Di atas lentera pagi yang begitu cerah, Lia berjalan dengan riang gembiranya ke sekolah sambil terus mengingat puisi yang kemarin Rizki berikan kepadanya tanpa ia duga sama sekali.
Hari ini dia akan memberikan surat balasan itu kepada Rizki saat pulang sekolah nanti.
Ada sekelumat rasa ingin cepat-cepat menemui dia, namun rasa malunya lebih menutupi diri Lia.
Dia terlalu enggan untuk menghampiri seorang pria seperti Rizki. Apalagi ketika Lia tahu bahwa cintanya sama sama terbalaskan, maka Lia tidak akan tahu bagaimana jadinya nanti kalau dia bisa berpapasan dengan Rizki.
Lia memang mudah menutupi keadaan dan raut yang sedang dirasakan pada orang-orang. Tapi entah kenapa kalau perihal asmara, dia begitu lemah hingga tak bisa menahan rona merah di pipi ketika mengingat namanya.
Kakinya telah membawa Lia di depan kelas. Hatinya berdebar begitu kencang dengan keringat yang membasahi pelipis. Sesaat dia melihat tangannya sendiri yang gemetaran dan dingin sekali.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!