"Kita harus mencarinya, adikmu itu," tegas David kepada Karla.
"Selama berbulan- bulan ini kita terus berusaha mencarinya,David. Tapi, kita tidak juga berhasil menemukan dia. Mungkin dia memang tidak mau ditemukan, kita harus bagaimana?" jawab Karla putus asa.
Sejak Amelia menghilang, David memang sedikit menyebalkan dan terus menerus menyalahkannya. Karla akui ia memang selalu bersikap seenaknya kepada Amelia. Tapi, itu bukan berarti bahwa dirinya membenci Amelia.
"Aku tidak tau harus mencari Amelia di mana. Katamu kau mendapat info kalau dia pergi ke luar negeri. Luar negeri itu luas, David. Kita mau mencarinya ke setiap sudut?"
David terdiam, Karla benar ia tidak tau Amelia berada di mana. Informan yang ia sewa hanya menyebutkan Seoul, Korea Selatan. Dan Korea itu luas, terlebih ia tidak mengenal kota itu dengan baik. Jika ia menyuruh orang untuk mencarinya pun pasti akan menghabiskan biaya yang cukup besar.
"Kau tidak khawatir dengan bayi yang ada dalam kandungan Amelia?" tanya David.
Karla mengembuskan napasnya, "Aku tidak tau siapa lelaki yang mau menghamilinya. Lagi pula Amelia sudah cukup dewasa. Ia bisa saja mengugurkan kandungannya."
"Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika dia meneruskan kehamilannya sendiri? Dan karena itulah ia pergi dari kita."
"Apa kau tau, Dave? Saat ini kau terlihat seperti kaulah lelaki yang sudah menghamili Amelia."
David tersentak, ucapan Karla terdengar sangat lembut namun cukup tajam menghujam jantungnya. David menelan salivanya dan menatap Karla dengan kesal.
"Kau ini jangan asal bicara. Jika ada gadis yang akan aku hamili, itu adalah kau. Tapi, nyatanya sampai sekarang kau belum juga mau memberiku keturunan," keluh David.
"Nikahi aku dulu secara sah, Dave! Aku tidak mau hubungan kita begini terus. Hitung berapa lama kita tinggal satu atap tanpa ikatan apapun? Padahal selama ini kita layaknya seperti pasangan suami istri. Aku selalu memenuhi kebutuhan biologismu dan kau pun juga selalu mencukupi apa yang menjadi nafkahku. Kau sudah mapan juga, apa lagi yang kau tunggu?"
"Tapi kau juga tau aku trauma dengan sebuah pernikahan. Apa bedanya kita menikah atau tidak? Jika kau hamil pun aku akan bertanggung jawab atas anakku dan dirimu. Ingat Karla, terkadang orang yang menikah bisa lalai dengan tanggung jawab. Tapi, coba katakan kepadaku, kapan aku lalai dengan tanggung jawabku kepadamu? Tidak pernah,kan?"
Karla mengembuskan napasnya dengan kasar. Selalu saja begini setiap kali mereka membahas tentang masalah anak dan pernikahan. Sebagai wanita, Karla tidak ingin hamil di luar nikah, ia memikirkan nasib anaknya nanti secara hukum. Tapi, bagi David, selama adaa uang apapun juga bisa ia dapatkan.
"Jadi, maumu bagaimana?" tanya Karla.
"Lahirkan seorang anak untukku, aku hanya ingin seorang penerus."
"Baiklah, aku mengalah. Tapi, aku mau kau membuat surat perjanjian hitam di atas putih jika perlu disaksikan oleh pengacaramu jika aku sampai hamil," kata Karla. Ia sangat mencintai David, di mana lagi akan mencari pria setampan dan semapan David. Selama ini sebenarnya Karla juga tidak terlalu peduli dengan karirnya. Toh tanpa menyanyi pun setiap bulan David sudah memberinya uang lebih dari cukup.
David tersenyum mendengar perkataan Karla. Ia pun memeluk wanita tercintanya itu dengan erat. Perlahan David mengecup lembut bibir karla hingga wanita itu mendesah dan membalas setiap ciumannya. Puas dengan bibir mungil Karla, David pun menyusuri setiap inci tubuh indah milik Karla dengan lembut. Dan ia pun menyatukan tubuh mereka perlahan dengan penuh cinta. Sementara Karla mengimbangi permainan David dengan nikmat, hingga akhirnya mereka berdua mencapai puncaknya bersama dan David mengeluarkan semua miliknya di dalam rahim Karla tanpa pengaman seperti yang biasa ia lakukan.
"Semoga kau cepat hamil ya, sayang," ucap David sambil mengecup dahi Karla dan membawa wanita cantik itu ke dalam pelukannya.
Karla hanya tersenyum dan membenamkan kepalanya di dada bidang milik David yang selalu membuatnya merasa nyaman.
David tidak pernah mau terikat dengan pernikahan. Entah apa alasannya, setiap kalj Karla membahas masalah pernikahan David selalu meradang dan akhirnya berujung pada pertengkaran. Selama mereka berhubungan, David memang tipe lelaki setia. Dia tidak pernah melirik gadis lain selain Karla.
Tapi, bagaimana tidak, Karla seorang wanita cantik yang pandai merawat diri. Tidak memakai make up pun ia tetap terlihat cantik mempesona. Belum ada artis pendatang baru yang bisa menyaingi Karla sebagai penyanyi yang paling cantik.
"Sayang, jika aku hamil dan melahirkan anakmu apakah aku harus mundur dari dunia entertainment?" tanya Karla. David mengeratkan pelukannya , "Aku mau kau tetap menjadi milikku. Jika kita nanti punya anak, kau boleh tetap menjadi artis seperti sekarang. Tapi, kau harus bisa membagi waktu antara karir dan keluarga."
"Apa kita akan tetap tinggal di apartemen ini?"
David mencubit hidung mancung Karla dengan gemas.
"Apa kau pikir aku tega membiarkan anak kita tinggal di apartemen? Tentu saja tidak , kita akan pindah ke rumahku. Kau kan tau kalau aku memiliki rumah yang tidak pernah aku tempati. Rumah itu memang untuk anakku kelak, maksudku aku baru akan menempati rumah itu jika aku sudah memiliki anak."
"Lalu, bagaimana denganku?" tanya Karla.
Menyadari ke mana arah pembicaraan Karla, David langsung membungkam bibir wanita itu dengan ciumannya. Sungguh, saat ini dia tidak ingin berdebat dengan Karla. Ia hanya ingin melepaskan semua beban yang saat ini ia rasakan dengan cara bercinta dengan Karla.
"Masih belum puas?" tanya Karla saat David mulai menelusuri kembali tubuhnya dengan ciuman-ciuman.
"Tubuhmu seperti candu untukku, sayang."
"Kalau nanti aku hamil dan tubuhku tidak cantik lagi, bagaimana?" kata Karla sedikit mengeluh sambil mengerucutkan bibirnya.
David tertawa kecil, "Hei, uangku masih cukup banyak. Tidak akan habis hanya untuk perawatan kecantikan. Kau bisa kembali cantik setelah melahirkan nanti. Sekarang, diamlah saja dan nikmati sentuhanku supaya David junior bisa hadir lebih cepat di dalam sini," kata David sambil mengecup perut Karla hingga wanita itu memekik kegelian.
Melihat Karla mulai mendesah dan mengimbangi permainannya, David pun langsung menyerang ke inti tubuh wanita itu hingga membuatnya mengerang dan mendesah nikmat sambil sesekali meremas rambut David dan meneriakkan nama David dengan mesra.
Karla sudah tidak peduli lagi dengan apa yang nanti akan terjadi. Persetan dengan segala ikatan pernikahan, jika ia bisa mengikat David selamanya dengan anak yang bisa ia berikan, kenapa tidak? Bagi Karla ini bukan hanya soal karir, tapi juga soal hidup yang nyaman dan senang. Cukup masa kecilnya yang susah. Tapi, bersama David ia bisa menggenggam dunia.