"Kamu, keluar dari sini" Suara lantang dengan nada tinggi yang memberikan tanda suatu amarah itu menyelimuti rumah kecil nan sederhana di suatu desa kecil. "Kenapa kamu tega sama saya mas? kenapa kamu lebih memilih perempuan murahan ini?" Tampak seorang wanita muda yang sedang merintih dan menangis sembari memeluk anak perempuannya.
PLAKKKK! Telapak tangan seorang pria menghampiri pipi wanita itu dengan keras, wanita itu semakin menangis dan pasrah untuk menerima kenyataan bahwa kekasihnya sudah menduakannya. "Udah bu, gausah ditangisin lagi, mending kita pergi aja dari sini" Terdengar suara perempuan remaja yang tersedu-sedu, lalu ia bangkit berdiri dan menopang tubuh ibunya yang sedang menangis itu.
"Raden Dewi Sekar" dan ibunya "Raden Sukma Wijaya" terpaksa harus menginap di penginapan desa milik sang kepala desa. Sekar adalah seorang perempuan berparas cantik yang dijuluki sebagai kembang desa, ibunya menikah dengan seorang konglomerat yang datang dari timur, namun pernikahan mereka tidak berjalan lama dikarenakan adanya orang ketiga.
Semua itu diungkapkan oleh Sekar sendiri yang curiga akan sikap ayahnya beberapa bulan ini, namun setelah mandi di air terjun Tapak Banyu, Sekar melihat ayahnya sedang bermesraan dengan gadis muda.
"Udah bu, jangan nangis terus, yang kuat ya bu, aku selalu ada disini buat ibu" Sekar menguatkan ibunya yang sedang menangis, setelah ibunya tenang, ia pun tertidur lelap. Ini adalah hari yang berat untuknya, tapi semuanya sudah berlalu, biarlah takdir yang menentukan arah hidupnya.
SUKMA! KELUAR KAMU! Pagi hari mereka disambut oleh amarah warga kampung yang membabi buta, seketika juga Sekar bangun dari lelapnya, dan ia melihat warga kampung berkerumunan di depan penginapan itu. "Sekar, ada apa ini nak?" tanya ibunya yang tampak kebingungan, lalu Sekar pun memberanikan diri untuk keluar dan bertanya pada warga. "Bapak-Ibu, ini ada apa ya?" tany Sekar yang perlahan mengeluarkan peluh dari dahinya.
"Tidak usah pura-pura tidak tahu kamu Sekar! Kamu adalah anak dari tukang teluh, ibu kamu adalah perempuan laknat dan harus dibakar hidup-hidup agar tidak menimbulkan azab bagi desa kita" kata seorang pria yang tengah membawa bambu runcing, warga desa pun ikut menghina dan bersorak di depan penginapan tersebut. Sukma pun keluar dari pintu itu dan menanyakan apa yang terjadi pada warga, namun mereka langsung menariknya dan membawanya pergi.
"Jangan bawa ibu saya, dia gak salah" Sekar berteriak sambil menahan warga yang menarik jauh ibunya, dan salah satu pria berkulit sawo matang pun sontak mendorongnya dan Sekar pun terjatuh. Dengan sekuat tenaga, Sekar pun bangkit dan menyusul warga yang tengah membawa ibunya. Ia pun sampai di tengah lapangan beralaskan tanah yang cukup luas, terlihat ibunya yang sedang menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Sekar berlari menuju warga yang tengah mengerumuni ibunya, dan ia menerobos masuk dan melihat salah satu pria yang berdiri dan menyiramkan cairan berupa minyak tanah pada tubuh ibunya. Sekar menangis tersedu-sedu, dan tiba-tiba seseorang menangkapnya dan mengikatnya di sebuah kursi rotan yang dihadapkan ke arah barat, dimana ibunya sedang dibakar hidup-hidup.
Sekar menangis dan berteriak sekuat tenaga melihat wanita yang melahirkannya dibakar hidup-hidup oleh warga desa. Sekar pun pingsan sesaat, dan terbangun di sebuah gubuk tua. Terlihat dua pria yang sedang berdiri dihadapannya, dan mereka seketika membuka celana mereka dan memaksa Sekar untuk melakukan hubungan badan. Sekar tidak mau dan berusaha untuk melarikan diri, namun mereka menahannya dan akhirnya memperkosa Sekar.
Sekar menangis sepanjang jalan, setelah ia selesai diperkosa secara bergilir oleh kedua pria itu. Beberapa hari setelah kejadian itu, Sekar kehilangan nafsu makan dan hasrat untuk bertahan hidup.
~ To Be Continued 📍
Have some idea about my story? Comment it and let me know.