Télécharger l’application
1.47% The Eyes are Opened / Chapter 3: Terbangun (part 2)

Chapitre 3: Terbangun (part 2)

Setelah melewati banyak pertimbangan dan arahan dari maminya Karin, aku memutuskan untuk menerima kemampuan yang baru aku miliki ini. Aku mulai menceritakan semua yang aku alami beberapa hari ini pada mama dan yang membuatku heran, mama dapat mendukungku akan kemampuan baruku ini. Aku sangat bangga pada mama yang dapat memahami setiap anaknya. Mama tidak pernah menjudge anak-anaknya bagaimanapun keadaannya. Hal ini yang selalu membuatku menjadi pribadi yang terbuka pada mama, apapun masalahku selalu ku utarakan padanya dan mama selalu mensupportku.

Seminggu telah berlalu, kini telah memasuki bulan baru dan tinggal empat bulan lagi aku akan mengikuti ujian semester. Aku memutuskan untuk mengikuti les pelajaran untuk mempersiapkan ujian semesterku agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Akhirnya mama memberitahuku jika ia telah mendapatkan guru les pelajaran, guru tersebut ternyata kenalannya mama sehingga aku tak khawatir akan kualitas mengajarnya. Aku mengajak Karin, Claudi, dan Nadia untuk ikut les bersama denganku dan mereka menyutujuinya. Hari les pun telah di sepakati jika les akan di adakan pada setiap hari senin, rabu, dan jumat pukul 15.00-17.00 wib. Tempat lesnya pun ternyata tak jauh dari rumahku, sehingga aku dapat pergi menggunakan sepeda. Kurang lebih 1 kilometer jauhnya dari rumahku. Yah.. meskipun aku harus melewati jalan dimana terdapat pemakaman warga dan sungai kecil untuk bisa sampai ke tempat les. Jalanan itu sangat sepi dan terkenal angker jika menjelang gelap, karena dari beberapa warga sekitar banyak yang memiliki cerita melihat penampakan hantu ketika maghrib. Jadi mau tidak mau karena jalan ini merupakan jalan terdekat dari rumahku.

Pukul 14.30 aku berangkat dari rumah, hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di tempat les. Ketika aku datang, aku di sambut oleh seorang wanita muda, menggunakan kaos oblong lengan panjang, kacamata bulat dan rambut dikuncir ekor kuda. Ya.. beliau adalah guru les ku, namanya miss Jeny. Sebenarnya beliau sangat cantik jika mau berdandan sedikit. Tapi buatku tak jadi masalah, asalkan beliau mau mengajariku dan teman-teman yang lain. Hehehe..

Aku tiba lebih awal dari pada yang lain saat miss Jeny berada di depan rumah.

" Hallo.. ". Sapa miss Jeny ketika aku tiba di depan rumahnya. Rumahnya sangat besar dan luas. Aku gak menyangka jika akan les di tempat seperti ini. Tak seperti ekspektasiku, aku kira tempat lesku seperti ruko kecil yang digunakan untuk belajar mengajar. Nggak ngebayang aku apakah bisa betah dan fokus belajar di sini karena pemandangan rumahnya indaaahh bangeeett..

" Eh, eh, iya hallo miss..". Aku tak fokus ketika miss Jenny menyapaku saat aku melamun.

" Nama kamu siapa?". Tanya miss Jeny lagi.

" Ehm.. namaku Dyandra miss..". Jawabku yang masih canggung.

" Tak perlu canggung gitu.. hahahaha.. Santai saja ya kalo bicara sama saya."

" Iya miss."

" Oh, tadi kamu bilang namamu Dyandra ya? Berati kamu anaknya tante Dona?".

" Iya miss, betul. Saya anaknya."

" Mirip sekali kamu sama tante Dona ya? Hehehehe..". Ucapnya sambil berjalan memasuki rumahnya.

Selang beberapa menit kami memasuki rumah miss Jeny, teman-temanku yang lain pun tiba. Langsung saja miss Jeny membukakan pintu gerbang dan menyapa mereka satu persatu. Akhirnya kami memasuki rumah miss Jeny bersama sama. Ketika aku memasuki halamannya dan terdapat taman di sebelah kanan rumah dengan dihiasi tanaman - tanaman hias serta pohon mangga yang tumbuh besar dan berdaun lebat dan terdapat ayunan kecil di bawahnya aku merasakan hal yang janggal ketika melihat ke arah ayunan tersebut, seperti ada orang yang sedang memperhatikan kami. Aku berjalan terus mengikuti miss Jeny dan berlalu tanpa memperhatikan taman lagi. Suasana yang berbeda ketika memasuki rumah miss Jeny. Aura negatif dan positif yang bercampur serta hawa yang panas dan dingin seperti terdapat perbedaan suhu ruang di dalam rumah, padahal tidak terdapat pendingin ruangan di rumah tersebut. Kami berempat saling bertatapan sejenak karena merasa tak nyaman ketika memasuki rumah, ditambah banyaknya guci china yang tertata di setiap sudut ruang serta patung-patung ukiran yang menghiasi rumah miss Jeny. Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada miss Jeny perihal rumah dan keluarganya.

" Wahhh.. rumah miss besar juga ya ternyata..". Ucapku sebagai basa basi ketika aku memasuki rumah miss Jeny yang tersenyum simpul melihat ke arahku.

" Lho miss, miss Jeny tinggal sendirian di rumah sebesar ini? Apa ada keluarga lain?".

" Oh.. aku tinggal bersama adik-adik ku kok.. Ada Roy dan Julie.. di rumah ini juga ada anak kost.. ". Ucapnya menjelaskan pertanyaanku.

" Ohhh.. miss Jeny juga terima kost-kostan? Terus mama papanya miss Jeny dimana sekarang?". Timpal Claudi yang ikut bertanya.

" Kalau mama papaku sudah 5 tahun yang lalu sudah gak ada.. jadi sekarang aku sama adik-adikku aja.. Yaaa.. karena rumah ini terlalu besar untuk kami bertiga, dan banyak kamar yang kosong, makanya aku buka kost-kostan juga biar rame.. Lumayan anak-anak kost di sini yang buat rumah ini rame soalnya.. hehehe".

" Kost cewek miss?". Tanya Claudi lagi.

" Aku sih terimanya cewek cowok sih.. biar adikku Roy ada temennya kalo lagi bosen mereka sering kumpul-kumpul juga.. Tapi emang aku pisah untuk cewe di bangsal yang bawah sini, untuk cowok di bangsal lantai atas situ..". Jelas miss Jeny sambil menunjukkan ruangan-ruangan kost-kostannya.

Ketika aku melihat keatas, tak sengaja aku melihat ada seorang anak kecil berambut pendek sepundak memperhatikan kami. Aku pun memperhatikannya sedikit lebih lama karena ia terlihat sangat pucat dan aneh. Sontak saja, aku langsung menanyakan hal itu pada miss Jeny, dan jawabnya tidak. Miss Jeny tidak memiliki anak kost cewek yang masih anak-anak ataupun keponakan yang datang hari itu. Semua orang langsung memandangiku dengan tatapan yang curiga.

Tiba-tiba Karin yang tadinya berjalan di sampingku mendekatiku dan berbisik,

" Ndra yang tadi kamu lihat itu bukan hantu kan?". Tanyanya ketakutan.

" Gak tahu aku rin.. kan miss Jeny tadi bilang gak ada anak kecil di rumahnya".

Tak lama kemudian kami tiba di ruangan belajar. Tempatnya bersebalahan dengan taman belakang yang terdapat kolam renang. Sangat sejuk dan indah pemandangan ruang belajar miss Jeny karena langsung menghadap kolam renang yang besar. Kami pun langsung bersemangat untuk mengikuti les pada hari itu hingga selesai.

Selama mengikuti bimbel (bimbingan belajar) aku tak merasakan adanya sesuatu yang aneh di sana jadi aku bisa fokus belajar hingga jam les berakhir. Ketika pulang dari les, seperti biasa aku melewati jalan yang sama waktu berangkat. Di tengah perjalanan sambil aku mengayuh santai sepedaku, aku tanpa sadar melihat ada seseorang berdiri di tepi sungai dengan pakaian kebaya putih. Aku kira itu warga sekitar yang hendak mengambil sesuatu di dekat sungai, namun ada perasaan curiga di masa sekarang sudah jarang sekali orang muda menggunakan kebaya. Kecuali jika ada acara kebudayaan yang mengharuskan menggunakan kebaya. Aku mengayuh lebih cepat sepedaku agar cepat sampai di rumah. Ketika tinggal beberapa meter jaraknya dengan orang yang menggunakan kebaya tadi, orang itu tiba-tiba hilang tanpa jejak dan langsung saja aku mengayuh sepedaku menjadi lebih cepat, mengingat sewaktu aku melewati disana terdengar suara adzan maghrib dari masjid terdekat. Suasan menjadi mencekam dan bulu kuduku berdiri. Aku mengayuh sangat cepat hingga tak sadar jika aku sudah dekat dengan rumahku. Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami sore ini pada mama ketika aku sudah berada di rumah. Mama hanya menenangkanku dan mengajakku berdoa agar imanku lebih kuat dari sebelumnya dan mendapat perlindungan dari Tuhan karena kemampuan istimewa yang saat ini aku miliki bukanlah kemampuan yang dapat digunakan seperti mainan. Apa yang aku lihat dan aku alami tak dapat semua orang terima, apalagi orang awam yang tak percaya akan dunia lain. Banyak yang tak akan menghiraukan apa yang aku alami oleh sebab itu aku sangat jarang sekali mengungkapkan apa yang telah aku lihat secara langsung dibhadapan banyak orang, meskipun itu teman-temanku atau keluargaku.

Kemampuan yang baru saja aku miliki saat ini seperti terbangun dari tidurnya yang semakin lama semakin terbuka dan banyak hal yang dapat aku rasakan, lihat dan dengar yang orang awam tak dapat merasakannya. Mama selalu berkata bahwa aku harus sangat hati-hati dengan kemampuanku ini. Aku sangat meminimalkan sedikit mungkin untuk tidak melakukan kontak dengan roh-roh yang begentayangan yang meminta bantuan ku unyuk tujuan mereka karena nantinya akan merugikanku. Mama sangat paham sekali akan hal tersebut karena mama ternyata memiliki garis keturunan dengan nenek moyang yang memiliki kemampuan yang disebut sixth senses. Aku mulai penasaran akan hal tersebut hingga belajar tentang kemampuan ini dari berbagai sumber dan buku. Mencoba belajar membuka auraku sendiri agar warna yang aku miliki lebih terang hingga belajar bagaimana membaca pikiran orang serta belajar tentang melepas dan memindahkan raga. Ternyata tak semudah yang aku bayangkan dan sangatlah berbahaya jika kemampuan ini dipelajari secara paksa. Hal tersebut dapat berakibat fatal bagi diri sendiri yaitu kita tak dapat kembali ke tubuh kita sendiri ataupun menjadi daya tarik bagi makhluk halus. Oleh karena itu mama banyak sekali memberi nasehat tentang kemampuan yang aku miliki.

Pernah sekali ketika aku masih belajar tentang melihat aura, tanpa sengaja aku dapat melihat aura seseorang yang lewat dengan samar tapi itu hanya sekali yang dapat aku lihat. Sangat susah menurutku untuk dapat melihat aura seseorang, karena membutuhkan fokus yang cukup tinggi dan konsentrasi yang dalam. Aku baru mengerti bahwa setiap manusia dan makhluk hidup memiliki auranya sendiri-sendiri dan berbeda-beda. Sehingga mempelajari tentang aura merupakan hal yang sangat menarik untukku. Emosi seseorang juga dapat terlihat dari aura yang terpancar, sehingga aku dapat mengetahui bagaimana perasaan seseorang dan bagaimana karakter orang tersebut baik atau buruk. Aku menceritakan semua yang aku alami pada mama dan mama membimbingku hingga aku dapat mengontrol kemampuan baruku ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C3
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous