Télécharger l’application
34.04% ueueue / Chapter 16: accident#16

Chapitre 16: accident#16

Ohm segera mematikan lampu kamar, lalu ikut berbaring disamping Toey yang sudah memejamkan matanya.

"Toey, angkat badannya bentar. Selimutnya di pake" ujar Ohm seraya menarik selimut agar menutupi tubuh mereka berdua. Toey hanya menurut, ia sudah lelah dan ingin segera tidur.

Tapi ia ingat akan sesuatu hal yang harus diberitahukan pada Ohm.

"Ka" panggilnya. Ohm yang sedang memainkan ponselnya pun menoleh.

"Hm?"

"Toey di depok cuma seminggu, buat nyelesain laporan penelitian ini. Jadi nanti minggu selanjutnya Toey balik kesini lagi"

"Oh udah liburan semester?" Toey mengangguk.

"Yaudah nanti kaka jemput, Toey kabarin kaka aja" ujar Ohm.

"Iya"

Kemudian Toey memejamkan matanya kembali dan jatuh tidur, sementara Ohm masih sibuk menatap tabel tabel yang ada di ponselnya.

Ia sedang menatap data pengeluaran yang belum selesai, wkwk.

"Gilasi, gue harus gimana. Ini kenapa banyak banget anjir?" Gumamnya. Ia sempat terpikirkan untuk menghubungi Chimmon, tetapi anak itu pasti sudah tertidur.

Lalu ia beralih mencari solusi, dan ia memutuskan untuk menghubungi Nanon atau Frank.

"Brat, gue mo tanya" ucapnya pelan, ia takut membangunkan Toey.

"Nape?"

"Di organisasi tuh bulan ini belum keluar data pengeluarannya?"

"Setau gue masi diratain sama bang Ben, tapi udah di kirim ke Aj, seterusnya belum tau gue" jawab Frank.

"Hm, berarti ke Nanon atau First datanya?"

"Hooh"

"Yaudah gue tanya mereka dulu"

"Yoe"

Setelah menghubungi Frank, Ohm segera memanggil Nanon yang kemungkinan saat ini masih berada di luar dengan Perth.

"Non, data nya udah di elu?" Tanya nya.

"Oh udah, lu mau sekarang?"

"Nah, iya. Gece kirim ke gue ya"

Yaudah, emang kenapa buru buru? Bukannya itu data untuk pengeluaran bulan depan ya?"

" lu pikir gue mau ngerjain ini buru buru? Apalagi kalo bukan si bapak penasihat nya masih kencan"

"Besok juga udah balek, tungguin aja"

"Besok Toey balek, makanya"

"Iyain ae dah. Pokoknya ntar kalo si Max dah balek, lu langsung minta ttd nya trus kasi dah tu laporan ke mae godji"

"Yaudah iya gue rekap dulu"

"Sipp"

Yaampun, sepertinya Ohm tidak jadi tidur malam ini. Ia harus merekap data organisasi untuk diserahkan pada Mae Godji besok. Apalagi ia harus menunggu Max sampai dan meminta ttd nya.

Akhirnya dengan perlahan ia bangkit dari kasur, dan pergi ke ruang belajarnya lalu mulai merekap data itu.

Hampir dua jam ia fokus akan hal itu, akhirnya selesai. Ternyata ia masih memiliki banyak waktu untuk tidur.

Jadi dengan mengantuk ia kembali ke kasur dan memakai selimutnya.

Sejenak ia memandangi Toey yang sedang terlelap, lalu ikut tertidur dengan tenang karena bebannya sudah selesai semua.

Keesokan harinya, Toey bangun lebih dulu dari Ohm. Ia tahu bahwa lelaki itu semalam bergadang dan memutuskan untuk membiarkannya tidur lebih lama lagi sementara ia beranjak mandi.

Jam menunjukkan pukul 10 pagi, dan pesawat yang ditumpangi Max dan Sing sudah mendarat di bandara Pontianak.

Keduanya keluar dari bandara, lalu segera memasuki mobil Max yang sudah disiapkan oleh Guard nya.

"Max kenapa?" Tanya Sing. Ia memerhatikan lelaki yang sedang memakai seragam pilotnya itu sedikit pucat dan lesu.

"Gapapa, jetlag aja kayaknya" jawabnya sambil mengacak rambut Sing.

"Ck, Max minum obat dulu, biar Sing yang bawa mobil" perkataan itu membuat Max menggeleng kecil, ia lalu menatap Sing (selagi lampu merah) dan menarik pipinya.

"Gapapaa, deket udahan nih" ujarnya.

Sing kesal. Max selalu saja seperti itu. Maka dari itu ia akan berpura pura merajuk agar Max menuruti keinginannya.

Akhirnya ia pun menatap jendela dan memunggungi Max sambil menggerutu.

"Yaudah, biarin aja kalo sakit gue gak urus" gumamnya. Max menyadari kalau Sing merajuk padanya, ia tak mau lelaki kecilnya itu marah padanya jadi ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Yaudaah, Harit sayangku. Sini gantiin Max" Sing menatapnya senang, kemudian ia keluar dari mobil dan bertukar tempat dengan Max.

Sing lalu membuka dashboard mobil dan mengambil obat yang biasa dipakai Max ketika sakit, lalu ia mengambil air mineral dan memberikannya pada Max.

"Minum cepetan" ucapnya. Max pun meminum obat itu dengan segera dan setelah selesai, ia memberikan kedua benda itu kembali pada Sing.

" nyampe sana, Max jangan sibuk ngapa ngapain, bobo aja. Nanti biar Harit yang ngurus semuanya" ucap Sing sambil menjalankan mobilnya.

"Tapi nanti Harit capek juga"

"Lah daripada Max tambah sakit? Mikir ya, nanti kalo Max sakit terus kayak gini siapa yang ngurus Harit? Siapa yang nanggung jawabin organisasi? Siapa yang ngendarain pesawat lagi? Gak ada kan?" Ceramah Sing membuat Max mencebikkan bibirnya.

"Iya iya ih, pacar orang cerewet banget" ujarnya.

"Gausah ngeyel, kalo Harit udah pesen, ya turutin aja apa susahnya?" Sarkas Sing membuat Max mengangguk sambil mengambil tangannya untuk digenggam.

"Iyaa ih, jangan marah. Kayak buto ijo kalo Harit marah"

"Ngelunjak Max ah" kesal Sing.

"Hehehe"

Sesampainya di dormitory, keduanya langsung masuk ke apart Max ( Max memintanya untuk pindah ke apartnya).

"Ganti baju dulu, nih" ujar Sing seraya memberikan celana training dan juga kaos panjang pada Max.

Lelaki jangkung itu hanya menurut, ia lalu segera mengganti baju dan mencuci mukanya lalu kembali ke Sing.

" nih minum airnya dulu, baru bobo" Sing menarik Max untuk duduk di kasur lalu menyerahkan segelas air hangat padanya.

Max kembali menurutinya. Sing memerhatikan lelaki itu dengan seksama, lalu setelah selesai ia segera mengambil gelas itu dan menuntun Max untuk berbaring.

"Abis ini Harit mau kemana?" Tanyanya.

"Harit mau ganti baju, abis itu mau bobo juga" ujarnya membuat Max lega. Iapun membiarkan Sing melakukan kegiatannya sementara ia mencoba memejamkan matanya untuk meringankan sakit di perutnya.

Entah karena apa, ia juga tak tahu. Jadi selagi Sing di kamar mandi, ia segera menelepon kakak nya untuk menanyakan hal ini.

"Bang"

"Kenapa dedek? Udah nyampe?"

"Udah, tapi"

"Kenapa?"

"Perut Max sakit lagi bang, kenapasih? Perasaan gak makan yang aneh aneh deh"

"Serius?? Udah minum obat? Abang panggil dokter shin dulu ya"

"Yaudah, abang lagi dimana?"

"Di kantor tadi, otw pulang kan dedek sakit"

"Gausah pulang kalo lagi sibuk bang, ada Harit juga disini"

"Engga, abang mau sekalian tanya sama dokter perut kamu tuh kenapa"

"Yaudadeh bang"

"Iya, kamu isitirahat dulu"

"Iyaa"

Setelah perbincangannya dengan Ben, Max lalu kembali merasakan sakit di perutnya. Dan itu ditangkap oleh Sing yang baru saja selesai berganti.

"Kenapa Max? Sakit?" Max mengangguk, ia heran degan tubuhnya ini.

"Astaga, Harit harus gimana??" Paniknya. Ia segera kembali ke kamar mandi untuk mengambil handuk, dan merendamnya dengan air hangat.

Ia lalu kembali ke kasur, dan segera mengangkat kaus Max.

"Dikompres dulu ya Max, setidaknya ngurangin sakitnya dikit" Max mengangguk pelan. Ia merasakan handuk hangat itu menempel di perutnya dan memang hal itu lumayan meringankan sakit yang ia rasakan.

Sing menatap Max sedih, sejak dulu memang lelaki ini sering sekali sakit dan yang ia tahu Max hanya sering demam, tifus, flu, dan sakit perut seperti sekarang ini.

Ia mengusap keringat yang membasahi dahi dan leher Max dengan perlahan. Sungguh sangat menyedihkan melihat keadaan Max seperti sekarang ini.

Tak lama dari kompresan itu, Max terlihat kembali tenang dan bernapas dengan normal. Sing kira ia tidur, tetapi ternyata tidak setelah dokter Shin datang dan memeriksanya.

"Dari kapan mulai sakitnya Max?" Tanya dokter itu sambil menempelkan stetoskop pada perut Max.

"Dari pas landing ko" jawabnya.

Sing duduk di sofa yang berada di samping kasur, ia hanya menatap dari jauh, ia hanya takut entah kenapa.

"Dari apa yang kamu alamin semenjak tiga bulan yang lalu, kamu harus dicek lebih lanjut, terutama kepala sama perut kamu" ujarnya.

"Sekarang kita ke rumah sakit, koko siapin lab nya dulu. Kamu bisa siap siap" ujar dokter Shin lalu ia segera menghubungi asistennya untuk menyiapkan lab untuk Max.

Sementara dokter itu bicara, Ben mendekati adiknya yang sedang berusaha duduk di bantu Sing.

"Dedek gada makan yang aneh aneh kan?" Tanyanya.

" gaada bang" jawabnya dengan suara serak. Sing bangkit untuk mengambil hoodie Max di lemari, lalu segera membantu Max memakaikannya.

"Mamah papah tau gak bang?"

"Tau, lagi di jalan mereka. Sekarang dedek banyak banyakin minum, jangan gugup, nanti di lab tesnya banyak soalnya" ujarnya.

Sejujurnya Max takut akan hasilnya, apalagi ada Sing yang harus ia jaga, tetapi mau bagaimana lagi? Ia harus menunggu.

_________________________________________


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C16
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous