Wang Zia menatap, berdiri begitu tegak menghadap atasannya berada dalam sangkar jeruji besi. Tidak bisa terbebas, hanya karena menahan segala emosi untuk mematuhi peraturan. Aturan tetap menjadi kendala dalam mengatur kekuatan yang tidak semestinya ditunjukkan.
"Tuan, bertahanlah!" bisik Wang Zia merundukkan kepalanya.
"Aku iri, melihat kalian begitu akrab. Tapi, tidak selamanya kalian menjadi teman yang baik. Suatu saat mereka akan menjadi musuh bebuyutanmu dalam merebut kedudukan." Xia Zhang menyambung perbincangan di antara dua orang pria.
Kedua anak muda ini sungguh mengejutkan tanggapan Xia Zhang. Karena tak ingin terganggu, Wang Zia meminta pamit kepada atasan. Lalu dia memilih untuk melihat Xia Zhang—ayah atasannya sedang bermaksud lain.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.