Meski sudah keluar dari rumah sakit namun Massimo tidak kunjung masuk ke dalam mobil, dia justru memilih duduk di anak tangga yang cukup ramai dilalui orang-orang dengan kepala tertunduk. Martin yang khawatir identitas Massimo akan terekspos langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengalihkan jalur pejalan kaki yang sebelumnya melewati anak tangga tempat Massimo duduk ke arah yang lain.
"Maafkan aku sayang," ucap Massimo lirih dengan mata berkaca-kaca menatap sepatunya yang mengkilap.
Mengingat kembali kondisi Gina yang sangat buruk membuat Massimo tidak bisa berpikir, otak cerdasnya beku seperti es di kutub. Dingin tidak berperi ketika mengetahui wanita yang sangat dicintainya lebih memilih bunuh diri daripada hidup bersamanya.