Chapitre 106: Sesuatu yang Berharga

"Apaan?" tanya Rezqi ketika mereka sudah mendekati Steaven.

"Jangan banyak tanya," ujar Steaven. "Bapak ini punya informasi soal kios-kios yang disewakan."

Laki-laki tersebut tertawa-tawa pelan sembari mengangguk-angguk saat semua pandangan muda-mudi itu tertuju kepada dirinya.

"Beneran, Pak?" tanya Ambar pula.

"Tapi saya mau tanya dulu," kata bapak tersebut. "Adek ini cari toko yang bagaimana? Maksud saya, cari yang di tempat ramai seperti di sekitar sini, atau bagaimana?"

"Bukan, Pak," sahut Steaven. "Kalau di keramaian seperti ini mah, saya yakin pasti sewa harganya mahal."

Laki-laki itu terkekeh lagi, mengangguk lagi. "Memang. Kalau di kawasan dekat-dekat sini harga sewa setiap kios memang mahal."

"Saya itu mau buka usaha toko olah raga," kata Steaven lagi. "Yaa… sewa menyewa alat-alat renang, menyelam. Yang kayak-kayak gitu, Pak."

"Hoo…" laki-laki itu menggaruk dagunya seakan memikirkan satu-dua tempat yang cukup tepat untuk pemuda tersebut membuka usahanya.