Memulai hari dengan secangkir coklat hangat. Membuat Ayyara merasa tenang sembari mengerjakan skripsi nya menuju ke bab dua. Yang didampingi oleh Givano.
"Sore nanti lo ke rumah Rafka kan?" tanya Givano sebab kemarin Ayyara tidak jadi kerumah Rafka karena tidak ada yang mengantar nya.
"Iya, dan seperti biasa lo yang antar." jawab Ayyara fokus mengetik kata demi kata di laptopnya.
Mendengar itu, seperti biasanya. Givano pasti hanya membalas dengan berdeham saja. "Hm."
"Oh iya, yang ini uda benar belum?" tanya Ayyara memastikan bahwa skripnya sudah benar atau belum.
"Jarak spasi nya perhatikan lagi yang bagian ini." ujar Givano memberi tahu dimana letak yang perlu diperbaiki.
"Oh yang ini ya?" tanya Ayyara menunjuk kebagian yang diberi tahu oleh Givano.
"Iya." jawab Givano yang dibalas oleh Ayyara hanya dengan anggukan.
Detik demi detik telah berlalu, kini jarum jam sudah menunjukan ke arah pukul 12:46.
Yang artinya menandakan waktu untuk makan siang.
"Gue lapar No." ujar Ayyara membereskan laptopnya dan alat tulisnya.
Givano yang sedari tadi fokus dengan ponselnya, beralih menatap Ayyara yang sudah memasang wajah kelaparan.
"Ya makan lah." jawab Givano singkat dan kembali memfokuskan matanya pada ponselnya.
"Gak ada bahan di kulkas, Mama gue juga gak sempat masak." ujar Ayyara memelas.
"Makan dirumah gue aja." jawab Givano melangkah keluar rumah Ayyara, menuju kerumahnya yang berada di sebelah rumah Ayyara.
"Ok makasih Givano!" seru Ayyara sangat bersemangat menyusul Givano.
*****
Setelah makan siang dirumah Givano.
Ayyara menuju kembali kerumahnya untuk beristirahat sejenak, sebelum kerumah Rafka nanti sore.
Tidur di kasur yang empuk, membuat Ayyara melewatkan waktunya yang seharusnya ke rumah Rafka.
Jarum jam sudah menunjukan angka 17:38. Yang artinya Ibu Ayyara sudah pulang dari rumah sakit, dan sudah waktunya melaksanakan sholat maghrib.
Namun Ayyara masih nyaman dengan kasurnya. Hingga Ibunya yang membangunkan. Barulah ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu yang dilanjutkan mengambil air whudu dan melaksanakan sholat maghrib.
Selesai melaksanakan sholat. Ayyara menepuk dahinya sebab ia lupa untuk menemui Ibunya Rafka.
Setelah merapikan alat sholat nya, ia langsung membuka ponselnya untuk mengirim pesan bahwa tadi ia ketiduran sehingga tidak dapat datang ke rumah Rafka.
To : [Calon mertua]
-Assalamualaikum tante. Ara minta maaf karena nggak datang kerumah tante tadi Soalnya Ara ketiduran tante, Ara minta maaf ya tante.
-Insyaallah, besok Ara dateng, tapi setelah pulang dari kampus ya tante.
-Sekali lagi, Ara minta maaf ya tante.
Setelah mengirimkan pesan tersebut. Ayyara menuju meja belajarnya. Guna menyicil skripsi tiba bab dua agar cepat selesai.
Beberapa menit mengetik di laptop. Ayyara mendengar suara memanggil dari ponsel nya yang ternyata dari Ibunya Rafka. Dan tanpa basa basi Ayyara pun mengangkat nya.
"Halo Assalamualaikum tante." sapa Ayyara terlebih dahulu, tidak lupa dengan mengucap salam.
"Waalaikumsalam Ara." jawab Ibunya Rafka dari seberang telepon.
"Oh iya tante, Ara minta maaf karena gak bisa datang tadi sore." ujar Ayyara meminta maaf karena tidak dapat datang kerumah Ibunya Rafka.
"Iya gak papa Ra, oh iya tante cuma mau bilang. Gimana kalau kita bahasnya di telfon saja terlebih dahulu? Soalnya berapa hari kedepan tante bakalan keluar kota." ujar Ibunya Rafka menjelaskan.
"Eh, yaudah kalau gitu tante, rencananya kira kira Ara harus ngapain tante?"
"Bulan depan, saat satu minggu sebelum mereka melaksanakan pernikahan, kamu cukup bla-bla-bla...." Ibunya Rafka menjelaskan rencana yang akan dilakukan secara rinci, dan di dengar baik baik oleh Ayyara.
"T-tapi tante Ara–" saat Ayya ingin bicara, Ibunya Rafka malah memotong ucapannya. Dalam hati, jujur Ayyara sangat kesal.
"Kamu tenang aja Ara, semua pasti bakalan berjalan dengan lancar." Ibunya Rafka mencoba menenangkan Ayyara dengan lembut.
"Baik tante, A-ara bakalan berusaha bulan depan nanti." ujar Ayyara pasrah.
"Yaudah kalau gitu kamu lanjut istirahat aja ya, gak usah dipikirin dulu yang tadi." ujar Ibunya Rafka sekali lagi menenangkan agar Ayyara tidak khawatir berlebihan.
"Iya tante."
"Tante matiin ya telpon nya, Assalamualaikum." ujar Ibunya Rafka meminta izin untuk mematikan telponnya.
"Wa'alaikumsalam." jawab Ayyara termenung dan langsung meletakkan ponselnya di kasur.
Setelah panggilan dimatikan. Ayyara masih tidak bergeming memikirkan nasibnya nanti setelah rencananya dengan Ibunya Rafka terhadap Tiara.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus tetap menjalankan rencananya? atau memilih mundur? Tapi aku menginginkan Rafka selalu disampingku."
Ayyara bermonolog sambil menatap dirinya didepan cermin dengan mata yang bergelinang dengan air.
"Arghhhh, aku bingung!! Tiara maafkan aku. Maaf, maaf, dan maaf." ujar Ayyara dengan tubuhnya yang sudah menjuntai ke arah lantai sambil mengacak rambutnya.
Benar kata Ibunya Rafka, lebih baik ia tidak memikirkan rencana tersebut terlebih dahulu, ia harus merilekskan pikiran nya dengan beristirahat.
Untuk menjernihkan pikirannya, Ayyara menulis isi hatinya di buku Diary nya seperti biasa. Namun baru beberapa kata yang ia torehkan, ia mendengar suara notif pesan dari ponselnya. Yaitu dari nomor yang tidak dikenal.
Sunggu menyebalkan. Pasalnya, Ayyara sangat malas jika sudah nyaman duduk lalu tiba tiba secara terpaksa harus bangkit dari duduknya.
From : [089840XXXXXX]
-Gue nungguin lo tadi sore, lo ketiduran?
-Woii, balas anjir.
-Ck. ngebo pasti.
Setelah membacanya. Ayyara mengerutkan keningnya, menandakan ia berpikir bahwa pesan ini dari nomor siapa. Beberapa menit berpikir ia dikejutkan dengan suara deringan ponselnya.
Nomor yang tidak dikenal tadi terpampang jelas di layar ponselnya bahwa nomor tersebut yang sedang memanggil.
"Halo, I-ini siapa ya?" tanya Ayyara terbata dan ia sangat takut jika seseorang tersebut adalah seorang mafia yang ingin menculiknya.
Ck. jauh sekali pemikiran nya.
"Givano." jawab seseorang dari seberang sana.
"Hah? Gi-givano?" tanya Ayyara tidak percaya.
"Hm."
"Oh syukurlah. Dapat nomor gue dari mana?" Ujar Ayyara sedikit tenang dan bertanya, sebab ia tidak pernah memberikan nomor ponselnya pada Givano.
"Dari mama lo." jawab Givano dengan santai.
"Oh, ada keperluan apa ya?" tanya Ayyara penasaran.
"Ga ada, selamat malam." ujar Givano dan setelah itu dengan cepat ia mematikan panggilan tersebut.
Tut, tut, tut
"Lah mati?! Aneh emang nih makhluk satu." ujar Ayyara yang kini memilih untuk menjalankan sholat isya terlebih dahulu sebelum melanjutkan tidurnya.
****
Diary Ayyara.
22, Agustus
Memulai rencana? Jujur, aku takut untuk melakukan rencana tersebut. Tapi tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan Rafka.
Dan rencana itu juga didasari oleh Ibunya Rafka sendiri, jadi aku tidak boleh merasa sendirian.
Untuk Tiara sekali lagi aku meminta maaf padamu.