Manik hijau miliknya terbuka lebar menatap terkejut akan sekelilingnya yang gelap, dia tak bisa melihat apa pun selain warna hitam dari tempat itu. Dia ketakutan dan mencoba mencari jalan keluar sampai dia melihat dari arah depan ada sebuah cahaya kecil. Wajah bahagia terlihat jelas saat dia berlari menuju cahaya.
Tatapan terkejut menjadi awal saat dia melihat sebuah danau di sana tapi bukan danau itu yang membuatnya terkejut. Melainkan seseorang yang berdiri di atas air danau. Dia mundur dengan tatapan takut dan terkejut di saat bersamaan sampai dia terjatuh karena orang itu berada tepat di hadapannya.
Dia tak mengerti akan semua ini, karena ingatan saat dia jatuh di jurang kembali hadir saat manik mereka saling bertemu. Orang itu menyentuh wajahnya membuat dia mendongak menatap wajah cantik orang itu. Tubuhnya tak bisa bergerak rasanya seperti kaku bahkan dia tak bisa merasakan apa pun saat wanita cantik itu menutup matanya.
"Kau harus melihatnya sendiri" ucap wanita itu pelan.
Manik hijau miliknya tertutup rapat membuatnya melihat jelas ada sebuah jurang di sampingnya. Matanya bergetar saat melihat dirinya berada di depan jurang tinggi itu. Wajah yang memerah karena menangis membuat dia ingat apa yang terjadi. Dia tau kenapa dia berakhir di tempat yang gelap.
Tubuhnya ingin dia gerakkan tapi tak berhasil dia bahkan tak bisa berteriak untuk menghentikan dirinya yang akan menjatuhkan tubuhnya di jurang. Air matanya turun membasahi pipinya menatap kosong tempat di mana dirinya bunuh diri.
Ingatan soal kehidupannya membuat dia tak mampu untuk mendongak ke atas saat suara tawa terdengar jelas mengejeknya. Dia memilih untuk mengabaikan suara tawa itu dengan kedua telinganya yang dia tutup dengan erat. Sampai dia kembali lagi di depan danau tadi, yang menjadi tempat pertemuannya dengan seorang wanita yang memperlihatkan kematiannya.
"Bagaimana? Kau ingat sekarang" ucap wanita itu menunggu jawaban darinya tapi dia tak menjawab sama sekali.
"Ah.. kau ini tak seru, aku memperlihatkan aksi bunuh dirimu juga karena suatu alasan" kesal wanita itu melangkah menjauh menuju danau.
"Ternyata kau tak bisa di ajak kerja sama ya" ucap wanita itu menatap tidak suka saat lawan bicaranya hanya menangis.
"Bukankah kau bunuh diri juga karena keinginanmu" ucap wanita itu lagi.
"Hei.. gadis kecil kau dengar tidak sih" sekarang wanita itu kesal karena diabaikan sejak tadi.
Sedangkan gadis kecil itu masih saja menangis menyalahkan kebodohannya yang benar-benar tidak berguna. Dia hidup selama sepuluh tahun di dunia itu dan sekarang dia berada entah dimana setelah kematiannya. Dia menangis karena mengingat nasib kakak kembarnya. Ingatan soal kebersamaan mereka berputar-putar di kepalanya membuat dia makin menangis.
Seandainya dia memikirkan kakak kembarnya yang pasti lebih menderita sekarang. Jika berita dirinya hilang sampai di dengar oleh kakaknya dia tak bisa melakukan apa pun lagi karena memang dia sudah mati. Mungkin ini karma yang dia dapat karena hidup tak benar atau ini kesalahan mereka.
Dia dan kakak kembarnya adalah seorang penyihir tanpa bakat dan semenjak kedua orang tua mereka mengetahui soal itu banyak orang menganggap mereka aib. Sejak lahir tubuh mereka memang sangat lemah bahkan bisa di bilang mereka akan mati saat itu juga karena tak mampu beradaptasi dengan sihir. Semua itu terjadi tanpa alasan yang jelas padahal mereka adalah anak Kaisar saat ini.
Menjadi anak Kaisar tak membuat hidup mereka bahagia. Sejak berumur lima tahun mereka berdua mulai di kucilkan oleh keluarga mereka sendiri. Dan itulah sebabnya dia dan kakak kembarnya tak bisa hidup dengan tenang. Dan sebenarnya dia bunuh diri juga bukan karena keinginannya tapi dia dipaksa oleh kakak mereka yang tak menyukai mereka. Malam itu dia ingat sehabis bermain di hutan mereka dihadang oleh kakak mereka dengan hewan sucinya.
Mereka ingin kabur tapi kakak mereka menggunakan sihir dan membuat kakak kembarnya pingsan. Dan berakhir dengan dirinya yang diseret untuk di jatuhkan ke jurang. Tubuhnya membeku saat mengingat detik-detik angin bertiup kencang membuat tubuhnya tidak seimbang dan jatuh di jurang.
"Hei.. Kau memikirkan apa?" tanya wanita itu dengan tangan yang memegang bahu gadis kecil itu.
"Kau siapa?" akhirnya gadis kecil itu mau berbicara tapi bukannya menjawab pertanyaannya dia malah menanyakan pertanyaan pada wanita di hadapannya itu.
"Menurutmu aku siapa?" bukannya menjawab wanita cantik itu malah ingin bermain-main dengan gadis kecil di hadapannya.
"Aku tidak tau" jawab gadis kecil itu
"dan aku juga tidak peduli" lanjutnya membuat wanita di hadapannya tertawa kecil.
"Rimonda Teona Veddira, kau akan aku beri hadiah asalkan kau mau membantuku" ucap wanita itu membuat gadis bernama Rimonda bingung.
Wanita cantik itu menyentuh air itu membuat lingkaran sihir itu melesat ke atas dan berputar di sekeliling tangan wanita itu. Rimonda hanya menatap tak percaya sampai wanita itu membuat lingkaran sihir itu tenang dan mengembalikannya ke dalam air.
Rimonda duduk dengan tenang saat wanita itu menyuruhnya duduk di atas batu sampai cahaya putih muncul dan memperlihatkan seorang anak laki-laki yang terbaring pingsan. Rimonda yang tau siapa itu, langsung berlari menghampirinya dan mengguncang tubuh kakak kembarnya itu.
"Bukankah dia kakak kembarmu" ucap wanita itu menatap Rimonda.
"Apa yang kau lakukan!?" teriak Rimonda menangis saat melihat kakak kembarnya tidak kunjung bangun.
"Hei.. Dia hanya pingsan kenapa kau malah ribut begini" jawab wanita itu kesal juga karena dia selalu di salahkan.
Tapi Rimonda tidak mendengarnya karena terlalu fokus pada kakaknya yang masih pingsan. Rimonda masih mengguncang kakak kembarnya bahkan dia sampai menangis melihat kakak kembarnya tak bangun juga. Jika sekarang dia sudah mati lalu bagaimana kakak kembarnya bisa ada di sini. Apakah dia juga mati karena wanita cantik itu atau ini memang takdir mereka. Rimonda menunduk dengan air mata yang mengalir tanpa mau berhenti.
Sesekali Rimonda mengguncang tubuh kembarannya tapi tidak berhasil juga membuat Rimonda menyerah. Sedangkan wanita cantik itu hanya mengamati Rimonda yang terlihat lucu. Dan wanita itu tau jika Rimonda sangat menyayangi kembarannya. Walau memang dia tidak dianggap tapi dia tidak masalah untuk sekarang.
"Monda" ucap pelan kakak kembar Rimonda dengan manik yang terbuka perlahan.
"Kak Ramon..!" sahut Rimonda memeluk Ramon erat.
"Hei.. hei.., aku di sini ingin memberi kalian hadiah kenapa aku malah diabaikan begini" kesal wanita itu lagi berharap mereka berdua mau menatapnya.
"Memang apa yang akan kau berikan pada kami, kami juga sudah mati" jawab rimonda.
"Siapa bilang kalian sudah mati"