Perasaan yang kuat tentang kegelisahan muncul di dada Uskup Agung.
Ia dengan cepat berbalik dan melihat celah menakutkan yang perlahan mulai terbuka di langit di atasnya.
"Resimen Pendeta," ia berseru, "invasi musuh!"
Dalam sekejap, lingkaran perak yang indah mengelilingi seluruh ibukota.
Orang-orang yang berlutut di tanah memandangi celah itu dengan sangat ngeri.
Bukankah itu seharusnya menjadi penghukuman bagi orang-orang berdosa?
Bagaimana itu bisa tiba-tiba terganggu?
Mengapa celah yang besar itu terasa begitu menakutkan?
Mereka tidak bisa menyingkirkan pertanyaan di hati mereka, dan naluri mereka mendesak mereka untuk melarikan diri.
Tetapi mereka telah di indoktrinasi oleh Gereja Naga Hitam untuk waktu yang lama, jadi mereka tidak bisa pergi tanpa diusir oleh doa dari Uskup.
Mereka hanya dapat terus berlutut ketika mereka menyaksikan Resimen Pendeta dan prajurit-prajurit lain mengikuti Uskup untuk berperang.