cynthia menatap minumannya yang hampir habis dengan tatapan kosong. Dalam hati nya sedikit timbul perasaan menyesal sudah membantunya untuk mendapatkan Nizam. Andaikan Ia memotivasinya untuk mendapatkan Edward rasanya itu akan lebih sederhana dibandingkan dengan permasalahan ini. Kalau dengan Edward mereka hanya tinggal menyamakan keyakinan lalu menikah. Berhubungan dengan Nizam membuat Alena akan seperti berjalan di hutan belantara dimana banyak binatang buas yang siap memangsa. bertarung dengan lawan yang memiliki kekuatan tidak seimbang. Cynthia merasa ikut bertanggungjawab dan Ia akan bertekad untuk tetap disisi Alena. Menjaga dia, membantu dia dan melindunginya.

"Kalau begitu Nizam, pastikan Alena tetap suci sampai kalian tiba di Azura."

" Begitulah yang Aku mau. Jadi tolong jangan menuduhku lagi dengan kata-kata impoten. Aku muak mendengarnya"

Cynthia akhirnya tertawa mendengar kata-kata Nizam tapi lalu menarik nafas panjang dan berkata kembali.

"Apa yang terjadi terjadilah Nizam. Kamu tidak usah khawatir. Aku akan terus ada disisi untuk menjaganya. Dia sebenarnya bukan gadis yang bodoh. Hanya seperti yang kamu katakan tadi. Hidupnya selama ini terlalu mudah. Ia tidak pernah merasakan sulitnya hidup. Sebagai anak tunggal yang dimanjakan membuat Alena hidup hanya dengan pemikiran sederhana. Ia cuma tau pelajaran kuliah, berdandan dan belanja. Aku yakin seiring berjalannya waktu Ia akan mempelajari arti hidup itu seperti apa. Masalah yang nanti akan timbul akan membuatnya semakin dewasa"

"Cynthia Aku sangat berterima kasih padamu. Apakah masih ada yang ingin Kau tanyakan?"

"Tidak untuk saat ini. Biarlah Aku mempelajari dulu tentang negaramu dari literatur yang ada"

" Well..baiklah. Sekarang ayo kita ke apartemen Alena. Aku akan mengambil barang-barangku disana sekalian mengantarmu pulang. Aku tadi pamit pada Alena akan menjemputmu dari tempat kerja. Dan Aku rasa mulai besok Kamu tidak perlu lagi bekerja. Mulai saja menemani Alena" Nizam berdiri dengan perasaan sedikit lega karena ada teman tempat berbagi.

"Oh ya Cynthia, Besok aku akan mendatangkan guru bahasa Azura ke Amerika. mungkin sekitar lusa dia tiba di Amerika. Belajarlah kalian berdua agar nantinya Kalian bisa paham bahasa kami."

"Ok sip" Cynthia mengacungkan jempolnya.

***

Apartemen Alena.

"Bagaimana mungkin Kamu dan Aku tidur terpisah. Bukankah Kita sudah menikah." Alena morang-maring. wajahnya merah karena kesal. air matanya berhamburan membasahi pipinya yang ranum. Nizam menarik tangan Alena dan mendudukkan dipangkuannya. Cynthia pura-pura tidak melihatnya Ia asyik dengan laptopnya mengerjakan tugas kuliahnya.

"Alena..Aku sudah meminta Cynthia untuk selalu menemanimu dimulai dari hari ini. Kamu ingat tidak bahwa Kamu adalah istriku. Sebagai istri seorang pangeran kamu harus memiliki penjaga. Dan Aku sudah meminta Cynthia untuk menjadi penjagamu" Nizam mengusap-ngusap punggung Alena dengan lembut.

"Benarkah Nizam?? Tapi dia kan harus bekerja paruh waktu. " Alena mulai mengurangi Isak tangisnya.

"Dia tidak lagi bekerja paruh waktu. Bukankah Dia sudah bekerja untuk kita."

" Apa Kau membayar gajinya?"

"Tentu saja sayang, bagaimana bisa kita memperkerjakan orang tapi tidak membayarnya. Itu dzolim namanya."

"Aku senang Cynthia akan bersamaku terus. Tapi Aku juga ingin Kau juga bersamaku"

" Bagaimana bisa, Cynthia bukan istriku. Bagaimana bisa kita tinggal seapartemen bertiga..ha...ha...ha Lagipula apartemenmu kecil dan kamarnya cuma satu." Nizam tertawa lucu melihat wajah Alena cemberut tambah gusar.

"Kamu beli saja Apartemen yang besar dengan kamar yang banyak sehingga kita bisa tinggal bersama." Kata Alena

"Jangan sayang. Aku tidak bisa tinggal denganmu sekarang. Nanti Aku bisa lepas kendali. Kamu pasti masih ingat pembicaraan kita yang terakhir"

"Iya Aku tau. Kamu takut aku hamil. Oh ya baiklah..tapi aku tetap tidak suka" Alena makin morang-maring dengan wajah cemberut

Melihat Alena cemberut. Nizam bermaksud membujuknya lebih dalam tapi ia merasa risih ada Cynthia sehingga Ia menarik Alena ke dalam kamar untuk menghindari Cynthia. Padahal Cynthia sendiri sebenarnya tetap fokus mengerjakan tugas.

Nizam tetap memangku Alena hanya kali ini Ia duduk di ranjang. Nizam mencumbu istrinya, merayu dan membujuknya dengan lembut. Ia memperlakukan istrinya bagai permata yang sangat berharga. Alena merangkul leher Nizam.

"Bagaimana kalau Aku rindu?" Kata Alena sambil menggeliat ketika Nizam mencium leher Alena dengan lembut.

"Aku akan datang ke apartemenmu setiap hari. Tapi tidak akan menginap." Nizam menurunkan ciumannya ke dahi tapi hanya sampai dahi. Ia tidak berani menurunkan ciumannya lebih jauh lagi. Ia lalu menaikkan kembali ciumannya ke pipi Alena yang basah oleh air matanya.

"Kamu semakin cantik kalau menangis." Bisik Nizam sambil menjulurkan lidahnya menjilati telinga Alena dengan lembut.

"Aah..geli" Alena menghindari cumbuan Nizam pada telinganya.

Diluar Cynthia tampak gelisah. Apa-apaan Nizam itu, malah bermesraan didalam kamar. Apa ia tidak takut kebangblasan. Bisa mati sahabatnya di Azura nanti kalau sampai Nizam menyentuhnya sekarang. Bukankah Ia diminta untuk tinggal dengan Alena agar ia bisa menjaga Alena termasuk dari kemungkinan Nizam gelap mata. Akhirnya Cynthia bangkit dan mengetuk pintu kamar sahabatnya.

"Alena!! Nizam!! Keluarlah kalian!! Aku ada perlu"

Nizam yang sedang merayu istrinya langsung menghentikan aktivitasnya. Mata Alena terlihat sayu ia sangat mengharapkan suaminya melakukan hal yang Ia inginkan.

"Cynthia memanggil kita, sayang" Kata Nizam sambil menurunkan Alena dari pangkuannya.

"Kenapa dia memanggil disaat yang tepat." Alena tiba-tiba merasa sebal dengan gangguan sahabatnya itu.

"Aku pikir malah sangat tepat" Kata Nizam sambil merapihkan pakaian Alena yang sedikit acak-acakan. Tentu saja tindakan Cynthia sangat tepat. Dia berjaga dari kelakuannya agar bisa menjaga Alena sampai nanti di Azura.

"Tepat..tepat..tepat apaan?" Alena morang-maring sendiri. Tapi Ia tidak berdaya ketika melihat Nizam keluar dari kamar. Cynthia menatap Nizam dengan kesal.

"Jaga sikapmu.." Kata Cynthia tajam. Nizam tertawa.

"Aku tidak melakukan apa-apa, Don't worry. " Katanya sambil tersenyum. Ia suka dengan gaya Cynthia yang tegas. Ia benar-benar lega istrinya dijaga oleh Cynthia.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C67
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk