- Author POV -
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, tetapi dia masih sibuk membuka lembar demi lembar kertas yang menentukan kehidupan banyak orang. Raut wajahnya yang tegas dan dingin sudah terlihat letih. Tiba-tiba ketukan pintu menyadarkan pria itu dan menengok ke arah sumber suara tersebut dan menunggu sosok di balik pintu itu.
"Ada apa, Simon?"tanyanya tanpa basa basi pada sosok yang muncul dari balik pintu.
Laki-laki paruh baya itu menunduk hormat,"Maaf mengganggu, tuan. Lebih baiknya tuan pulang beristirahat. Tuan bisa melanjutkan pekerjaan tuan besok."jawab Simon yang menjadi tangan kanannya. Ia sudah mengabdi bertahun-tahun, mulai ketika ayahnya masih menjabat sebagai CEO di perusahaan Johnson Company. Yah, Romi Alfred Johnson yanh merupakan ayah dari Rayhan Alfred Johnson.
"Saya tidak suka jika harus menunda-nunda pekerjaan saya."kata Rayhan dengan wajah yang dingin.
"Tapi tuan, Nyonya besar sudah menghubungi saya beberapa kali untuk menyuruh Anda pulang berisitirahat di rumah."jawab Simon kembali. Nyonya besar yang dimaksud oleh Simon di sini adalah Ibu dari Rayhan.
Rayhan menghela nafasnya dalam-dalam,"Baiklah. Siapkan mobil untuk kita kembali ke rumah."kata Reyhan mengalah. Rayhan tahu bagaimana watak ibunya itu. Jadi dia lebih baik pulang sebelum nyonya besar itu mulai mendatanginya ke kantor malam-malam begini. Ibunya itu memang tidak bisa tidur sebelum dia melihat anak-anaknya di rumah. Sangat memiliki sifat keibuan yang baik. Mungkin hal itulah yang membuat ayah Rayhan jatuh hati pada ibunya Rayhan.
Rayhan segera mengambil jas yang ia gantungkan di tempat yang telah disediakan. Segera saja ia keluar dari ruangan tersebut, tapi sebelum itu ia meraih ponselnya yang diletakkan di kamar pribadi dalam ruangannya itu. Sebenarnya, ibunya sudah mencoba menghubungi Rayhan beberapa kali tapi Rayhan tidak menghiraukannya. Karena hal itu, ia menyimpan ponselnya itu di kamar pribadinya agar tidak mengganggunya bekerja.
🍃🍃🍃
Di tengah perjalanan pulang, Rayhan menikmati pemandangan jalanan yang terlihat mulai sepi. Ia menghela nafasnya dalam kembali. Simon yang mendengar itu bertanya.
"Ada apa tuan? Ada yang mengganggu pikiran tuan?"tanya Simon yang berada di balik kemudi.
"Tidak apa-apa Simon. Saya hanya sedikit lelah."jawab Rayhan.
"Kalau begitu tuan berisitirahatlah sejenak. Jika sudah sampai, saya akan membangunkan tuan."kata Simon menyarankan idenya.
"Baiklah."Rayhan mulai mencari posisi nyamannya untuk berisitirahat dalam mobil yang dikemudikan Simon. Setelah cukup nyaman dengan posisinya, ia mulai menutup matanya secara perlahan. Simon hanya memandangi atasannya itu melalui kaca spion dalam mobil tersebut.
Tiba-tiba mata Rayhan terbuka kembali, seperti mengingat sesuatu,"Ohiya Simon, kamu masih ingat dengan pelayan kafe tadi pagi?"tanya Rayhan yang menampakkan wajah seriusnya.
Simon melirik ke arah kaca spion untuk menatap atasannya itu,"Maksud tuan pelayan kafe yang berambut pirang tadi pagi?"tanya Simon balik.
"Iya, apa kamu masih ingat tentang gadis itu?"
"Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantuan?"
"Aku ingin kamu mencari informasi mengenai gadis itu sedetail mungkin. Jangan sampai ada yang tau mengenai ini, termasuk mommy dan Daddy sendiri. Oke?"perintah Rayhan dengan wajah dinginnya.
"Baik tuan, besok pagi saya akan mulai mencari informasi tentang gadis itu."jawab Simon. Tanpa sepengetahuan Rayhan, Simon tersenyum.
"Bagus."kata Rayhan singkat. Segera kembali Rayhan memperbaiki posisinya untuk mencari kenyamanannya untuk berisitirahat.
🍃🍃🍃
Mobil mewah yang dikendarai Simon tiba di sebuah rumah mewah yang bernuansa klasik Eropa itu. Simon kembali menatap kaca spion untuk melihat keadaan bosnya itu.
"Tuan... Tuan kita sudah sampai."panggil Simon untuk membangunkan bosnya itu.
Mata Rayhan mulai mengerjap secara perlahan. Setelah kesadarannya kembali penuh, segera saja Rayhan membuka pintu mobil dan menaiki tangga rumah mewah itu. Sementara Simon, kembali mengendarai mobil mewah itu menuju rumahnya.
Tiba di depan pintu, Rayhan menghela nafasnya sebelum membuka pintu rumahnya. Perlahan tapi pasti pintu itu itu terbuka. Ia disambut dengan kegelapan. Lampu di dalam rumah itu semuanya padam, seperti tak berpenghuni. Namun setelah pintu rumah itu ditutup oleh Rayhan, seluruh lampu menyala membuat mata Rayhan harus beradaptasi.
"Kenapa kamu baru pulang?"Pertanyaan mulai memenuhi pendengaran telinga Rayhan. Suara yang mengeluarkan pertanyaan itu begitu tegas, namun masih jelas bahwa itu suara wanita dewasa. Rayhan membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah sumber suara itu.
Rayhan memasang senyum memelas ke hadapan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan menawan itu,"Eh, mommy... Mommy kok belum tidur sih?"tanya Rayhan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.
Wanita yang dipanggil mommy itu tidak merubah raut wajahnya yang masih marah itu dengan tangan yang dilipat di dada,"Sini kamu anak nakal!"panggil mommynya yang bernama Berlin.
Rayhan melangkah ke arah mommynya dengan perlahan, tak lupa ia masih memasang senyum melasnya. Tepat di hadapan mommynya itu, ia mulai menjerit kesakitan,"Aaauuuhhhh... Mommy sakiiitttt.... Telinga aku jangan dijewer dong! Ssssstttt.... Sakit, mom!"
"Rasain kamu, masih mau buat mommy khawatir anak nakal?"kata mommy dengan raut yang kesal.
"Mom... Rey bukan anak kecil lagi mom. Umur Rey udah 29 tahun, nggak sepatutnya lagi telinga Rayhan dijewer... Aaauuuhhhh.. Udah dong, mom!!!!!"
Mommynya mulai melepas tangannya dari telinga anak laki-lakinya itu. Rayhan segera menyapu-nyapukan tangannya di telinganya yang telah dijewer. Nampak terlihat telinganya itu sangat merah.
"Kalau udah tau umur, kenapa belum ngasih mommy mantu?"tanya wanita paruh baya itu yang masih kesal.
Rayhan menghentikan kegiatannya dari telinganya, ia segera memeluk mommynya itu,"Mom kok malah bahas mantu sih? Kann mommy tau kalau anak kesayangan mommy ini belum siap untuk itu."
"Tapi mommy udah nggak sabar tau mau lihat anak kamu. Teman-teman mommy semua udah gendong cucu."kata mommy Berlin dengan memasang wajah cemberut.
"Mommy sabar ajah, kalau Rey udah nemuin calon mantu mommy yang cocok untuk Rey, Rey akan bawa langsung ke hadapan mommy. Kalau perlu mommy boleh langsung untuk nikahin Rey dengan gadis itu. Gimana? Mommy setuju?"kata Rayhan yang mulai bernegosiasi dengan ibunya itu.
Mommy Berlin hanya bisa mengangguk pasrah. Rayhan tersenyum puas dengan jawaban mommynya itu. Tiba-tiba suara nan tegas kembali memecah keheningan itu,"Rey... Jauh-jauh dari mommy kamu!!!"
Rayhan hanya mendengus mendengar suara yang syarat akan kecemburuan itu. Rayhan melepas pelukannya dan menghadap ke suara itu,"Cihh... Dasar cemburuan!!! Anaknya saja dilarang meluk, padahal kann itu mommy Rey sendiri.."
"Makanya cari istri dong, supaya ada yang dipeluk-peluk kayak Daddy!!!"kata pria yang hampir mirip wajahnya dengan Rayhan. Yah, dia ayah Rayhan. Romi Alfred Johnson.
Mendengar perkataan ayahnya, Rayhan hanya mampu memutar matanya dan menghela napasnya dalam-dalam.
Mommy Berlin hanya cekikikan mendengar perdebatan ayah dan anak itu,"Yaudah, kamu istirahat gih di kamar kamu. Besok kann, kamu harus kerja lagi." katanya penuh cinta sambil menyapu punggung anaknya.
Rayhan hanya mengangguk dan meninggalkan dua insan yang cintanya masih bermekaran sampai sekarang. Padahal, mereka sudah lama menikah. Pasangan suami-istri itu masih menatap anaknya itu hingga tak terlihat lagi. Mereka berjalan kembali menuju kamar mereka yang berada di lantai satu itu.
- Author POV End -
🍃🍃🍃
Nah... Nah.... Lucu kann dengan keluarga Rayhan yang penuh kasih sayang dan penuh keuangan itu?! Apalagi kalau Rayhan sama daddy-nya itu nggak pernah akur, terutama kalau menyangkut mommy Berlin. Daddy Romi punya sifat posesif yang akut, gak bisa dihilangkan. Jadi yahh gitu deh! Setiap Rayhan bermanja-manja dengan mommynya pasti ribut sama daddynya.
Ditunggu vote dan comment dari kalian semua pembaca setiaku. Author pamit undur diri yah! Bye-bye, salam cinta author untuk kalian semuaaa?