"Cinta pada pandangan pertama" mungkin sedikit berlebihan, tapi Ye Zixiao sangat yakin bahwa dia benar-benar tertarik kepada Xu Xu.
Di hari yang berkesan itu pada rerumputan yang disinari matahari terbenam, seorang gadis mungil pemarah, yang meneriakkan perintah dengan kedua tangan berlumuran darah telah memetik sebuah nada di hatinya. Dia terpikat karena kenyataannya Xu Xu adalah wanita yang keren, penuh energi, dan juga sangat imut.
'Jika kamu menyukai seseorang maka lakukanlah sesuatu,' itu adalah prinsip sederhana yang dia ikuti.
Setelahnya, Ye Zixiao mengganggunya seharian, tetapi wanita itu bahkan tidak mau menatap matanya. Awalnya dia merasa kesal dan tidak tertarik kepada Xu Xu, tapi dia melihat sesuatu saat dia berdiri di belakangnya saat dia berjongkok di rumput selama lebih dari satu jam di lokasi kejadian perkara. Saat dia berdiri, kakinya pasti mati rasa, jadi wanita itu terhuyung sebentar sebelum dia bisa berdiri tegak lagi. Lalu dia menghentakkan kakinya beberapa kali di atas tanah agar sirkulasi darah kembali mengalir ke kakinya.
Pada saat itu, dia merasa tidak puas. 'Jika dia jadi pacarku, bagaimana mungkin aku membiarkannya bekerja sekeras itu? Aku akan memanjakannya agar dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Dia tidak perlu melumuri tangannya dengan darah atau memeriksa akibat dari tindak pembunuhan. Dia akan hidup luar biasa nyaman setiap hari.'
...
Malam itu langit tertutup awan dan sinar cahaya redup hanya sedikit menembus kegelapan.
Ye Zixiao berpura-pura seolah tidak ada hal yang terjadi di antara mereka sebelumnya saat dia mengulurkan tangannya untuk menyapa Xu Xu. "Halo, Nona Xu, kita sudah bertemu sebelumnya. Aku Ye Zixiao."
Xu Xu memberengut, dia hampir saja menolaknya, tapi dia menengadah dan melihat ekspresi wajah kakaknya yang lembut dan penuh harapan.
Dia tiba-tiba mengingat apa yang dikatakan Ji Bai sebelumnya. "Xu Xu, penting bagi kamu untuk mengerti bagaimana cara kerja dunia."
Dia juga mengingat perkataan kakaknya. "Karena kamu sudah ada disini, kamu harus menghargaiku dan setidaknya makan sampai selesai."
Setelah jeda beberapa saat, dia mengulurkan tangannya secara perlahan. "Halo."
Raut kemenangan bisa terlihat menyinari mata Ye Zixiao yang indah. Dia menjabat tangan mungilnya namun sedikit terkejut karena kulitnya terasa sangat dingin dan halus. Detik berikutnya, Xu Xu menarik kembali tangannya dengan paksa.
Mereka bertiga duduk dan Xu Juan melihat menu, sedangkan Xu Xu hanya menatap ke arah meja.
Ye Zixiao berkata, "Nona Xu, apa saja hobimu?"
Xu Xu tidak berencana untuk menghiraukannya, jadi dia memberikan jawaban setengah hati. "Diluar pekerjaanku, aku tidak punya hobi."
Ye Zixiao mengangkat alisnya dan tersenyum. "Sebuah kebetulan, aku juga begitu."
Xu Xu terdiam.
Xu Juan melirik ke samping kepada mereka berdua lalu tersenyum.
Ye Zixiao lanjut bertanya, "Aku dengar kamu mempelajari psikologi kriminal, apa itu? Apakah itu semenarik yang dibuat di drama Amerika?"
Xu Xu menjawab, "Pada dasarnya aku meneliti tiga bagian di universitas. Yang pertama adalah mengembangkan database berisikan model perilaku para penjahat di China. Yang kedua yaitu tentang pengaruh dari lingkungan hidup keluarga di China terhadap perilaku kejahatan setelah dewasa. Yang ketiga ... " dia melanjutkan dengan menjelaskan daftar teori yang sangat teknis.
Ye Zixiao mengangguk berulang kali saat mendengarkan Xu Xu. Ada senyum samar di wajahnya saat dia melakukannya, dan matanya terus bersinar.
Xu Juan menghela napas. "Kenapa kamu menjelaskan dengan cara yang begitu rumit, aku tidak mengerti apapun."
Ye Zixiao mengangguk. "Aku juga tidak mengerti, tapi aku merasa Xu Xu menjelaskannya dengan sangat baik."
Oleh sebab itu, tidak peduli apa yang dia tanyakan setelahnya, Xu Xu hanya menjawab dengan malas "Hmm", "Ya", atau "Aku tidak tahu."
Di tengah perbincangan Xu Juan pergi ke ke kamar kecil.
Karena hanya ada mereka berdua, Ye Zixiao tersenyum kepadanya tapi Xu Xu langsung menuju pokok permasalahan. "Kencan buta ini tidak ada artinya, aku tidak akan menerimamu."
Akan tetapi, Ye Zixiao tidak terkejut ataupun marah, malah dia dengan sangat rendah hati menganggukkan kepalanya.
Lalu dia berkata. "Xu Xu. Aku tahu bahwa perbuatanku sebelumnya agak tidak sopan, yang mungkin membuatmu mempunyai kesan buruk terhadapku. Ditambah lagi, aku bahkan menghambat pekerjaanmu sebagai petugas kepolisian tindak kriminal. Aku minta maaf."
Dia telah meminta maaf dengan tulus dan Xu Xu bukan orang yang kejam, karena itu dia mengangguk. "Aku menerimanya, aku tidak mengambil hati perbuatanmu, jadi jangan terlalu memikirkannya."
Senyum Ye Zixiao semakin melebar, menampilkan gigi seputih mutiara secara menyeluruh. "Karena kita berdua sudah melupakan masa lalu, dan sekarang aku sedang berkencan buta denganmu malam ini, aku berharap kamu akan memberikan kesempatan untuk mengenalku lebih dahulu sebelum memutuskan untuk menolakku atau tidak."
"Aku berumur dua puluh lima di tahun ini, sehat dan tidak mempunyai kebiasaan buruk ataupun catatan kriminal. Aku sangat mapan dari sisi keuangan, jadi kamu akan sangat berkecukupan di masa depan. Aku lulus sebagai murid di tingkat sepuluh teratas di luar negeri dan juga mempunyai nilai tes IQ yang luar biasa, yang akan bermanfaat bagi keturunan kita."
"Akan tetapi, di atas semua itu, yang terpenting adalah aku menyukaimu. Ketahuilah jika kita mulai berpacaran, aku akan menganggap serius hubungan ini."
"Jadi, maukah kamu mempertimbangkannya?"
Xu Xu tercengang.
Ini adalah pertama kalinya seseorang membuat pengakuan kepadanya dengan pidato yang begitu panjang dan serius. Belum lagi, semua yang dia katakan masuk akal.
Sesungguhnya, Ye Zixiao sudah menyiapkan diri. Dia secara khusus bertanya kepada Xu Juan tentang hal yang disukai Xu Xu, dan meskipun Xu Juan tidak akan sembarangan menolong orang luar, dia mau memberikan beberapa saran untuknya. Xu Juan mengatakan kepadanya, "Adikku suka menganalisa semuanya, jadi jangan perlakukan dia seperti wanita angkuh dan sombong pada umumnya - kamu harus mengerakkan hatinya dengan ketulusanmu."
Setelah berpikir panjang dan lama tentang hal ini, akhirnya Ye Zixiao membuat pernyataan itu. Ternyata, memang benar mengenai sisi logis Xu Xu, jadi dia mendengarkan perkataannya dengan penuh perhatian.
Melihatnya terkejut, Ye Zixiao tampak gembira dan bertanya, "Bisakan aku menganggap kebisuanmu sebagai penerimaan yang tidak diucapkan?"
Xu Xu menggosok matanya. "Maafkan aku. Aku agak lelah dan pikiranku belum jernih, sehingga mempengaruhi pengambilan keputusanku. Biarkan aku mengumpulkan pikiranku dan mempertimbangkannya selama beberapa menit, lalu aku akan memberikan jawaban untukmu." Lalu dia melihat waktu di jam tangannya sebelum tenggelam dalam pemikirannya dengan raut wajah datar.
Ye Zixiao sedang merasa tidak percaya, namun gembira di saat yang sama. 'Dia benar-benar fokus untuk memikirkannya.'
Jika orang lain yang melakukannya, Ye Zixiao pasti udah tersenyum mencemooh dan pergi. 'Meskipun aku yang mengejarnya, kenapa aku harus menjadi seekor ikan di papan talenan seraya menunggu seorang wanita menentukan takdirku?'
Akan tetapi, kali ini, teman kencannya adalah Xu Xu, jadi dia tahu bahwa wanita itu bukannya sengaja melakukan ini untuk mempermalukannya dan juga tidak melakukan ini karena dia angkuh. Dia benar-benar memikirkannya dengan serius.
Selain itu, cinta bukanlah sebuah permasalahan teknis, tapi dia benar-benar berkata, "Pikiranku sedang tidak jernih, biarkan aku mengumpulkan pikiranku dan mempertimbangkannya." dari yang pria itu lihat, Xu Xu sebelumnya sudah memiliki keyakinan bulat tetapi sekarang dia sedang merasa bimbang, bukan? Jika dia masih merasa bimbang maka apakah menurut dia, Ye Zixiao ini, tidak cukup baik untuknya?
Meskipun dia memikirkan hal ini, saat Ye Zixiao melihat Xu Xu yang sedang mengerutkan alisnya, dia tidak kuasa merasa gugup.
Setelah beberapa menit, Xu Xu menengadah. Dia sangat tenang saat mengatakan, "Aku sudah memikirkannya dan aku minta maaf, tapi aku tidak bisa menerima ini."
Raut wajah Ye Zixiao berubah sedikit dan dia dengan seketika bertanya, "Mengapa?"
Xu Xu terlihat ragu-ragu sejenak sebelum dia melembutkan nada bicaranya dan menjawab, "Terima kasih banyak karena sudah berusaha keras untuk mendapatkanku. Kamu menawarkan perjanjian yang bagus, tapi aku tidak terlalu menyukai pria sepertimu. Perjanjian bisa diperbaiki, akan tetapi selera tidak bisa dikendalikan. Aku minta maaf."
Saat Xu Juan kembali, dia melihat Ye Zixiao bersandar ke belakang sandaran kursi sambil menatap ke luar jendela. Dia terlihat mengerikan. Xu Xu, di sisi lain sedang menggeser halaman dalam ponselnya dengan wajah agak memerah.
Xu Juan tidak mengatakan apapun. Dia duduk dan langsung memulai pembicaraan yang berhubungan dengan bisnis.
Sepanjang malam itu, Ye Zixiao tidak pernah mengajak Xu Xu berbicara lagi dan Xu Juan tidak lagi mencoba untuk menjodohkan mereka. Xu Xu hanya tinggal di sana sambil memeriksa ponsel dan mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam.
Dalam perjalanan menuju mobil mereka setelah makan malam, Xu Juan berkata, "Xu Xu, tunggu aku di dalam mobil, aku mau merokok sebentar dengan Tuan Ye."
Xu Xu mengangguk dan pergi. Kedua pria itu menyalakan rokok mereka sebelum Xu Juan berkata dengan senyum samar, "Adikku adalah orang yang terus terang, dia tidak baik dalam urusan interaksi antar sesama, yang sebagiannya karena fakta aku yang memanjakannya. Jangan khawatir, aku tidak akan mengajaknya makan malam bersama kita lagi di kemudian hari."
Ye Zixiao mengerti apa yang dia lakukan - Xu Juan sedang mencoba mengurangi kerusakan dari kencan buta yang gagal itu, dengan memberikannya jalan keluar.
Dia melihat ke arah Xu Xu yang berjalan menjauh, dan menjawab sambil tertawa, "Jika kamu tidak keberatan, aku belum mau menyerah, lagipula, kepercayaan bisa memindahkan gunung. Sebagai kakaknya, aku percaya kamu tidak akan menghalangi kebebasan adikmu dalam berteman, bukan?"
Xu Juan agak terkejut saat dia tertawa. "Baiklah, aku tidak akan ikut campur. Pilihan itu sepenuhnya ada di tangannya."
Sebetulnya, Ye Zixiao agak marah kepada Xu Xu. Dia merasa bahwa Xu Xu terlalu keras kepala dan tidak menghargainya sama sekali.
Walaupun begitu, setelah menenangkan diri, dia juga merasa tidak puas. Dia percaya bahwa dia bisa memenangkan hatinya biar bagaimanapun juga.
Mungkin hasratnya untuk menjadi pemenang membuatnya berpikir seperti itu. Dia sangat sadar bahwa penolakannya, sebenarnya, membuatnya semakin merasa tertarik. Dia melakukan yang terbaik untuk membenarkan perasaannya. 'Apa salahnya? Sangat pantas bagi seorang pria untuk mengejar seorang wanita.'
Dari sudut pandang Xu Xu, dia sudah menyelesaikan persoalan dengan Ye Zixiao, tapi dia tidak tahu bahwa pria itu sebenarnya merencanakan untuk bangkit kembali. Sementara itu, meskipun dia masih harus berlatih setiap subuh, dia bisa beristirahat di rumah selama waktu yang tersisa di hari itu, jadi dia segera memulihkan diri dengan cukup baik.
Pada hari Minggu sore, dia bahkan memasak sepanci bubur untuk dirinya sendiri. Karena dia tinggal sendiri, masih ada sisa setengah panci meskipun dia sudah makan sampai kenyang. Dia tidak suka membuang makanan, jadi dia berpikir untuk membawanya ke kantor polisi besok untuk dimakan saat sarapan. Meskipun begitu, dia masih tidak bisa menghabiskannya, jadi dia memikirkan Ji Bai dan mengirimkan pesan kepadanya. "Aku memasak bubur dan ada sisa. Apa kamu mau memakannya besok pagi?"
Ji Bai dengan cepat menjawab. "Bubur apa?"
"Bubur kacang merah."
"Baiklah."
Minggu berikutnya lewat dengan cepat setelah Xu Xu membiasakan diri dengan latihan iblis. Meskipun mereka berdua berolahraga bersama setiap hari, mereka tidak banyak berbicara dan berlari dengan kecepatan masing-masing. Akhirnya Xu Xu semakin pintar dan setiap kali dia membawa sarapan, dia juga akan menyiapkan seporsi lagi untuk Ji Bai.
Biasanya, interaksi mereka terbatas dalam persoalan pekerjaan. Akan tetapi, setelah kasus Yang Yu ditutup, tidak ada banyak lagi kasus yang tersisa.
Untuk menghindari timbulnya kepanikan warga, kantor polisi masih belum mengumumkan kasus itu kepada publik, sehingga sebagian besar warga masih tidak tahu tentang kasus ini. Hanya ada sedikit orang yang mengetahui tentang adanya pisau silet di taman-taman. Mereka yang mengetahuinya, di sisi lain hanya menganggapnya sebagai keisengan anak muda, jadi kasus itu tidak terlalu mempengaruhi masyarakat.
Meskipun begitu, semua orang di dalam unit mendengar bahwa Kapten Ji memberikan Xu Xu pelatihan fisik yang berat. Di saat makan siang, mereka bahkan menghibur Xu Xu meski di depan kehadiran Ji Bai, memberitahunya bahwa meskipun prosesnya kejam, itu akan memberikan hasil yang luar biasa. Mereka memberitahunya bahwa terakhir kali Kapten Ji melatih kondisi fisik bawahan adalah tiga tahun lalu - orang itu sangat kurus dan dipaksa untuk lari tiga puluh putaran setiap hari. Dia sekarang menjadi tumpuan bagi cabang timur, seorang gagah, berotot yang mampu berlari dan berkelahi.
Xu Xu mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mendengarkan nasihat mereka.
Pada saat itu jugalah Yao Meng mengetahui bahwa Ji Bai telah melatih Xu Xu secara pribadi setiap hari.
Dia tidak bergabung untuk menggoda mereka seperti biasanya. Malah dia memandang Ji Bai yang tersenyum samar, dan Xu Xu yang agak tersipu, dan dia terdiam.
Dia merasa gelisah saat campuran rasa suka, tidak puas, dan rasa ketidakmampuan kepada Ji Bai berkumpul di hatinya. Perasaan kesepian itu membuatnya merasa seperti diasingkan.
Sebetulnya, perasaan itu mulai tumbuh di dalam hatinya sejak hari Ji Bai kembali.
Yao Meng mengingat dengan jelas bahwa Ji Bai mengenakan jaket hitam pada hari itu. Dia terlihat sangat tinggi dan lebih menarik daripada pria manapun yang pernah dia lihat. Sejak saat itu, dia mengidolakan Ji Bai sebagai orang yang luar biasa, baik dari segi penampilan dan bakat.
Jika dia mau membuat sebuah tujuan untuk diperjuangkan, maka Yao Meng akan berusaha keras untuk menjadi seseorang seperti Ji Bai. Ini sebagian karena kenyataan bahwa mereka berdua tipe orang yang sama, mereka sama-sama diberkati dari sisi penampilan, dan mereka berdua juga sama-sama memiliki kemahiran.
Terlepas dari semua ini, orang yang dia junjung tinggi dan memiliki posisi tinggi di dalam kepolisian telah memilih Xu Xu sebagai anak didiknya, dimana dia terpaksa untuk bekerja di bawah petugas Wu yang dalam ambang masa pensiun. Sekali lagi, tempatnya di dalam kantor kepolisian lebih rendah dibandingkan Xu Xu.
Ditambah lagi, Ji Bai bahkan berlatih bersama Xu Xu setiap pagi, dan mereka selalu bersama hampir sepanjang hari. Nalurinya mengatakan bahwa pada akhirnya, sesuatu akan terjadi di antara mereka berdua.
Ini adalah sesuatu yang dia harapkan untuk salah. Sebetulnya, dia sangat putus asa berharap demikian.
Karena Ji Bai tidak tinggal di kota Lin, dia hampir selalu pulang paling terakhir setelah bekerja. Di sisi lain, Xu Xu juga juga sering pulang terlambat di malam hari juga, biasanya karena dia mau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ji Bai. Malam itu, Yao Meng juga tinggal belakangan. Dia tahu ini adalah gerakan buta dan tidak logis, tapi setelah mendengar bahwa Ji Bai melatih Xu Xu secara pribadi setiap pagi, dia tidak mau pergi setelah melihat lampu di kantor Ji Bai masih menyala.
Akhirnya, pada jam sembilan lewat tiga puluh menit Ji Bai mematikan lampu kantornya dan melangkah keluar. Saat Yao Meng mendengar langkah kakinya, dia tidak menoleh ke arah Ji Bai. Sebagai gantinya, dia mematikan komputernya, bangkit berdiri dan mulai mengemas tas nya dengan kepala tertunduk.
Ji Bai melirik ke arah Xu Xu yang sibuk mengetik dengan kepala tenggelam di layar komputernya, lalu melihat ke arah Yao Meng. "Mengapa kamu belum pulang?"
Yao Meng tersenyum kepadanya dan berkata, "Aku baru saja mau pergi. Ada pekerjaan yang belum selesai barusan."
Ji Bai melangkah menghampiri Xu Xu lalu berhenti. "Kamu masih belum pulang? Apa kamu akan bisa bangun besok?"
Baru saat itu Xu Xu menyadari waktu. Dia melihat ke arah Ji Bai dan mengangguk, lalu mulai berkemas.
Setelah mereka bertiga berjalan menuruni tangga, Xu Xu dan Ji Bai menuju mobil mereka di basement dimana Yao Meng membungkus syal di sekelilingnya dan menggosokkan kedua tangannya. "Kalau begitu aku pergi duluan." Setelah itu, dia berbalik dan mulai berjalan, sambil merasa kecewa dan mengejek dirinya sendiri, karena fakta bahwa dia menunjukkan tingkah buruk. Dan bisa dibilang, Ji Bai tidak menyadari apapun.
"Tunggu sebentar." setelah beberapa saat, suara pelan Ji Bai terdengar. Yao Meng menahan napasnya saat dia berbalik untuk melihatnya dan merasa jantungnya mulai berpacu.
"Tidak ada bus lagi di jam ini. Bagaimana kamu akan pulang?" tanya Ji Bai.
Yao Meng menggaruk kepalanya dengan canggung dan menjawab, "Aku lupa waktu ... aku akan lihat apa aku bisa naik bus malam." Dia melihat Ji Bai, tapi saat bertemu mata dengannya, dia segera menurunkan tatapannya lagi, takut pria itu akan menyadari sorot penuh harap yang sangat kentara di matanya.
Saat Ji Bai melihatnya menundukkan kepala dengan malu, dia tersenyum dan memalingkan muka. "Biarkan Xu Xu mengantarmu pulang karena satu arah."
Xu Xu tercengang, begitu juga Yao Meng.
Xu Xu menatap Yao Meng, "Kita pulang ke arah yang sama?"
Yao Meng terdiam sejenak lalu menyebutkan alamatnya.
Xu Xu berpikir sebentar lalu menyadari bahwa memang benar bahwa itu ke arah yang sama. "Ayo pergi, kalau begitu. Kita bisa pulang kerja bersama jika kita bekerja lembur lagi nantinya."
Ji Bai berkendara malam itu dan menuju ke utara, sedangkan Xu Xu bersama Yao Meng berkendara menuju tenggara. Yao Meng mengusap wajahnya dan berkata sambil tersenyum "Bahkan Kapten Ji tahu dimana kita tinggal."
Xu Xu membalas, "Mmm."
"Apakah Kapten Ji sangat keras?"
"Tentu saja."
Yao Meng tertawa. "Padahal biasanya dia sangat baik hati. Apakah menyenangkan berlatih bersama dia?"
Xu Xu merasa bahwa pertanyaan barusan agak aneh. "Menyenangkan?" dia menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, kita tidak banyak bicara."
Yao Meng tertegun sebelum tersenyum dan berkata, "Aku juga berencana untuk berolahraga, kalau begitu aku akan bergabung denganmu lain kali."
Xu Xu menoleh untuk menatapnya tanpa ekspresi.
Hati Yao Meng menegang, tapi lalu dia segera mendengar Xu Xu bertanya, "Apa kamu yakin kamu mau bangun jam empat subuh setiap pagi dan lari sepuluh kali putaran, tanpa istirahat bahkan di akhir pekan? Pikirkanlah baik-baik."
Yao Meng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia mengulurkan tangan untuk mencubit pipi Xu Xu lalu berkata, "Xu Xu, terkadang kamu sangat lucu sampai membuatku ingin mencubitmu." Setelah beberapa saat, Yao Meng menambahkan, "Lupakan saja, tempat tinggalku terlalu jauh. Aku akan bergabung denganmu kalau aku bisa bangun di akhir pekan, jika tidak maka kamu harus melanjutkan penderitaanmu seorang diri."
Keesokan harinya saat Xu Xu berangkat kerja, dia merasa seperti telah tersambar petir.
Ini karena ada buket besar bunga mawar merah dan putih menyambutnya saat dia kembali ke meja setelah pergi sejenak ke kamar kecil. Bunga itu dibungkus kertas krep kuning muda, yang membuat paket itu terlihat indah dan mencolok.
Dia atasnya ada kartu kecil dengan tulisan tangan yang melengkung indah tercoret di atasnya, "Kamu benar, selera seseorang tidak bisa dikendalikan. Semoga harimu menyenangkan, Xu Xu."
Xu Xu terdiam sesaat, lalu dia membawa buket besar itu dengan sedikit usaha dan mencari tempat untuk membuangnya. Yao Meng, yang duduk berseberangan dengannya, menjulurkan kepalanya sambil menopangkan dagu di tangannya. "Katakan sejujurnya, apa kamu punya pacar sekarang?"
Begitu dia menanyakan ini, semua orang di kantor juga melihat Xu Xu sambil tersenyum.
Xu Xu dengan cepat membalas, "Tidak."
Namun, mereka tidak dapat memercayainya dengan bukti yang begitu nyata duduk di kedua tangannya. Sehingga, mereka menggodanya tanpa henti, sambil mencoba meyakinkannya untuk membocorkan identitas calon menantu di Unit Kriminal Kepolisian. Setelah beberapa saat, Xu Xu terpaksa untuk mengatakan sejujurnya. "Aku pergi kencan buta minggu lalu, kencan itu tidak berhasil, tapi pihak lain sepertinya sedikit keras kepala."
Semua orang terkejut. Karena Xu Xu memberi kesan bahwa dia sangat tertutup dan berbudi, tapi ternyata bahkan dia pun memikirkan untuk mencari seseorang kekasih.
di kantor kepolisian, dimana jumlah pria jauh melebihi jumlah wanita, perhatian yang diberikan kepada Xu Xu yang lajang dan berpenampilan cukup menarik tentu saja tinggi. Di sore hari, berita sudah tersebar di seluruh kantor kepolisian bahwa seorang pewaris dari keluarga kaya sedang tergila-gila mengejar Xu Xu. Saat rapat pagi selesai, bahkan Kepala Kepolisian bertanya kepada Ji Bai, "Aku dengar Xu Xu dari unitmu akan menikahi seorang pewaris dari keluarga kaya? Sebaiknya kamu periksa persoalan ini, kita adalah orang tua wali tidak resmi bagi gadis itu."
Ji Bai mengangguk dengan senyuman samar. "Aku mengerti."
Xu Xu sedang sibuk sepanjang pagi itu, karena itu dia tidak repot-repot untuk makan siang. Dia hanya mengambil ponselnya dan mencari sudut yang gelap dan sepi untuk menelepon Ye Zixiao. Setelah lima panggilan, dia cukup kesal karena pria itu tidak mengangkat teleponnya. Lalu dia berlari ke resepsionis di kantor kepolisian dan memberitahu paman yang berjaga di sana untuk menolak kiriman bunga apapun yang ditujukan kepadanya mulai besok.
Namun, paman itu sudah terlebih dahulu diberikan beberapa keuntungan, dan karena itu bukan untuk perbuatan jahat, dia berpura-pura bodoh. "Ah? Aku tidak tahu. Aku tidak punya hak untuk menolaknya ...."
Pada saat itu, Ye Zixiao sedang melihat semua panggilan tidak terjawab di ponsel nya dan membayangkan Xu Xu yang sedang marah dan frustasi. Dia tahu bahwa wanita itu akan marah dan dia juga tahu bahwa perbuatannya ini mungkin membuatnya tidak suka kepadanya. Meski begitu, dia masih merasa tidak puas akan kejadian malam itu, jadi dia sengaja mengirimkannya bunga dengan gaya kalangan atas untuk memprovokasinya. Dia tidak peduli akan perasaan Xu Xu, tujuannya pada saat ini adalah untuk membuat wanita itu jengkel.
Meskipun Xu Xu tidak bergabung dengan mereka untuk makan siang, topik pembicaraan Unit Kriminal Kepolisian masih berada di sekitar Xu Xu. Seseorang berkata, "Aku tidak percaya, gadis muda itu ternyata cukup memesona," yang membuat seseorang lain membalas, "Kita banyak sekali memiliki pria lajang di unit kepolisian yang berusia tua dan muda, jadi kita pun harus melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hal baik untuk diri kita sendiri, benar kan, Kapten Ji?"
Ji Bai menyulut tokok dan bersandar di kursinya. Begitu mendengar hal itu, dia tertawa. "Mereka tidak akan bersama."
"Otak Xu Xu tidak bekerja seperti orang pada umumnya. Aku yakin bahwa orang normal tidak akan bisa terhubung dengannya."
Ji Bai selalu meramalkan sesuatu dengan akurat dan berhak diberi nama "Raja Ramalan" di kantor kepolisian. Setelah mendengar perkataanya, semua orang mendesaknya untuk menjelaskan, tetapi Ji Bai tidak menjawab dan segera pergi untuk membayar tagihan makan.
Setelah jam kerja, Ye Zixi menelepon dan mengundang Xu Xu untuk makan bersama di hari Sabtu.
Setelah kasus pisau silet itu, Ye Zixi tetap berhubungan dengannya dan menelepon dari waktu ke waktu; mereka bahkan minum teh bersama sebelumnya. Sejujurnya, Xu Xu cukup menyukai Ye Zixi. Dia murah hati, bijaksana, baik hati dan memiliki pendiriannya sendiri, yang membuatnya nyaman berada di sekitar wanita itu.
Xu Xu menyetujuinya, tapi sebelum Zixi hendak menutup teleponnya, Xu Xu tiba-tiba mengingat sesuatu dan bertanya, "Ye Zixiao tidak akan ada disana, kan?"
Zixi tidak kuasa tertawa, "Apa yang dia perbuat kepadamu sampai kamu menghindarinya seolah dia adalah seekor ular?"
Xu Xu menghela napas. "Dia menyamar sebagai teknisi IT untuk bisa kencan buta denganku dan menyusahkanku sejak saat itu."
Zixi tertawa terbahak-bahak tapi pada akhirnya membalas, "Baiklah, jangan khawatir, ini kencan khusus perempuan. Aku tidak akan membiarkannya ikut serta."
Setelah mereka menutup telepon, Zixi langsung menghubungi Ye Zixiao, "Kamu tidak pandai dalam hal ini, kamu menemukan rintangan terbesar mu pada diri Xu Xu, benar kan?"
Ye Zixiao mendengus dengan tidak acuh. "Masih terlalu awal untuk mengatakan hal itu. Aku baru mengejarnya selama beberapa hari."
Zixi tertawa, "Kamu bahkan sampai merendah untuk menyamar sebagai teknisi IT. Tipuan apa lagi yang kamu punya?"
Ye Zixiao ikut tertawa. "Aku sudah bertanya tentangnya dan aku tahu dia lari setiap hari di lapangan olahraga kantor kepolisian. Aku akan datang mengunjunginya di akhir pekan juga."
"Wow, apa kamu berencana untuk memamerkan ototmu?"
"Tentu saja, Untuk apa lagi aku melatih otot-otot ini setiap hari? Aku akan segera menunjukkan kepadanya sisi lain dari diriku."
Zixi terkekeh lalu perlahan mengendalikan diri dan berkata, "Sebenarnya, semakin aku mengenal Xu Xu, dia menjadi semakin menarik. Mungkin kalian berdua cukup serasi karena kalian melengkapi satu sama lain dengan baik."
Ye Zixiao menghela napas. "Kak, apa maksudnya memberitahukan itu kepadaku? Kamu harusnya mengatakannya itu kepadanya. Tentu saja, aku tahu bahwa aku pria yang cocok untuknya."
Saat minggu itu berlanjut, Xu Xu lelah karena terus menerima bunga, tapi Ye Zixiao tidak pernah muncul dan tidak pernah mengangkat telepon darinya. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengabaikannya sepenuhnya.
Di akhir pekan itu, cuaca sedang sangat baik karena sudah memasuki musim semi. Ini membuat langit cerah lebih cepat daripada sebelumnya. Saat Xu Xu tiba di lapangan berlatih, langit sudah bersinar terang dengan sedikit warna biru.
Saat dia berlari ke dalam, dia melihat Ji Bai duduk di mesin latihan sambil minum dari botol. Yao Meng mengenakan pakaian olahraga biru muda, rambut panjangnya digerai, dan sedang berdiri dihadapan Ji Bai. Dia ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena Ji Bai terlihat kabur dan tampak tersenyum dari sudut bibirnya.
Xu Xu berlari ke arah mereka. "Pagi."
Yao Meng tersenyum manis. "Pagi."
Ji Bai melihat jam tangannya. "Mencoba untuk mulai lebih awal hari ini? Kamu terlambat tiga menit."
Xu Xu terdiam. Dia lupa membawa dompetnya pagi tadi, jadi dia kembali untuk mengambilnya.
Karena keterlambatannya, dia terpaksa harus lari satu putaran lagi.
Dengan cepat, Xu Xu membalikkan badan dan mulai berlari di jalur berlari.
Bahkan dengan Yao Meng yang selalu bersemangat di sampingnya, mereka berlari dalam diam. Yao Meng mendapat hasil tes fisik yang luar biasa di akademi kepolisian jadi mereka menyusuri jalur berlari dengan urutan yang berbeda dengan Ji Bai memimpin jauh di depan, lalu Yao Meng, dan terakhir Xu Xu.
Xu Xu memperhatikan bahwa saat Yao Meng berlari, dia suka bersaing dengan Ji Bai. Karena Ji Bai telah melewati mereka dua kali, dia selalu mendahului mereka. Setiap kali ini terjadi, Yao Meng akan mempercepat larinya, seolah dia mau berlari bersebelahan dengan Ji Bai. Akan tetapi, setelah mempertahankan kecepatan sebentar, dia pada akhirnya memelankan laju larinya. Lalu dia akan berbalik untuk tersenyum kepada Xu Xu dengan wajah kemerahan yang tampak kecewa namun gembira.
Saat ini terjadi, Ji Bai hanya tersenyum kecil saat dia melaju ke depan.
Meskipun Xu Xu pada dasarnya tidak peka terhadap hal seperti ini, dia tidak kuasa merasa kesepian saat dia melihat mereka berdua dari belakang.
Ini karena Yao Meng terlihat begitu penuh kehidupan sementara Ji Bai juga sangat bersemangat.
Di sisi lain, dia seperti seekor siput, yang perlahan merayap dan merayap ...
Saat Ji Bai melewatinya sekali lagi, dia secara tidak sadar meniru Yao Meng dan mencoba untuk mempercepat lajunya. Akan tetapi, begitu dia meningkatkan kecepatan, Ji Bai berbalik untuk melihatnya dengan tatapan menghina. "Kamu masih punya tenaga?"
Xu Xu segera terdiam dan memperlambat laju larinya.
Setelah mereka berlari, Yao Meng mengusulkan untuk sarapan di kedai masakan Cantonese di Jalan Lin. "Kapten, kamu suka dim sum, bukan? Hmm, bagaimana kalau pangsit udang, bubur kacang merah dan, kue lobak? Aku dengar masakannya boleh juga. Biarkan aku mentraktirmu hari ini dan mengundangmu."
Ji Bai mengangguk. "Ya makanannya cukup enak, aku sering pergi kesana."
Xu Xu tetap terdiam sambil berpikir di dalam hati, 'Aku juga suka makanan itu.'
Sesuai harapan, restoran itu boleh juga. Tempatnya bersih dan nyaman, dan ada aroma samar makanan di udara. Karena hari masih pagi, kedai itu masih belum ramai saat mereka duduk di sebuah meja.
Saat makanan mereka disajikan, mereka bertiga berbicara santai. Sebagian besar pembicaraan itu dilakukan oleh Yao Meng dan Ji Bai sedangkan Xu Xu tetap diam.
Saat Ji Bai berbicara dengan Yao Meng, dia memasang wajah biasa dan santai, kedua matanya bersinar untuk menunjukkan rasa senangnya. Dia juga tidak terdengar keras, sampai dia mengatakan beberapa lelucon yang membuat Yao Meng tersenyum senang sambil menutupi mulutnya.
Di saat-saat aneh dimana dia berbicara kepada Xu Xu, nada bicaranya dingin, yang membuat percakapan itu lebih terdengar seperti Ji Bai sedang memberinya perintah.
"Apa yang sedang kamu lamunkan?"
"Berikan aku menunya."
Xu Xu menyadari hal ini dan merasa kecil hati, tapi dia sudah terbiasa akan hal itu sekarang.
Dia sedikit mengetahui bahwa Ji Bai bersikap keras dan tegas kepadanya sejak pertama kali mereka bertemu guna untuk mengurangi keangkuhan Xu Xu. Setelah itu, ketika dia sudah terbiasa dengan Xu Xu, rasanya cukup menyenangkan untuk melihat wajahnya yang datar dan naif.
Setelah makan beberapa saat, Yao Meng berdiri dan berkata, "Aku akan pergi ke sebelah untuk membeli bubble
Sekarang hanya ada mereka berdua di meja. Ji Bai sekali lagi membaca koran yang disediakan di kedai dan mereka tidak berbicara meskipun mereka duduk berhadapan dengan satu sama lain. Xu Xu tidak memiliki hal lain untuk dilakukan jadi dia mengambil koran juga untuk dibaca.
Beberapa saat kemudian, Xu Xu merasa ada sesuatu yang tidak beres dan menengadah. Dia melihat Ji Bai meletakkan korannya dan sedang melihat ke belakangnya dengan mata menyipit.
Saat Xu Xu berbalik, dia melihat Ye Zixiao yang berdiri disana dengan setelan baju olahraga putih, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana dan wajahnya terlihat benar-benar mengerikan.
Pagi itu, Ye Zixiao sengaja bangun pagi dan datang ke lapangan olahraga sebelum jam delapan. Tapi, dia tidak menemukan Xu Xu di antara sekumpulan pasukan orang yang sedang melakukan olahraga pagi secara bersamaan. Dia melewatkan tujuannya datang dan merasa sedikit bosan, jadi dia memutuskan untuk berkeliling di sekitar daerah itu. Pada saat itulah dia tidak sengaja bertemu Xu Xu yang sedang sarapan dengan seorang pria.
Saat dia mendekat, dia melihat bahwa mereka memakan sarapan yang sama dan bahkan membaca koran yang sama. Setiap kali pria itu selesai makan, Xu Xu bahkan mengambil inisiatif untuk menambahkan makanannya, tapi pria itu tidak menatapnya dan terus lanjut makan.
Pada saat itu, ketika Xu Xu berbalik untuk melihatnya, dia segera memberengut. Ketidakbahagiaan di kedua matanya tampak jelas.
Ye Zixiao tersenyum lalu menghampiri mereka dan duduk. Dia tidak melihat Ji Bai dan hanya menatap Xu Xu dengan senyuman di wajahnya. "Jika kamu memiliki seorang kekasih, seharusnya kamu beritahu aku secara langsung. Meskipun aku kadang mengganggumu, aku tidak akan kelewatan dan menjadi pihak ketiga."
Xu Xu terkejut. "Kekasih?"
Ye Zixiao melihat Ji Bai, yang kembali menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Di mata Ye Zixiao, Ji Bai jelas terlihat angkuh dan juga tampak sedikit terprovokasi.
Jika Xu Xu duduk dengan pria pendek dan jelek pada saat itu, maka Ye Zixiao mungkin tidak akan semarah ini dan dia mungkin tidak akan berpikir bahwa mereka adalah pasangan.
Dia selalu yakin bahwa di antara penggemar Xu Xu tidak ada seorang pun yang melebihi dirinya. Karena itu, meskipun Xu Xu menolak dirinya, dia masih merasa percaya diri.
Akan tetapi, dia tidak begitu yakin tentang Ji Bai. Pria di hadapannya ini tinggi dan tampan, sedangkan pakaiannya dan pembawaannya terlihat tidak biasa; apalagi dia terlihat dewasa dan juga berpengalaman. Melihat dari bagaimana Xu Xu dan pria ini berinteraksi, mereka jelas terlihat selaras. Di samping itu, kenapa Xu Xu sampai menuangkan teh untuknya secara pribadi jika mereka tidak memiliki hubungan yang sangat dekat?
Pikiran ini melukainya sedikit saat dia menggigit lidahnya. 'Kamu begitu dingin kepadaku, tapi kamu bertindak sangat lembut di depan pria lain.'
Namun, begitu Xu Xu melihat raut wajahnya, dia langsung memahami situasinya. "Dia adalah atasanku."
"Jadi, dia adalah Kepala Kantor Kepolisian?" Ye Zixiao bertanya pelan. Dia tidak mempercayainya sama sekali. Bagaimana mungkin seorang yang begitu muda, tampan ini seorang polisi? Belum lagi atasannya?
Xu Xu mengerutkan alisnya.
Ye Zixiao menyilangkan tangannya dan bersandar ke belakang sambil menatap Xu Xu dan tidak berkata apapun. Di sisi lain, Ji Bai menyingkirkan koran yang dibacanya dan menatap Ye Zixiao dengan tenang.
Para tamu yang baru datang dan pegawai memperhatikan mereka dari waktu ke waktu, mungkin karena perpaduan mereka yang aneh dan juga aura yang intens di meja mereka.
Xu Xu benar-benar membenci perasaan saat menjadi pusat perhatian. Dia juga tidak mau bertengkar dengan Ye Zixiao di depan umum karena merasa cemas jadi dia berkata dengan sederhana, "Kamu salah paham, dia bukan pacarku. Aku tidak cocok denganmu, dan aku tidak cocok dengannya juga. Perasaanmu saat ini sama sekali tidak berdasar."
Setelah mengatakan ini, Ye Zixiao merasa terkejut. Bahkan Ji Bai melihatke arah Xu Xu dengan tatapan menakutkan.
Komentar Paragraf
Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.
Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.
MENGERTI