Télécharger l’application
19.7% The Eyes are Opened / Chapter 40: Malam Pentas Seni

Chapitre 40: Malam Pentas Seni

Hari telah berganti hari dengan sangat cepat, tak terasa malam ini merupakan malam yang di tunggu-tunggu oleh seluruh siswa. Semua anak sangat sibuk menyiapkan beberapa hal untuk menyambut malam ini. Ada yang sedang mempersiapkan makanan ataupun minuman untuk membuka stand bazar, ada yang masih berlatih untuk pertandingan terakhir, dan berlatih untuk tampil di atas panggung pentas seni malam ini. Aku pun berusaha untuk membagi waktuku untuk membantu mendekor panggung dan merapikannya dengan anak-anak OSIS, serta latihan gladi resik untuk tampil nanti malam. Aku tak sabar dan juga merasa gugup untuk malam nanti karena seluruh mata akan memandang ke arah panggung ini. Pertama kalinya aku naik ke atas panggung dan dilihat oleh banyak orang. Aku berharap malma ini berjalan lancar tanpa ada kendala seperti gladi kotor minggu lalu. Semua orang bekerja sangat giat dan suka cita sehingga segala persiapan malam ini berakhir dengan cepat dan mereka dapat pulang dan berisap-siap kembali di sekolah. Aku hari ini nggak di jemput oleh mama, karena aku tahu kalau nantinya akan seharian bekerja di sekolah untuk mempersiapkan banyak hal.

"Dyandraaaa!!! Hey Dyandraaa!!!". Teriak Ruben dari lantai dua tepat di depan kelasku.

"Haa??? Ada apa??"

"Kamu mau ke kantin kan? Aku nitip yaaa..!!"

"Heee??? Nitip? Ya sini laaahh.. ikut aja sekalian kan bisa!"

"Nggak bisaaaa!! Aku masih dekor kelas nihhh!! Nanti Alex cariin aku lagiii!! Yaaa..."

"Oiiii Ndraaa!!!" Teriak Alex yang tiba-tiba berada di sebelah Ruben.

"Apaa lagi!!!" Teriakku dari bawah.

"Belikan kami minuman dingin aja!! Belikan 15 botol lalu roti pisang coklat di toko roti depan 30 bungkus yaaa.." Ucapnya dengan santai.

"WOI LEX!! Mana uangnyaa!!! Kau cuma bilang nggak kasih uang!!!" Teriakku.

"Ow bentar-bentar." Ucapnya lalu lari ke dalam kelas. Tak lama ia pun berlari menuruni anak tangga dan menghampiriku yang masih berada di bawah sambil duduk di selasar depan kelas tiga.

"Ndraaa!! Ini uangnya. Tolong ya belikan dulu." Ucap Alex sembari memberikan uang untuk membelikan titipannya.

"Terus aku sendirian nih yang beli segini banyak? Kamu nggak mau bantuin atau temenin aku belanja?"

"Maaf Ndraaa... aku nggak bisa nemenin kamu beli.. Soalnya dekor kelas desain ulang nih! Gara-gara si inces numpahin cat. Duuuhhh.. udah ya.. aku harus balik dulu. Nggak keburu soalnya. Ow ya, titipannya Ruben juga udah termasuk itu kok. Thank's ya Ndraaa.. Nanti selesai pentas seni gue traktir ayam di depan deh! Byeee!!!" Ucap Alex sembari berlari kembali ke kelas.

"Haaahhh.. gila apa ya anak-anak inii..huuffftt.. sudahlah..belikan aja. Kasihan juga mereka harus bikin ulang. Yuk semangat yuk!" Gumamku sambil berjalan menyusuri lorong kelas menuju ke kantin.

Saat jalan menuju ke kantin aku melihat beberapa kakak OSIS sedang makan siang bersama.

"Eh Ndraa!!." Teriak kak Andrew dari tempat duduknya.

"Oh kak Andrew, hai semuanyaa.." ucapku basa basi.

"Sini Ndraa makan bareng.." ujar kak Tania.

"Oh makasi kak.. Aku sudah makan kok tadi, ini mau beli minum aja buat anak-anak di kelas."

"Waahhh kamu bendahara kelas ya? Sampe urusin kebutuhan anak-anak kelasmu?" Kata kak Tania.

"Hahahahaha.. nggak kok kak.. kebetulan aja aku yang lagi senggang, kasihan mereka sibuk dari tadi pagi. Hehehehe.. Aku duluan ya kakk.." Ucapku sambil meninggalkan mereka yang masih menyelesaikan makannya. Aku terus berjalan hingga ke stand minuman di kantin dan memesan dua carton air mineral sesuai dengan pesanan anak-anak di kelas. Aku tahu bahwa aku tak mampu membawa dua carton itu bersamaan sekaligus, oleh karena itu aku memnita tolong kepada petugas kantin untuk membawakannya ke ruang kelasku.

"Tante, bisa nggak saya di bantu untuk bawa air mineralnya?" Tanyaku pada penjaga kantin.

"Waduh non.. maaf lho yaa.. ini tante jaga sendirian, pegawaiku yang biasanya nggak masuk soalnya kan tante pikir hari ini hari terakhir aktivitas belajar mengajar. Maaf ya non.." Ucapnya. Mendengar hal tersebut seketika saja aku merasakan kecewa, aku merasa seperti di permainkan oleh teman-temanku yang tak mau membantuku. Aku melirik ke kanan dan ke kiri dan sempat terbesit di pikiranku untuk meminta tolong pada kakak-kakak OSIS, namun aku malu untuk mengatakannya. Aku terdiam dan berpikir kembali hingga akhirnya aku memutuskan untuk membawa satu persatu dus air mineral tersebut ke kelas.

Saat aku hendak membawa dus air mineral itu ke kelas, kakak OSIS yang masih berada di kantin melihatku dan mereka semua dengan sigap membantu membawakan dus itu untukku.

"Eh Ndra! Sini aku bantuin bawa!" Teriak kak Bayu sambil berlarian hendak membantu membawakan dus air mineralku.

"O-oh ng-nggak usah kak. Aku bisa kok bawa sendiri. Nanti malah ngerepotin."

"Halaahhh... bisa bawa sendiri apa'an sih. Tadi aja kelihatan kamu nggak bisa lihat jalan di depanmu gitu kok pake bilang bisa lakukan sendiri, pake acara ngerepotin segala." Ucap kak Andrew yang tiba-tiba ikut membantuku sembari mengomel panjang kepadaku.

"Iya Ndra. Kalau ada apa-apa bilang aja nggak usah malu apalagi sampe mikir kamu ngerepotin. Kita yang ngerepotin kamu karena udah minta tolong kamu untuk bantuin dekor panggung buat nanti malam." Ucap kak Bayu.

"Ehem!! Kalau niat bantuin ya bantuin aja dong! Nggak usah pake basa basi dan tebar pesona gitu!" Timpal kak Tania yang kelihatan kesal melihat dua sahabatnya yang mendekatiku dan langsung ia beranjak dari kantin meninggalkan kami.

"Kenapa tuh Tania?" Tanya Andrew pada Bayu yang hanya mengangkat pundaknya menjawab pertanyaan Andrew.

"Udah ah,biarin aja. Yuk angkat kardus ini ke kelasnya Dyandra." Ucap Bayu dengan santai.

Mendengar hal tersebut dari mulut Bayu, Andrew dapat menebak apa yang terjadi dengan Bayu dengan Tania. Ia berfirasat jika Tania menyukai Bayu namun Bayu tidak peka terhadap perasaan Tania. Kami bertiga berjalan bersama dengan membawa beberapa barang belanjaan yang tadi aku beli tanpa berbicara satu sama lain. Suasana saat itu sangat canggung buatku yang di bantu dengan kedua laki-laki apalagi aku baru mengenalnya beberapa minggu. Kami terus berjalan menyusuri lorong kelas tanpa menghiraukan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar kami hingga akhirnya kami tiba di depan kelasku.

"Uhm... kak makasi banyak ya sudah bantuin bawa kardus-kardus air mineral ini sampai di kelas." Ucapku.

"Yo'i sama-sama Ndra. Nggak usah sungkan-sungkan sama kita. Ya biginlah kalau kamu masuk organisasi OSIS pasti bisa deket banget satu sama lain." Kata Bayu sambil menurunkan kardus air mineral yang ia bawa.

"Iya. Kalau butuh bantuan apapun cari kita aja di ruang OSIS pasti ada di sana. Kamu juga gak usah malu-malu buat nimbrung di ruang OSIS kalau jam istirahat. Makan siang atau kerjain tugas di sana juga boleh kok. Kalau ada pelajaran yang nggak bisa, bisa tanya sama akuu.. Hehehehe.." Tukas Andrew sambil tersenyum malu padaku.

"Hei! Sadar diri! Ujian Biologi mu remidi lho kemarin!"

"Ihhh apa'an sih lu Yu! Kan remidi juga gara-gara gue salah isi jawaban danitu juga nilainya selisih satu dari SKM* tahu! Grrr!!"

"Hahahahaha... Seriusan kak! Remidi bio gara-gara salah jawab dan itu nilainya selisih satu dari SKM? Wih berarti kalau jawabannya benar, pasti nilai kak Andrew bagus, dan nilai mapel lainnya juga bagus-bagus ya kak?"

"Ohhh.. ya jelas dong! Hahahaha.. Aku ini termasuk anak paling cerdas di kelas dan masuk pe-eehhmm-ehhmm-eeehhmmm..." Tiba-tiba kak Bayu membungkam mulut kak Andrew yang sedang berbicara sehingga apa yang di ucapkannya terputus.

"Udah ya Ndraa.. kita balik dulu. Nih anak kalau di ajak bicara soal nilai dikit aja nggak bisa nggak songong. Hehehehe.. Bye Ndraaa.. see you di ruang OSIS yaaa.."

"EHHHHMMM-EEHHHMMMM!!!!"

"Hahahahaha... Ada-ada aja sih mereka berdua. Padahal waktu pertama kenal mereka itu tipe-tipe anak yang agak sombong dan susah bergaul dengan orang baru. Ternayat nggak juga, asik dan rame juga. Daannn kelihatannya kak Bayu sama kak Andrew juga akrab banget." Gumamku sendiri sambil hendak mengangkat kardus air yang barusan aku beli.

"Ohhh...cakep ya kakaknya.. Baik banget sampai mau bantuin angkat kardus air ke kelas." Celetuk Claudi yang tiba-tiba berada di belakangku.

"Iya baik banget dan lucu tahu nggak sih.. Eh!" Ujarku yang masih ngelamun tentang kak Bayu dan kak Andrew tiba-tiba terkejut dengan kehadiran Claudi yang berada di belakangku.

"Enak yaaa di bantuin kakak-kakak cakeeppp?? Heeehhh???"

"Ah-nggak kok. Apa'an sih Di. Cuman seneng aja ada yangbantuin kalo nggak ya bisa tewas lah aku angkat kardus ini sendirian."

"Sapa yang suruh kau beli air ini?"

"Tuh, Alex." Jawabku sambil menunjuk ke arah Alex yang sedang mengukir gabus di ujung kelas.

Dengan langkah gontai Claudi yang tiba-tiba emosi mendengar siapa yang menyuruhku membeli air, ia langsung menghampiri Alex dan memarahi Alex apa yang telah ia lakukan kepadaku. Aku melihat dari kejauhan Claudi yang benar-benar marah karena tak menyukai sikap Alex yang suka melepar tanggung jawabnya kepada orang lain. Kemarahan Claudi membuat perhatian seluruh anak di kelas hingga anak-anak menghentikan kegiatannya semua. Aku menghampiri Claudi yang masih emosi terhadap Alex hingga wajahnya yang berubah menjadi sangat merah. Aku bersama dengan beberapa anak mencoba melerai Claudi yang terus menerus mencerca Alex dan mencoba utuk menenangkannya. Kelas sangat ricuh dan ramai saat itu hingga beberapa anak yang lainnya memanggilkan wali kelas untuk menyelesaikan masalah kami. Tak membutuhkan waktu yang cukup lama pak Doni untuk melerai Claudi dengan Alex dan akhirnya kami dapat melanjutkan menghias kelas kembali, yahhh... meskipun Claudi dan Alex emndapat hukuman dari pak Doni membersihkan halaman sekolah sepulang sekolah nanti.

Waktu terus berjalan dengan cepat hingga akhirnya teman-temanku dapat menyelesaikan menghias kelas dengan tepat waktu sebelum penjurian di saat malam pentas seni petang nanti.. Beberapa anak juga sudah menyelesaikan persiapan untuk membuka bazar di parkiran sepeda dengan berbagai macam makanan ringan dan minuman soda yang menyegarkan. Kami sangat bersemangat dan tak sabar untuk mengikuti acara malam pentas seni nanti. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB masih terdapat sisa waktu dua jam lagi sebelum acara pentas seni di mulai. Aku segera berlari menuruni anak tangga dan menghampiri ruang OSIS untuk menanyakan hal apa yang perlu aku bantu untuk panggung nanti, setelah mendapat info jika tidak ada yang diperlukan lagi, aku berlari menuju ruang bascamp untuk mengambil atribut dan kostum yang akan aku gunakan untuk pementasan drama. Jantungku terus berdegup kencang hingga aku tak dapat mengontrolnya. Rasa bahagia dan tak sabar untuk acara nanti sore seakan ingin meluap dari jantungku. Aku berhenti sejenak di lorong lantai dua tepat di depan kelasku sambil memandang awan yang terus bergerak dan sinar matahari yang semakin lama berwana kuning keemasan menyinari sebagian gedung sekolahku. Aku berdiri terdiam memandang langit sambil mengatur kembali nafas dan alur jantungku, hingga tak menyadari jika Karin telah berdiri di sampingku selama 5 menit tanpa bersuara sedikitpun.

"Eh, sejak kapan kamu ada di sini?" Tanyaku pada Karin yang ikut memandangi langit.

"Uhmmm... Sudah 5 menit yang lalu mungkin." Jawabnya dengan santai.

"Terus?? Mau ngapain?" Tanyaku kembali.

"Mau ajak kamu pulang ke rumahku dulu buat mandi sore, terus balik ke sekolah. Hehehe.." Jawabnya sembari memberikan senyum polosnya dan sikap manjanya seperti biasanya.

"Uhmm.. Ajakan yang menarik tuh. Apalagi badanku lengket kena keringat dan juga nanti aku harus tampil di drama. Nggak mungkin kaannn yang lain pada cantik-cantik, harum, bersih, sedangkan aku kumel, bau, dan jelek sendiri. Hehehehe.."

"Ya udah yuk ikut pulang. Naik sepedamu ya Ndra. Malas kalau jalan kaki. Hehehe.."

"Ayo berangkatt!! Eh, tapi aku ambil tas ku dulu di kelas. Tunggu sebentar ya!." Ucapku sambil berlari masuk ke kelas dan mengambil barang-barangku.

"Ndraaa mau kemana??" Tanya Claudi yang tiba-tiba memanggilku sambil mengikat rambutnya.

"Mau ke rumahnya Karin buat mandi sore, terus nanti balik ke sekolah."

"Ehhh.. ikuttt.. malas aku harus pulang ke rumah. Di rumahku sekarang sering kedatangan teman-teman kakaku. Berisik dan nggak nyaman jadinya."

"Ya udah yuk. Bilang ke Karin dulu tapiii.."

"Okeee. Makasi yaa sebelumnya.. Hehehe..." Ujar Claudi yang langsung berlari menemui Karin yang sudah menunggu di depan kelas.

Akhirnya kami bertiga berjalan menyusuri lorong kelas, menuruni anak tangga, dan berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang ke rumah Karin. Karena kami bertiga dan nggak memungkinkan untuk aku bonceng semua menggunakan sepedaku, akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki bersama, yah meskipun jarak yang di tempuh 500 meter jauhnya, tapi jarak itu tak terasa jauh karena sepanjang perjalanan kami membicarakan banyak hal dan bercanda bersama.

15 menit kemudian kami sudah tiba di rumah Karin dan cepat-cepat kami masuk ke dalam rumah dan mempersiapkan untuk mandi.

"Eh, aku nanti harus balik ke sekolah jam setengah enam lho! Soalnya nanti ada briefing sama anak OSIS dan tim drama." Ucapku.

"Ya udah kamu mandi-mandi dulu aja. Gantian. Aku bisa mandi di kamar mandi belakang kok. Jadi bair cepat selesainya." Ucap Karin sembari membawa handuk dan peralatan mandinya untuk di bawa ke kamar mandi belakang, terdapat di dekat dapur rumahnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk kami dapat selesai mandi bersamaan. Hanya 30 menit kami sudah bersiap-siap di kamarnya Karin dan hendak kembali ke sekolah. Tubuh yang segar dan harus sehabis mandi membuat kami semangat kembali untuk menantikan acara-acara di malam pentas seni. Aku bersama Karin dan Claudi bergegas dengan cepat untuk dapat kembali ke sekolah sebelum aku terlambat briefing.

[TING!]

Terdengar suara pesan singkat dari ponselku berbunyi. Aku segera membuka ponselku dan melihat siapa yang mengirimkan pesan sore itu.

["Dyandra, kamu kok nggak ada di sekolahan? Jangan lupa sebentar lagi briefing lho!"] Tulis pesan singkat itu dari kak Andrew.

"Siapa Ndra?" Tanya Claudi yang sedang berada di sampingku.

"Oh, anak OSIS cuman remainder aja kalau sebentar lagi ada briefing."

"Ohhh.. kirain anak-anak kelas. Riiinnn!! Lu sudah siap?"

"Iya Di! Ini aku keluar. Maaa.. Kami berangkat ke sekolah yaaa.." Teriak Karin ke mamanya sembari meninggalkan rumah.

["Iya kak, ini aku OTW balik ke sekolah kok."] Jawabku singkat pada kak Andrew.

["Oke. Ditunggu yaa.. ^^"] Balasnya singkat meninggalkan emoticon senyum padaku.

"Aneh tumben banget kak Andrew kirim pesan? Hmmm.. ada apa ya?Hmmm Udah lah nggak usah pikir macam-macam." Gumamku dalam hati.

Hingga akhirnya aku bersama yang lain tiba di sekolah dengan tepat waktu.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Rachel_Oktafiani Rachel_Oktafiani

~*SKM : Standart Ketuntasan Minimal~

Creation is hard, cheer me up!

next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C40
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous