Télécharger l’application
20.89% Walas Gua, ya Suami Gua / Chapter 28: --Chapter 27--

Chapitre 28: --Chapter 27--

"Tanya apa?" Tanya Amel.

"Hmmmm, kamu itu kayak angka 134567890," ucap Gavin. Amel mengkerutkan keningnya dengan heran. Lalu, Amel menoleh ke arah Gavin.

"Kamu bilamgnya mau nanya, sekarang ngasih pernyataan, gimana sih pin?" Tanya Amel dengan wajah yang menahan tawa. Gavin yang ditanya seperti itu hanya menggaruk garuk pipinya dengan wajah bingung.

"Lah iya ya, bener juga!" Seru Gavin. Amel hanya menggeleng gelengkan kepalanya sambil menghela nafas lelah dan mulai fokus pas laptopnya kembali.

"Oke, aku mau kasih pernyataan ke kamu," ucap Gavin untuk mengambil perhatian penuh pada Amel. Tapi nyatanya, Amel masih sibuk pada ponselnya.

"Pernyataan apa? Pernyataan aku dengan angja 134567890?" Tanya Amel sambil fokus pada laptopnya. Gavin hanya menyengir dan mengangguk sekilas. Amel menoleh ke arah Gavin.

"Ya terus?" Tanya Amel.

"Kamu tau ga? Ada sebabnya loh!" Seru Gavin dengan semangat. Amel tersenyum dan mulai memperhatikan Gavin dengan sepenuhnya. Amel peka sekali kalah Gavin ingin di perhatikan olehnya, sehingga Gavin bertingkah agar dia menjadi pusat perhatian Amel.

"Apa? Apa sebabnya aku sama dengan angka 134567890?" Tanya Amel.

"Karena kamu engga ada duanya," jawab Gavin dengan semangat. Amel mengangkat alisnya dengan wajah menahan tawa. Gavin memandang Amel dan Gavin memandang Amel.

"HAHAHAHAHAHAHAHAH." Pecah tawa mereka dengan berbarengan.

"Ya ampun, aneh bangett!" seru Amel. Gavin menepuk nepuk pahanya karena sangking gelinya.

"Kita tuh ga biasa gini tau," ucap Amel dengan wajah lelahnya.

"Iya, aneh bangett di telinga aku," balas Gavin.

Dari dulu, Amel tidak menyukai pasangan yang romantis tapi Amel lebih memyukai pasangan yang humoris. Lagi pula, Gavin juga bukan laki laki romantis tapi lebih ke humoris.

"Lagian kalo mau caper ga gitu juga kali Vin," ucap Amel dengan wajah menahan tawa.

"Iya, bukan aku banget sayang, mana aku liat di google!" Jawab Gavin. Amel hanya terkekeh pelan.

"Mana ada sih kamu buat gombalan sendiri," ucap Amel dengan menahan tawa. Gavin hanya tertawa kecil dan menggaruk garuk pipinya dengan canggung.

"Iya juga ya," balas Gavin.

Setelah itu Gavin dan Amel memilih menyibukan dirinya dengan kerjaannya masing masing. Amel dengan imajinasinya, dan Gavin dengan tumpukan email yang dikirim oleh sekertarisnya.

***

Amel menuruni jet pribadi milik keluarga Gavin dengan pelan. Amel mengedarkan pandangannya, dan matanya terfokus pada seseorang yang memakai pakaian serba hitam dengan wajah yang tertutup oleh kertas putih yang bertuliskan jam.

"11.34," gumam Amel.

Namun, angka itu di tulis dengan gaya font seperti detik detik angka yang ada di setiap lampu merah.

"Sayang," panggilan dari Gavin membuat Amel menoleh ke arah Gavin.

"Liatin apa sayang?" Tanya Gavin. Amel menoleh ke arah belakang dan menunjuk seseorang yang dia lihat.

"Loh kok?" Amel dibuat heran dengan hilangnya orang misterius itu. Gavin menaikan alisnya dengan bingung.

"Tad-tadi ada orang dengan pakaian hitam hitam dan—" Ucapan Amel disela dengan ucapan Gavin.

"Hey! Nobody is here except me, you and airport officer!" Ucap Gavin dengan tegas. Amel menggeleng gelengkan kepalanya dengan wajah heran.

"NO! i saw it with my own eyes," bantah Amel. Gavin hanya menghela nafasnya dengan lelah.

"Mungkin kamu kecapean sayang, istirahat aja yu," ajak Gavin dengan menuntun Amel ke dalam mobil yang di supiri oleh supir Gavin. Amel hanya bisa memasang wajah kaget karena dia tidak di percaya.

Selama di perjalanan, Amel diam diam mencatat angka itu di buku yang selama ini khusus untuk menyimpan angka angka yang terkirim padanya. Amel melirik Gavin yang sedang mengerjakam sesuatu di ponselnya.

***

Sesampainya di rumah orang tua Gavin, Amel segera turun dari mobil dan membuka pintu utama dengan semangat. Amel merindukan pelukan mamanya dan jajanan yang selalu diberikan oleh papanya Gavin.

"Mamaaaa!" Pekik Amel sambil merentangkan tangannya. Mamanya Gavin a.k.a Mora yang sedang menonton TV sangat terkejut akan kehadiran Amel. Mora segera berdiri dan memeluk Mora dengan erat.

"Mama apa kabar?" Tanya Amel dalam pelukan Mora. Mora memgangguk samar di dalam dekapan Amel.

"Mama baik sayang," jawab Mora. Amel melepaskan pelukan Mora dan memegang tangan Mora.

"Aku kangen banget sama mama tau," ucap Amel. Mora mengangguk anggukan kepalanya. Gavin datang dan memeluk Mora serta menyalaminya.

"Apa kabar ma?" tanya Gavin.

"Mama baik kok," balas Mora sambil menganggukan kepalanya.

Gavin dan Amel mengedarkan pandangan mereka. Gavin dan Amel tidak melihat kehadiran tubuh papanya Gavin a.k.a Ando. Mora yang melihat kelakuan Gavin dan Amel hanya tersenyum.

"Papa kamu kan kerja sayang," ucap Mora dengan suara ke ibuannya. Gavin dan Amel sama sama mengangguk anggukan kepalanya paham.

"Kalian udah makan?" Tanya Mora. Amel dan Gavin saling pandang, dan dengan kompak menggelengkan kepalanya.

"Yaudah yuk makan," Ajak Mora sambil melangkah ke arah dapur. Amel dan Gavin mengikuti Mora untuk melangkah ke dapur.

"WAWW!!" Pekik Amel ketika melihat banyak sekali makanan kesukaanya. Amel matanya semakin berbinar ketika menangkap permen kenyal kesukaanya.

"Yupi yupi?" Tanya Amel sambil berwajah senang.

"Iya, tapi Amel makan nasi dulu, oke?" Tawar Mora. Amel mengangguk dan segera makan setelah mengambilkan Gavin makan.

"Yaudah, mama tinggal yaa, mama mau nonton TV lagi!" Pamit Mora. Amel hanya mengangguk sambil tersenyum dengan pipi yang berisi nasi serta lauk yang dia suka.

Gavin yang melihat tingkah Amel hanya terkekeh dan ikut memberikan senyum. "Mel mel," gumam Gavin sambil terkekeh pelan.

Terkadang, sifat manja Amel yang terkesan seperti anak kecil malah membuat daya tarik sendiri buat dirinya. Contohnya sekarang, Amel sangat menyukai permen yang bertekstur kenyal itu. Amel jadi terobsesi untuk memakannya, apapun akan Amel lakukan asal bisa memakan permen itu.

Lucu bukan? Usia yang sudah tidak muda lagi, dan berprofesi sebagai penulis menyukai permen yang bertekstur kenyal itu.

Tapi, Gavin menyukainya. Hanya Amel yang tidak gengsi melakukan hal seperti itu, bisa saja cowo yang melihat ilfeel, namun itu menjadi kesan yang sangat menggemaskan bagi Gavin ketika Amel menunjukan sisi keobsesiannya terhadap permen bertekktur kenyal itu.

***

Setelah selesai makan, Amel dan Gavin memutuskan istirahat di dalam kamar tamu. Amel bersandar dengan tenang dengan buku novel di tangannya. Sedangkan Gavin, Gavin sibuk dengan email email yang dikirim oleh sekertarisnya.

Amel membuka halaman yang sudah dia lipat sebagai pembatasnya. Saat di buka, yang dia lihat adalah angka yang memenuhi halaman bertinta merah.

-YOU'RE GOING TO 11.34-

"Pergi ke 11.34?" Gumam Amel.

***

Sementara itu, Gavin mengkerutkan keningnya dengan heran ketika membaca email dari orang yang tidak dia kenal. Nama email yang aneh dan isi pesan yang cukup mengerikan.

-YOU'RE GOING TO HELL-

"Neraka?"

BRAK!!!

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C28
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous