Su Qianci dilucuti pakaiannya dengan cepat. Dia tersipu malu dan terus menolak suaminya. "Tidak, tidak!"
"Kenapa?" Li Sicheng berhenti, menatap dirinya.
"Aku …." Su Qianci tergagap-gagap, jantungnya tercekat. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, dirinya tidak bisa menahan tangisnya lagi.
Li Sicheng tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Pria itu menyerah untuk bertanya pada istrinya dan bersandar padanya. Su Qianci hanya mengenakan sebuah kaus dan pakaian dalam sekarang. Li Sicheng mengulurkan tangannya ke dalam dan membuka kaitan bra wanita itu.
Su Qianci mundur, mencoba menyingkirkan tangan suaminya. Namun, Li Sicheng sangatlah gigih. Memisahkan kaki istrinya dengan pahanya, dia mendorong lututnya di antara kedua kaki Su Qianci dan berbisik, "Kamu bahkan membuatku semakin terangsang."
Wanita itu berhenti bergerak. Li Sicheng melengkungkan bibirnya dan mencium leher istrinya dengan segala ketulusan hatinya. Ciuman Li Sicheng terasa seperti sebuah bulu, sedikit menggelitiknya. Air mata Su Qianci menetes lagi. Dia terisak-isak, "Tuan Li, mmm …."
Suara lembut Su Qianci menggoda monster di dalam hati Li Sicheng. Dengan sebuah dorongan, pria itu menghujamkan kejantanannya ke arah kaki istrinya yang terbuka lebar melalui kain celananya. Menyadari apa yang sedang Li Sicheng coba lakukan, Su Qianci bergerak mundur dengan panik dan terengah-engah, "Mari … bercerai."
Li Sicheng tiba-tiba memicingkan matanya, tampak berbahaya. Dia menundukkan kepalanya dan mendorong ujung hidungnya ke ujung hidung Su Qianci, menatap mata istrinya. "Ada apa lagi kali ini?" Li Sicheng benar-benar marah. Dia memandang Su Qianci seolah-olah istrinya adalah seorang anak yang nakal. "Jika kamu mengatakan itu terlalu sering, hal itu tidak akan lucu lagi, Nyonya Li."
Su Qianci menangis tersedu-sedu. Dia meletakkan tangan di dada suaminya dan berkata, "Aku …."
Namun, Li Sicheng tidak mau mendengarkan perkataannya. Dia menyegel bibir Su Qianci dan membuka ritsleting celana istrinya, menariknya ke bawah. Su Qianci bahkan meronta lebih keras, tetapi suaminya begitu kasar sehingga dirinya tidak bisa melawan.
Su Qianci meledak dalam tangis dan berteriak, "Tuan Li, aku diperkosa. Apakah kamu tahu itu?"
Li Sicheng terdiam. Tiba-tiba matanya terlihat seperti mata sebuah monster yang ganas, penuh dengan bahaya. "Apa katamu?"
Su Qianci menangis dalam keputusasaan. Berada di bawah tubuh suaminya, dia merasa sangat jengkel sehingga dirinya tidak bisa berbicara. Li Sicheng melepaskannya dan membantunya berdiri. Pria itu menyeka wajahnya dan bertanya dengan sebuah suara yang rendah dan berbahaya, "Siapa itu? Apakah itu terjadi selama perjalanan bisnisku?"
Dia terisak-isak, tidak mampu berkata-kata.
"Lu Yihan?" Li Sicheng menyuarakan tebakannya, seraya hatinya terasa semakin dingin.
Mendengar nama itu, Su Qianci segera berhenti menangis. Sambil menarik lengan baju suaminya, dia menggelengkan kepalanya secepat mungkin. "Tidak, tidak …."
"Lalu siapa?"
Kecuali Lu Yihan, Li Sicheng tidak bisa memikirkan seseorang yang lain dengan motif dan keberanian untuk melakukannya.
Su Qianci mendengus. Li Sicheng mengekang rasa tidak sabarnya dan memberinya beberapa lembar tisu untuk menyeka air mata istrinya.
"Pada hari ulang tahun kakek, aku … diculik oleh ibu Tang Mengying. Dan kemudian seorang lelaki pengidap AIDS meminum beberapa pil Viagra untuk … aku …." Su Qianci tidak dapat mengatakannya lagi. Dia menangis dengan keras, "Lelaki itu menderita AIDS. Aku pergi ke dokter hari ini, dan dokter itu berkata bahwa aku sudah terinfeksi dan memintaku untuk pulang dan mempersiapkan pemakamanku. Aku …."