HAPPY READING AND HAPPY WRITING
Segera beberapa hari setelah rapat diadakan dan menghasilkan keputusan yang mengatakan jika Oars ditunjuk sebagai kaisar selanjutnya. Berita surat kabar begitu cepat menyebar hingga menimbulkan berbagai opini publik yang mulai menilai.
Pagi ini acara penobatan Oars yang dilantik menjadi kaisar digelar dengan terbuka dan megah disaksikan oleh hampir seluruh rakyat kekaisaran Lurie. Sebagian besar menilai jika Oars pantas menjadi kaisar mereka dan berharap agar kepemimpinannya lebih baik dari kaisar sebelumnya.
Namun tak sedikit yang merasa jika Oars tak pantas menjadi kaisar, mengingat latar belakang keluarganya, dan kastanya dalam kuadrat bangsawan.
----------
Sementar itu, jauh dari kerajaan Lurie berbeda benua.
"Jadi kerajaan tengah itu sudah berganti kaisar? seberapa hebat dia kita lihat."
"Ya, yang mulia"
"Bagaimana dengan pengintaiannya?"
"Kami masih mencari celah yang mulia, kerajaan Lurie yang terletak di benua Kentro, dikelilingi oleh pegunungan yang tinggi dan lembah berbahaya yang mulia."
"Terus cari celahnya dan kelemahannya agar kita bisa mengambil kesempatan untuk menyerang kerajaan tengah, karena sekarang kaisar sudah berganti dan kita tak tahu seberapa cerdasnya raja itu memanfaatkan benua Kentro."
"Baik yang mulia"
----------
Setelah mendengar desas desus berita bahwa seseorang akan menjadi kaisar baru negeri Lurie, Madeleine tak menyangka jika orangnya adalah Oars. Bagaimana bisa?
Apa Oars tau? Jika pria itu tau, maka sudah jelas ini ada hubungannya dan sangkut pautnya dengan kematian yang mulia kaisar Lurie. Semua pertanyaan itu akan terjawab jika Oars memang sudah menyangka jika dirinya lah yang akan ditunjuk sebagai kaisar.
Tapi jika pembunuhnya adalah orang suruhan Oars, bagaimana bisa Oars menyelamatkan pembunuh itu dari hukuman penggal.
Perasaan dari sudut hatinya juga merasa gelisah dan resah sekarang, pria yang sudah membuat dirinya hamil sekarang menjadi kaisar. Akan sulit baginya dan Oars. Dirinya yang hanyalah berstatus rakyat jelata tak mungkin bisa menikahi Oars yang sudah berstatus kaisar, terlebih di negeri besar seperti Lurie.
Apa yang akan dikatakan oleh pria itu dan apa yang akan pria itu ambil sebagai keputusannya. Bagaimana dengan nasib anaknya, bagaimana dengan nasibnya nanti. Situasi ini membuat Madeleine kesulitan.
'Madeleine, pikirkanlah dengan kepala dingin'
Itulah yang terus Madeleine pikirkan, agar pikiran negatif tak menguasai dirinya, terlebih di tengah kondisinya hamil.
Kemungkin setelah ini adalah Oars akan menikah secara politik dan menjadikan istrinya sebagai permaisuri kerajaan. Dirinya masih memiliki kesempatan untuk menjadi selir kaisar, agar anaknya bisa diterima dan memiliki seorang ayah. Tapi bagaimana jika Oars tak menerimanya dan bayinya.
"...Leine"
"Madeleine..."
"Madeleine!"
Madeleine terkesiap kala suara seseorang masuk ke dalam telinganya memanggil namanya dengan cukup kencang membuat dirinya terkejut.
"Iya?"
Oars saat ini tengah berkunjung ke dalam gubuknya untuk menemuinya setelah acara penobatan selesai. Tak dapat dipungkiri, kini perasaan sedikit segan ketika melihat Oars karena gelar baru yang di sandang pria di depannya.
Beberapa tahun lalu dirinya mengenal Oars yang adalah ksatria kekaisaran, saat itu Oars belum diangkat sebagai jendral. Saat usianya menginjak 25 tahun, pria itu menjadi jendral, namun situasi itu tak membuat Madeleine merasakan perbedaan yang signifikan dalam diri Oars.
"Apa yang dipikirkan kepala cantikmu ini sampai dahimu berkerut?"
"Ahh.. tidak ada, hanya masalah kecil,"
Madeleine segera menetralkan ekspresi wajahnya. Ia tersenyum menenangkan dan merelaxkan otot otot wajahnya.
"Masalah apa?"
"Bukan apa apa, aku bisa mengatasinya sendiri.."
"Baiklah, aku percaya padamu."
Tak ada percakapan lagi diantara keduanya dalam waktu yang cukup panjang, hingga Madeleine kembali membuka suaranya.
"Selamat atas kenaikan jabatanmu yang mulia kaisar Oars."
Madeleine berdiri dan sedikit membungkukan tubuhnya untuk memberikan penghormatan pada Oars membuat pria itu terkekeh.
"Terlepas dari itu, aku masih kekasihmu.."
"Ahh iya, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Oars.
Madeleine mengangkat sebelah alisnya, "apa itu?"
"Setelah aku menjadi kaisar, rakyat dan para dewan kerajaan memintaku untuk segera menikahi seorang bangsawan wanita untuk dijadikan permaisuri kekaisaran Lurie"
"Aku mengerti, kurasa, kita sudah-"
Oars segera menghentikan apa yang akan diucapkan oleh Madeleine.
"Aku tidak akan mengakhiri hubungan kita Madeleine.."
'Aku juga tidak berniat mengakhirinya' "Tapi bagaimana bisa, kau sekarang adalah raja di kerajaan ini sekaligus kaisar di negeri, jika kita ketahuan, reputasimu akan terancam Oars tidak kah kau mengetahuinya?"
"Bahkan sekarang kau kemari pun membuat aku tak bisa dengan tenang menghabiskan waktu denganmu."
"Aku akan menjadikanmu sebagai selir setelah pelantikan permaisuri selesai," ucap Oars terdengar memerintah.
"Tapi-"
"Serahkan semuanya kepadaku, aku akan membawamu kedalam istana dan tidak akan ada yang akan memisahkan kita lagi."
Madeleine tak menunjukan ekspresi apapun dihadapan Oars. Tidak senang ataupun tidak sedih bahkan terkejut.
"Biarkan aku berpikir"
"Madeleine kau masih mencintaiku kan?"
Baru saja Madeleine menghela nafas, pertanyaan itu membuat Madeleine merasa sesak kembali di paru parunya.
"Bukankah yang seharusnya bertanya seperti itu adalah aku? Dalam sebuah hubungan bukankah tidak ada yang harus di sembunyikan?" 'Aku juga mempunyai sesuatu yang di sembunyikan..'
Madeleine merasa suara yang dikeluarkan sedikit bergetar, dirinya bahkan tak dapat menatap mata Oars.
"Apa maksudmu? apa aku terlihat menyembunyikan sesuatu darimu?"
"Justru aku lebih curiga kepadamu yang seperti menyembunyikan sesuatu dariku."
"Tapi aku menepisnya karena percaya padamu,"
Kali ini Oars yang menghela nafas lelah, terlihat raut wajah kesal dan marah yang ditunjukan. Madeleine tentu saja merasakannya melalui nada bicara Oars. Sedikit rasa bersalah menggelayuti hati Madeleine. Kenapa dirinya menuduh Oars, sedangkan dirinya sendiri mempunyai rahasia dari Oars.
"Aku akan memberikanmu waktu."
Suara pintu yang terdengar keras membuat Madeleine terhenyak. Ia merenung sesaat setelah semua yang dikatakannya pada Oars. Seharusnya ia tak mengatakan hal yang jelas jelas menuduhnya dengan gegabah tanpa bukti, haruskah dirinya percaya pada Oars?
Tapi bagaimana asap hitam yang dikeluarkan oleh Oars yang merupakan ciri orang tersebut berbicara bohong.
----------
Seseorang menuruni tangga yang akan membawanya ke ruang bawah tanah istana besar ini yang terdapat ruang tahanan. Suara sepatunya terdengar begitu nyaring memenuhi ruangan sunyi yang gelap ini.
"Yang mulia."
Dua tahanan penjaga penjara itu menunduk hormat ketika kaisar mereka berada di hadapan mereka.
"Kalian boleh berjaga di luar," perintahnya.
"Baik yang mulia.."
Setelah kedua penjaga tadi tak terlihat lagi, Oars kembali melangkahkan kakinya ke arah sel tahanan yang terdapat di paling ujung.
Siluet seorang pria terlihat didalamnya dengan tubuh kurus dan tubuh yang penuh dengan luka lebam.
"Ada apa sampai kaisar Lurie yang baru repot repot ke bawah istananya, bukankah kau sudah senang dengan menyiksaku begini?"
Suara batuknya yang bising memenuhi penjara yang sepi dan tenang ini.
"Aku sudah menyelamatkan kepalamu yang seharusnya sudah terpisah dari tubuhmu itu."
"Terima kasih atas kemurahanmu sekaligus kekejihanmu," senyuman tersungging di bibirnya, bukan senyuman, lebih tepatnya seringaian.
"Sanlex, sepertinya kau pantas mendapatkan penghargaan atas sandiwaramu," Oars tertawa lepas.
"Justru kau lah yang harusnya mendapatkan penghargaan itu setelah semua skenario yang kau tulis sekaligus permainan yang begitu meyakinkan!"
"Kalau aku tidak bergerak apa yang akan kita dapatkan?" Nada suaranya begitu dingin sedingin tatapannya pada pria di depannya.
"Tugasmu sudah selesai, aku akan memanggilmu kembali jika dibutuhkan. Keluarlah tengah malam,"
"dan lanjutkan rencana kita." Nada suaranya lebih lirih saat mengatakan bagian akhir.
Oars melangkah menjauhi sel tahanan tersebut setelah dirasa tak ada lagi urusan.
"Tanganku terikat bodoh!"
"Jangan berpura pura penyihir!"
-
-
-
tbc