Télécharger l’application
46.18% ZEN: Didunia Fiksi / Chapter 127: Dunia Baru

Chapitre 127: Dunia Baru

Cahaya memasuki kamar Zen. Saat ini cahayanya mengganggu dirinya yang saat ini sedang terlelap bersama seseorang. Zen saat ini membuka matanya dan melihat seorang wanita sedang tidur pulas dipelukannya saat ini.

Lisbeth masih tertidur nyenyak dipelukan Zen saat ini, melihat itu Zen hanya menatap wanita wajah didepannya itu. Selang beberapa lama kemudian, Lisbeth akhirnya terbangun, dia membuka matanya, namun yang didapatinya seorang pria sedang manatapnya hangat.

"Selamat pagi Lisbeth" kata Zen.

"P-Pagi Zen" jawab Lisbeth.

Saat ini dia masih malu, karena dia mengingat malam panasnya dengan Zen semalam. Melihat bahwa Lisbeth memerah, Zen mencoba menggodanya. Pagi diruangan itu sangat hangat, dimana sekarang bisa terdengar suara tawa didalamnya.

Sementara itu diruang makan. Semua wanita Zen terkeculai Rinko, Suguha, dan Silica sekarang berada dimeja makan rumah ini. Memang Suguha dan Silica sudah tinggal disini, namun mereka tetap saja harus kembali dirumah mereka.

Suguha dan Silica akan menteleportkan diri mereka saat mereka memasuki kamarnya dan seakan mereka sedang tidur dikamar rumahnya, lalu mereka kembali saat akan bercengkrama bersama keluarganya. Tidak seperti yang lain yang dimana mereka sudah diizinkan untuk tinggal sendiri, Suguha dan Silica masih tinggal dengan orang tuanya, maka dari itu mereka akan bolak balik dari Alaska ketempat tinggalnya.

Saat ini, dari ruangan atas, turunlah Zen dan Lisbeth yang saat ini menyembunyikan dirinya dibalik Zen, karena dia masih merasa malu. Dan juga dia takut saat, saudaranya yang lain akan menggodanya saat ini.

Mereka berdua akhirnya bergabung dimeja makan dan menyantap makanan mereka bersama. Seperti perkiraan Lisbeth sebelumnya, ternyata yang lainnya mulai menggondanya saat ini. Akhirnya suasana dimeja makan itu penuh dengan canda tawa.

.

.

"Kamu juga mencuri rancanganku?" kata Rinko setelah melihat informasi pada layar komputernya saat ini.

Lewat tengah hari, Rinko akhirnya kembali ke Alaska setelah menyelesaikan pekerjaannya di Rath. Dia saat ini mengotak – atik komputer didepannya sambil memperhatikan data yang dimiliki oleh Zen, sekaligus melihat kelayakan dari peralatan Zen.

Zen sebanarnya memutuskan untuk Rinko selalu disisinya saat ini untuk menjaga fasilitas ini. Namun Rinko berpendapat, sebaiknya dia tetap berada di Rath sebagai mata – mata sekaligus mengurangi kecurigaan, jika dia mengundurkan diri saat ini.

Lagipula, banyak informasi yang bisa dia dapatkan, jika dia berada disana. Karena saat ini Rath sedang merekrut beberapa profesor untuk mengembangkan teknologi selanjutnya, untuk mengatasi kehilangan semua data dari the Seed, termasuk dunia Underwolrd beserta Lightcubenya.

"Tentu saja, rancanganmu tentang tubuh AI sangat bagus, tentu aku akan mengambilnya" kata Zen.

"Huff.. baiklah, lalu apakah kamu sudah membuatnya?" tanya Rinko

Lalu Zen mengajak Rinko kesebuah ruangan dimana sebuah mesin robot sedang membuat sesuatu saat ini. Rinko yang melihat ini sangat takjub, akan teknologi yang dia lihat itu. Sekarang mereka sedang melihat sebuah rangka tubuh android sedang dibuat.

"Kudengar, putrimu juga dibuat olehmu, bagaimana caramu membuat tubuh manusia Zen?" tanya Rinko.

"Menggunakan darahku. Darahku memang agak sepsial, namun aku akan mencari cara untuk membuat tubuh tanpa menggunakan darahku, karena aku tidak mau semua tubuh ciptaanku memiliki DNAku" jawab Zen.

"Lalu, bisakah kamu mengajariku sihir penciptamu itu kepadaku Zen?" tanya Rinko kembali.

"Sebenarnya aku ingin, namun aku masih tidak tahu cara melakukanya, jadi bersabarlah oke" kata Zen.

"Baiklah kalau begitu. Lalu bukankah kamu akan memasuki dunia Underworld?" kata Rinko.

"Yap, jadi tolong jaga aku oke" kata Zen lalu beranjak dari tempat itu dan sudah berbaring pada STL dan siap untuk memasuki dunia Underworld.

.

.

"Kau akan pergi lagi?!" teriak Alice setelah mendengar perkataan Zen itu.

Sekarang Zen berada dirumahnya didunia Underworld bersama Alice, Selka, Rina, Tize, Renya, Quenella serta Cardinal. Mereka sudah mendengar penjelasan Zen, tentang pergi kedunia lain.

Sebenarnya mereka sudah tahu, bahwa mereka merupakan jiwa yang dikembangkan disebuah game saat ini. Saat mendengar itu pertama kali, mereka sangat terkejut. Namun Zen berkata, jika dia bisa membuat mereka hidup didunia Zen, tetapi akan memakan waktu yang lumayan lama saat ini.

"Tenanglah, aku akan kembali." Kata Zen.

Percakapan ini mengalir seperti saat Zen mengatakan kepada wanitanya yang berada di Alaska. Mereka sebenarnya tidak rela, namun Zen dengan susah payah menyakinkan mereka saat ini.

"Lalu kapan kamu membawa kami keduniamu Zen?" tanya Rina.

"Itu akan memakan waktu cukup lama. Pertama aku harus membuat tubuh kalian disana, karena saat diduniaku, kalian hanya berbentuk jiwa saja." Kata Zen.

"Lalu bisakah kamu menunggu setelah selesai membuat tubuh itu, lalu pergi?" kata Selka kemudian.

"Maafkan aku, tetapi aku harus pergi. Aku berjanji, akan membawa kalian kesana setelah tubuh kalian selesai." Kata Zen.

Akhirnya Zen berhasil meyakinkan mereka saat ini. Zen tinggal disana, sampai makan malam tiba, dan mereka makan malam bersama disana. Zen telah memberitahukan para wanitanya di Alaska, bahwa dia akan makan malam disini, jadi mereka tidak perlu menunggunya.

Setelah selesai, akhirnya Zen memutuskan untuk kembali ke Alaska. Sebenarnya para wanita yang berada disitu sangat berat untuk melihat Zen pergi, tetapi mau tidak mau, mereka harus mengiklaskannya.

Namun sesuatu membuat mereka terkejut, Zen mulai memeluk mereka satu persatu.

"Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa lagi" kata Zen. Dan dibalas lambaian dari mereka semua.

Zen akhirnya terbangun dimesin STLnya. Zen perlahan bangkit, namun tidak menemukan Rinko disana.

"Mungkin dia sudah kembali" kata Zen didalam benaknya karena kebetulan hari sudah gelap.

Zen lalu beranjak kearah kamarnya, namun dia melihat suasana rumahnya sangat sepi saat ini. Zen menghiraukannya, karena mungkin para wanitanya sedang kembali kerumahnya masing – masing.

Namun saat memasuki kamarnya, dia melihat bahwa semua wanitanya sedang berada dikamarnya dan sudah menggunakan piyama mereka masing – masing. Melihat itu Zen hanya tersenyum melihat pemandangan yang indah tersebut.

"Kalian tidak perlu melakukan ini, sebenarnya aku bisa bolak – balik. Dan juga waktu disana lebih cepat daripada disini" kata Zen.

"Kami tahu, tetapi ini semua hanya keinginan kami" kata Asuna.

Akhirnya Zen membersihkan diri, dan naik keatas ranjangnya. Saat ini dia tidur bersama Asuna, Lisbeth, Yui dan Suguha diatas kasurnya, dan sisanya berada disebuah kasur yang mereka bawa dari kamar sebelah dan ditempatkan dikamar Zen lalu tidur bersama - sama.

Keesokan harinya, Zen saat ini sudah berada dihalaman rumahnya saat ini. Dia saat ini sedang menatap langit didomainnya, dan bersiap untuk meninggalkan tempat ini. Para wanitanya saat ini sedang berada didepanya untuk mengantarkan kepergiannya.

"Baiklah aku akan pergi" kata Zen.

"Berhati hatilah Zen / Papa" kata semua orang yang berada disitu.

Zen lalu membuka penyimpanannya dan mulai menggunakan tiketnya. Lalu cahaya mulai terkumpul diseluruh tubuhnya dan membawanya melesat cepat menghilang dari tempat tersebut, dan meninggalkan para wanitanya yang menatap kepergiannya itu.

.

.

Zen saat ini membuka matanya, dan melihat sekelilingnya saat ini. Dia mulai memperhatikan dimana dia berada. Dia saat ini sedang duduk disebuah ruangan, yang dipenuhi dengan buku, seperti berada disebuah kantor sekolah, setelah melihat sekeliling ruangan ini.

"Dunia 1.0 apa ini?" kata Zen didalam hatinya.

Tiba – tiba saja, pintu ruangan itu terbuka, dan memunculkan seorang wanita berpakaian kantor berwarna merah muda, dengan perawakan pendek dengan rambut cokelat pendek sambil membawa buku dipelukannya.

Zen menatap wanita itu dan berkata

"Bukankah dia...."


L’AVIS DES CRÉATEURS
AciaRhel AciaRhel

Haloo...

Arc Sword Art Online akhirnya selesai. Author mengucapkan terima kasih yang sudah membaca karya Author yang mungkin banyak kesalahannya sampai saat ini.

Untuk Dunia kedua, mungkin akan banyak pembaca yang kecewa, karena tidak sesuai dengan dunia seperti ekspetasi mereka. Namun Author akan berusaha untuk merealisasikannya dimasa depan.

Jadi terima kasih dan Selamat membaca

next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C127
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous