Télécharger l’application
80.41% The Hidden Smile / Chapter 78: Mellisa #17

Chapitre 78: Mellisa #17

Prom Night baru saja berlangsung dua hari yang lalu, namun Steven sudah kembali mengajak Nadia untuk kencan. Steven tanpa takut-takut menggenggam tangan Nadia sejak memulai kencan, hingga saat mereka berdua berjalan masuk ke toko buku.

Steven dengan setia mengikuti Nadia yang berkeliling toko buku, melihat segala jenis buku dan alat tulis, komik, hingga akhirnya berhenti di salah satu section, dimana Nadia berdiri terdiam di sana cukup lama, sambil mulai memilih buku yang ingin dibelinya.

Steven menatap Nadia dan tidak henti-hentinya mengagumi gadis itu. Melihatnya dengan teliti membaca semua judul buku dari rak paling atas hingga bawah, kanan ke kiri. membalikkan buku yang dia ambil untuk membaca sinopsisnya di bagian belakang buku. Ia jadi teringat kepada Nadia yang pernah seserius ini saat mereka mengerjakan tugas kelompok waktu itu.

Begitu mendapatkan buku yang diinginkannya, Nadia terlihat berbinar-binar, senang, dan bersemangat. Pertama kalinya Steven melihatnya seperti itu. Steven tetap mengawalnya ketika Nadia masih melihat-lihat lagi sebentar, hingga akhirnya segera membayar buku-bukunya ke kasir, lalu mengajak Steven untuk berpindah tempat kencan.

Mereka telah berjalan-jalan cukup lama, keduanya akhirnya memutuskan untuk makan siang di food court dengan suasana santai sambil berbincang-bincang tentang hal-hal ringan. Steven menyukai saat Nadia tertawa pada hal-hal lucu yang Ia ceritakan. Ia dapat merasakan bahwa mereka semakin dekat, karena Nadia tidak lagi sedingin dulu padanya.

"Gue sih, cuman ngangkat bahu aja karena gue nggak tau. Eh! Gue malah dilempar sepatu sama kak Rebecca." Kata Steven dan membuat Nadia tertawa lucu mendengar ceritanya.

"Lo sih, bego!" komentar Nadia lalu kembali tertawa. Steven ikut tertawa melihat Nadia.

Lama Steven menikmati tawa Nadia, Ia kemudian menggenggam tangan gadis itu, yang membuat Nadia terkejut.

"Nad, gue mo bilang sesuatu sama lo." Kata Steven yang telah berubah serius.

"Apaan?"

"Gue denger, kak Rebecca sama Pak David mau tunangan. Kita... Kita mau kayak gini terus, apa gimana? Apa kita nggak sebaiknya putus aja?" Steven sendiri merasa ragu dengan perkataanya.

"Mm… Oke." Jawab Nadia tenang.

"Oke? Udah gitu aja?" steven terkejut dengan respon Nadia. "Jangan-jangan lo dari dulu emang nungguin gue bilang putus?" tanya Steven curiga.

"Jujur, iya. Karena kalo gue yang bilang putus ke elo, wah! Lo tau gue udah nggak bisa punya julukan lain lagi, karena sekarang pun gue udah dicap sebagai cewek yang super-duper jahat dan apalah itu, banyak banget. Apalagi kalo sampe orang-orang pada tau kalo gue mutusin cowok keren sesekolahan, idola cewek-cewek, pemain basket yang baik banget, dan ketua kelas gue sendiri." Jawab Nadia santai. "Lagian gue mau ngomongin soal ini juga sih sama lo. Karena kakak kita bakal tunangan, jadi kita otomatis bakal jadi keluarga." Lanjutnya lagi.

Steven mengangguk paham. Nadia terdengar begitu santai dan tenang, apalagi hubungan kakak mereka memang bisa menjadi latar belakang yang bagus untuk mengakhiri hubungan percintaan mereka.

"Lagian gue suka sama Nadia yang brengsek, nggak punya sopan-santun, dan kasar kayak biasanya, bukan yang kayak gini. Lo berubah semenjak sama gue." Kata Steven pelan.

"Gue bukannya berubah, gue cuman ngerasa kalo nggak pantas aja kalo gue bersikap kayak gitu sama pacar gue. Bener nggak?" Steven mengangguk mengiyakan.

"Mulai sekarang lo nggak harus kayak gitu lagi. Mau lo nyuekin gue abis ini, gue tetep suka kok sama lo, dari pada lo yang masih sama gue. Kayak lagi pura-pura."

"Gue udah nggak bisa nyuekin elo kali, Steve. Lo kan tetep temen gue, yang mo naek pangkat jadi sodara ipar." Jawab Nadia santai lalu tertawa.

Steven senang mendengar Nadia yang akan tetap menjadi temannya. Ia senang mendengar tawa Nadia saat ini. Pemuda itu senang, karena pernah menjadi pacar Nadia, entah apapun yang pernah terjadi, ia senang.

Setelah kencannya bersama Steven berakhir, Nadia tidak jadi pulang dengan diantar Steven maupun dijemput Pak Agus, melainkan dijemput oleh David yang tadi meneleponnya, minta ditemani untuk berbelanja.

Setelah agak lama, David akhirnya datang. Dia terlihat agak berlari menemui Nadia yang masih duduk sendirian di food court yang ramai, sambil mengutak-atik ponselnya.

Keduanya berjalan-jalan sebentar, lalu masuk ke supermarket, menghabiskan waktu yang cukup lama untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan, hingga makanan-makanan kecil untuk snack tengah malam, kemudian akhirnya pulang.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Weird_Unicorn Weird_Unicorn

DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...

so be kind to COMMENT AND VOTE

p.s* your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C78
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous