"Apa kau juga sedih atas meninggalnya putraku, nona?" tanyanya.
Sudah dua kali, hati Psyce mencelos karena mendengar suara dan kalimat yang dikatakan oleh wanita di depannya. Apa ini yang dinamakan dengan rasa bersalah? Psyce bertanya-tanya. Kemudian ia menganggukan kepalanya tanpa sadar, untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Namun disalah artikan oleh wanita di depannya, yang menyangka jika Psyce menjawab pertanyaannya. Psyce kembali menatap wanita di depannya.
"Aku tidak bisa menyalahkan siapapun atas peristiwa yang menimpa putraku. Mungkin apa yang kau rasakan melebihi rasa sedihku yang adalah ibunya. Aku tidak berhak membencimu atau memarahimu, karena putraku mati sebagai pahlawan sesuai dengan apa yang ia inginkan." Ujarnya dengan suara serak.
"Itu sama sekali tidak benar." Jawab Psyce. Ia menatap jauh ke depan ke acara pemakaman yang tengah berlangsung.