Télécharger l’application
53.28% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 152: Kejelasan

Chapitre 152: Kejelasan

"Britannia akan dihancurkan di masa depan!"

"....."

Keheningan panjang memenuhi ruangan itu sebelum setetes keringat jatuh ke lantai, menyebabkan suara percikan membuyarkan kesunyian ini.

"K-Kau...! Apa yang kau katakan itu serius, Merlin?" Meliodas bertanya dengan ketidakpercayaan.

Sementara Bartra sedikitnya lebih mempercayai konfirmasi Merlin, tapi itu terjadi karena dia telah melihatnya sendiri malapetaka yang ada dalam mimpinya.

"Jujur saja, aku adalah orang kuno yang telah hidup sangat lama. Terlebih, aku pernah melihatnya sendiri, perang yang lebih besar di masa lalu." Nadanya sangat berat dan tersengar serius, yang membuat Bartra menelan ludahnya saat merasakan haus darah di mata Merlin.

Merlin tidak berkata secara langsung bahwa perang yang dimaksud adalah Perang Suci yang pernah terjadi dulu sekali karena Meliodas masih menyembunyikan identitasnya.

Di mata para manusia di zaman ini, Meliodas hanya dilihat sebagai seorang manusia yang tangguh, itu saja. Tidak sebagai anggota Klan Iblis atau Stigma.

Karena itu, Bartra bahkan tidak mengetahui identitas asli Meliodas, yang menyebabkan Merlin harus berkata secara tidak rinci seperti itu.

Memasang ekspresi yang cukup serius, Merlin melanjutkan: "Dari pengetahuan yang telah kupelajari selama ini, hanya ada sedikit catatan para Dewa, dan kurasa itulah yang menyebabkan bencana dalam mimpimu itu."

"Para Dewa?" Bartra tidak terkejut dengan pernyataannya. "Apakah mirip dengan Binatang Suci yang kita sembah?"

"Hmm..." Merlin mengambil sikap berpikir sesaat sebelum berkata, "Yah, apa yang ada dalam mimpimu lebih kuat."

"....Sampai membuat sebuah lubang ruang angkasa di Britannia, aku tidak yakin makhluk apa itu sebenarnya!" Meliodas berkata dengan cemas, yang menyebabkannya mengingat kejadian 3000 tahun yang lalu saat dia bertemu Asheel. Dia kemudian mengingat sesuatu yang lain dan berkata, "Bagaimana dengan Pencipta Dunia yang kamu bicarakan sebelumnya?"

Meski Bartra bingung, tapi dia masih memperhatikan Merlin.

Merlin tidak mempermasalahkan jika Bartra tahu beberapa hal mengenai dunia ini lebih dalam, hanya saja dia tidak akan menceritakan terlalu banyak.

Bartra adalah Raja, orang yang memiliki tanggung jawab untuk menanggung beban rakyatnya, dan sebagai Raja, dia harus melakukan apapun agar kerajaannya bisa terhindar dari bahaya.

Mengetahui hal tabu sebagai makhluk fana juga merupakan tanggung jawab seorang Raja.

Kembali ke Merlin, setelah mendengar pertanyaan Meliodas, dia menjawab: "Aku bahkan tidak bisa memastikan keberadaannya, hanya Ophis Ouroboros yang bisa kukontak saat ini."

"Begitu..."

"Terlebih lagi, Ophis adalah yang terlemah di antara ketiganya. Dia tidak bisa berbuat banyak untuk masalah ini." Merlin menghela napas.

Meliodas menjadi khawatir mendengar hal itu, lalu mengingat Raja Iblis dan Dewa Tertinggi yang juga seorang Dewa. Tapi mengingat jika Pencipta Dunia saja tidak mampu menanganinya, apa yang bisa dilakukan kedua Dewa itu?

Meliodas kemudian bertanya dengan cemas, "Lalu, apa yang kita lakukan? Karena masih ada cukup waktu, seharusnya kita bisa melakukan sesuatu, kan?"

Pada saat ini, yang paling bisa dia andalkan adalah Merlin. Mengingat kekuatan misterius yang dia terima setelah menentang Asheel di masa lalu, dia menjadi semakin berani.

Tapi jawaban Merlin sangat mengejutkan...

"Tidak ada," Merlin berkata acuh tak acuh.

"Apa?" Meliodas dan Bartra tidak mempercayai telinganya. Lagipula Merlin adalah seorang Penyihir, dan seorang Penyihir harus setidaknya selalu memiliki rencana cadangan.

"Masalah ini sudah bukan dalam jangkauan kita sebagai makhluk fana bisa ikut campur. Yang bisa menanganinya hanyalah kedua orang itu."

"Asheel Doom dan Seraria Yrillgod?" Meliodas bertanya dengan tidak yakin.

"Ya, tapi keberadaan keduanya tidak diketahui lagi semenjak ribuan tahun lalu."

Meliodas menggigit bibirnya, masih tidak terima jika Asheel akan menjadi harapan mereka. Tapi Seraria Yrillgod, yang datang di sisi Asheel saat dia pertama kali melihatnya, wanita yang tidak bisa dijangkau oleh seluruh makhluk manapun. Wanita itu sepertinya bisa menjadi harapan baru bagi Britannia.

Namun mengingat bagaimana hubungan Seraria dengan Asheel saat dia melihatnya di masa lalu, dia yakin jika keduanya adalah sepasang kekasih. Dan...

Sepertinya dia telah melupakan sesuatu.

Dia lalu memijat pelipisnya sambil menatap sang Penyihir, "Hei, Merlin. Apakah kamu yakin jika hanya ada tiga?"

Merlin menaikkan alisnya saat melihat keraguan di mata Meliodas. 'Sepertinya dia sudah mengingat sesuatu.'

Setelah menghela napas atas kekurangan mantranya sendiri, dia berkata: "Aku pernah berspekulasi jika ada orang keempat yang berperan dalam penciptaan dunia, dan kemungkinannya bahkan cukup tinggi. Meski itu benar, aku yakin jika orang keempat tidak terlalu berperan besar di dalamnya. Faktanya, hanya ada tiga Dewa Pencipta yang tertulis dalam sejarah Britannia, mau itu tersirat ataupun tersurat."

Meliodas terdiam dan hanya bisa menyingkirkan keraguannya, tapi dia masih khawatir karena suatu alasan.

"Sebaiknya kita memainkan peran kita sendiri dan segera mencari anggota lainnya sebagai pelindung kerajaan ini. Untuk masalah hancurnya Britannia, kita hanya bisa bertaruh dan percaya pada Dewa kita." Merlin menegaskan.

"Aku masih tidak bisa berbuat apa-apa...?" Meliodas semakin tidak berdaya.

"Apa kamu yakin, Merlin-dono?" Bartra juga cemas.

"Terbentuknya kelompok kita di masa depan juga merupakan peran yang penting untuk melindungi Britannia dari ancaman. Kita juga mempunyai musuh kita sendiri."

Maksud 'ancaman' dari perkataan Merlin adalah Raja Kekacauan, Arthur Pendragon yang akan terbangun di masa depan. Sejak Asheel memberikan tujuh sifat jahat manusia, Merlin tahu jika kekuatan itulah yang bisa menekan kekuatan Chaos dalam diri Atrhur.

Tugas Tujuh Dosa Mematikan adalah memastikan agar Raja Kekacauan tidak melenceng di jalan yang salah, dan jika itu terjadi maka Tujuh Dosa Besar akan bertindak.

Setidaknya itulah tujuan utamanya dan karena ini terserah Merlin untuk memutuskan, maka dia hanya akan mengikuti alurnya.

Segera setelah memenuhi instruksi dari Bartra, dia pergi.

...

Kembali ke ruangan yang telah disediakan oleh Bartra, Merlin langsung duduk di kursinya dan membawa Aldan di telapak tangannya.

"Mantra Clairvoyance yang bisa aku gunakan hanya bisa mengetahui dunia sekitarnya tanpa menggunakan panca indera. Vision yang diperkuat oleh otoritas sang Putri, hmm?"

Merlin membandingkan kemampuan Clairvoyance miliknya dengan Vision milik Bartra yang sudah dibuff oleh Lady of the Lake, dan dia harus mengakui jika bisa melihat masa depan itu sangat nyaman. Tapi saat dia merenung, dia tiba-tiba memikirkan Lady of the Lake.

"Atas dasar apa sang Putri menggunakan otoritasnya kepada Bartra? Apakah dia menyiratkanku untuk bersiap-siap untuk apa yang akan datang? Bahkan jika aku mempersiapkannya pun, aku tahu jika pada ujungnya hanya keputusasaan yang menyambutnya."

Melawan para Dewa, meski itu topik menarik bagi Merlin sendiri, tapi dia tidak bodoh untuk bisa melihatnya dari dekat.

'Asheel pernah mengatakan jika kedatangannya ke dimensi ini karena urusan pentingnya, dan itu adalah hibernasi yang dia lakukan hingga saat ini. Menghubungkan Asheel dengan para Outer God, maka yang diincar oleh para orang luar itu hanyalah Asheel. Huh, kau hanya bisa membuat masalah bahkan dalam tidurmu.'

Kebangkitan Asheel berarti kebangkitan sang Raja, dan dia berspekulasi jika pada saat itulah Outer God akan mendobrak batas penghalang dimensi ini, membuatnya berlubang.

Jika batas penghalang yang bahkan Ophis tidak mampu menghancurkan hancur oleh para Outer God, tidak bisa dibayangkan betapa kuatnya mereka.

Saat itu, Ophis tiba-tiba muncul di ruangannya yang langsung disadari oleh Merlin.

"Sepertinya kau tahu beberapa hal, beri tahu aku." Ophis langsung berkata setelah dia menatap Merlin.

Merlin segera menceritakannya, tentang visi Bartra dan spekulasinya sendiri.

Ophis masih memasang wajah tabah saat mengetahui semua informasi itu. Setelah mendengarnya, dia langsung duduk di kasur dan mengulurkan tangannya.

Merlin tahu apa yang diinginkan Ophis sebelum melambaikan tangannya dan sebungkus kue muncul, lalu dia menyerahkannya.

"Serius, Ophis-chan. Aku adalah seorang Penyihir, bukan pembuat kue."

Mendengar keluhan Merlin yang sudah sering dia lontarkan itu masih tidak membuatnya goyah.

Sebenarnya setelah mendengar jika Britannia akan hancur di masa depan, dia sudah salah paham dengan tindakan Supreme One yang mengunci dimensi ini.

Dimensi ini terletak di perbatasan Abyss dan Alam Kekacauan, yang bahkan jika dia bisa keluar dari dimensi ini, Aura Kekacauan hanya akan menggerogotinya dan membunuhnya secara perlahan.

Jika bukan karena Supreme One menyegel dimensi ini, maka dia hanya sudah keluar sejak dulu. Tapi dia akan lenyap karenanya.

Untuk masalah Outer God, dia pun hanya bisa menyerahkannya pada kakak laki-lakinya.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C152
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous