Beberapa hari telah berlalu setelah penangkapan Harry yang sekarang sedang di rawat dan belum bisa di tanyai. Hari ini waktu izin Aileen sudah berakhir. Waktu izin itu tidak ia habiskan untuk istirahat tapi mengurus Riku dan Rei yang sakit dan bekerja. Kalau teman-temannya tahu dia mungkin akan di omeli. Tapi mau bagaimana lagi.
Aileen baru saja selesai memasak dan makan bersama para anggota T.I.M yang lain kecuali Angga yang makanannya di antar oleh robot ke kamarnya karena masih belum bisa berjalan sementara Daniel menjaga Mikha di apartemen barunya. Haruou sudah kembali semalam sambil menggerutu tentang kecerobohan partnernya yang membuatnya berada di situasi yang membuatnya hampir mati dan membuat anggota T.I.M lain yang mendengar gerutunya tertawa.
"Aileen gimana keadaan Lily?"
Tanya Aksa pada Aileen yang sedang makan sambil duduk di antara Rei dan Adnan, Aileen memutuskan untuk merawat Lily sendiri di salah satu ruangan di lantai delapan setelah beberapa hari di rawat di markas utama. Sungguh suatu keajaiban organ yang di pasangkan padanya cocok dengannya padahal sulit untuk mendapatkan donor yang cocok dengan seseorang. Dia benar-benar beruntung tapi Aileen memutuskan untuk mengganti organ yang sudah di ganti dengan organ buatan karena ia yakin Lily tidak akan mau hidup di bayangi oleh kematian orang-orang yang ia bunuh untuk transplantasi organnya. Aileen tahu akan sangat menyakitkan untuk Lily harus menghadapi beberapa kali operasi lagi namun ini untuk yang terbaik agar Lily tidak perlu merasa bersalah kepada kedua korban yang telah meninggal.
"Aku mau mengganti jantungnya minggu depan dengan jantung buatan, organ yang lain bakalan aku ganti dengan jarak tiga bulan setiap oprasi. Aku mau dia pulih dulu sebelum ngelakuin transplantasi lainnya buat mengurangin resiko banyaknya darah yang keluar ketika ngelakuin oprasi tapi ada satu hal yang aku takutkan."
"Apa Aileen?"
"Harry gak membius Lily sesuai prosedur saat membedahnya. Aku takut otak Lily yang udah terlalu banyak menerima begitu banyak rasa sakit di tubuhnya gak bisa menerimanya dan hal itu mungkin bakalan mengganggunya, tapi aku gak tahu apa yang bakalan terjadi sama dia, entah dia bakalan kehilangan memorinya atau bagaimana aku masih belum tahu bagaimana otak dan tubuhnya bakal bereaksi tentang hal ini."
"Apa kamu udah ngasih tahu hal ini ke Angga?"
Aileen menggeleng pelan mendengar pertanyaan Aksa.
"Belum. Aku belum sempat memberitahukannya. Aku yakin dia akan sangat terpukul mendengar hal ini."
"Itu udah pasti, Angga nganggap Lily lebih berharga dari pada nyawanya. Mendingan kamu biarin Lily pulih dulu sebelum ngasih tahu Angga tentang hal ini."
Adnan hanya diam tidak tahu harus berkata apa. Selama ini ia heran dengan alasan Angga yang tidak kunjung menikahi 'bunga' ketika dia tampak sangat menyayanginya. Tapi ternyata hal inilah yang di sembunyikan Angga dari mereka.
Ia mulai bertanya-tanya apakah semua senyuman yang Angga perlihatkan selama ini mungkin palsu. Para perempuan yang selama ini di ajak jalan bersama Angga adalah sekedar pelarian semata untuknya. Di hatinya hanya ada Lily.
Haruou dan Daniel yang mengetahui kabar itu juga terkejut bukan main. Angga yang mereka tahu tukang gonta ganti pasangan ternyata melakukannya bukan untuk kesenangannya sendiri tapi untuk lari dari kenyataan. Sekarang dia sudah tidak bisa lari lagi.
Mereka memang ingin bertemu dengan 'Bunga' yang selalu Angga sebut-sebut di tengah-tengah kegiatannya tapi mereka sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan bertemu dengan Lily dengan cara seperti ini.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama Lily sampai dia jadi koma begitu?"
"Aku udah pernah bilang kalau Lily pernah ngelindungin Angga kan? Di saat yang sama dia jatuh dari lantai tiga dan Angga gak bisa nyelametin dia tepat waktu. Dokter udah berusaha sebisa mungkin buat nyelametin nyawanya dan dia berakhir seperti sekarang. Dokter udah menyerah tapi Angga gak, dia masih nunggu sampai sekarang."
Mendengar cerita itu meja makan kembali hening. Angga tidak menyerah dan itu bagus. Tapi bukan hanya Angga yang tidak menyerah, Lily juga belum menyerah.
"Jadi begitu? Angga hebat berarti"
"Hah Aileen apa maksud kamu?"
"Lily juga belum nyerah, dia masih pingin hidup karena itu aku bakal bantu dia. Aku gak tau apakah setelah aku mengganti semua organnya yang gak berfungsi dengan baik dan yang di ganti dengan organ korban itu dia bakalan bangun tapi aku bakal bantu dia sebisaku."
Aksa tersenyum mendengar perkataan dan wajah Aileen yang tampak sangat serius.
"Yaudah aku percayain dia sama kamu Aileen."
"Wah kak Aileen keren!!"
Mendengar suara Adnan Aileen tampak teringat sesuatu dan beralih menatap jam tangannya sebelum kemudian berkata.
"Adnan bukannya kamu harus ke sekolah?"
"Oh iya gawat aku telat!!!"
Adnan cepat cepat menghabiskan makanannya mengambil tasnya dan memasukkan bekal buatan Aileen kedalam tasnya sebelum kemudian pergi ke luar.
"Aku pergi!!"
Ujarnya sambil berteriak yang membuat Aileen geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. Kinan bahkan lebih disiplin dari pada Adnan, ia mulai merasa khawatir. Tiba-tiba Aileen kembali mengingat sesuatu dan beralih menatap Rei.
"Rei, bisa anter aku ke suatu tempat sekarang?"
Rei hanya mengangguk mengingat pekerjaannya memang sudah selesai sebagian hari ini sementara Aksa yang tahu Aileen jarang mau keluar gedung apartemen heran.
"Tumben, mau kemana?"
"Pertemuan orang tua murid. Aku harus ke sekolah Melody sama Melisa hari ini."
"Sebentar kamu punya berapa banyak anak angkat Aileen?"
Rei melihat Aileen untuk sesaat tampak berfikir dan kemudian menjawab pertanyaannya.
"Empat, kalau sesuatu terjadi mungkin akan bertambah memang kenapa?"
Tanyanya dengan wajah biasa saja membuat Rei dan Haruou terkejut.
"Irmã emang gak kesulitan ngurus anak sebanyak itu?"
"Gak, mereka semua anak yang manis kok."
"Iya mereka anak-anak yang baik. Aileen mendidik mereka semua dengan baik. Kinan yang paling tua sosok kakak yang penyayang, begitu juga dengan Aleena yang lebih muda dua tahun darinya kemudian ada si kembar Melody dan Melisa. Mereka dua anak manis yang sangat sayang pada Aileen. Aku masih inget dua tahun lalu saat mereka baru datang mereka gak mau jauh-jauh dari Aileen dan ngikutin dia kemana-mana kayak anak ayam"
Bayangan Aileen yang di ikuti oleh dua anak perempuan kemana-mana membuat Haruou dan Rei tertawa kecil. Haruou sama sekali tidak menyangka kalau Aileen memiliki sisi keibuan seperti itu. Sementara Rei yang tahu Aileen suka anak kecil dari dulu dia merasa tidak aneh tapi kenapa Aksa tidak menyebutkan nama Riku? Bukankah anak Aileen ada lima? Aileen juga menyebut empat anak angkat bukan lima. Kalau begitu status Riku bagaimana? Apa mungkin Riku benar anak kandung Aileen?!! Menyadari hal itu dia melirik Aksa yang tampak menikmati kopinya dengan tenang tidak memperdulikan tatapan penasaran darinya iapun beralih menatap Aileen yang tampak kembali memakan makanannya dengan tenang. Ia memutuskan untuk menyimpan rasa penasarannya dan akan bertanya kepada Aileen nanti.
"Jadi kamu mau gak?"
Tanya Aileen yang tampak sudah selesai makan dan melepas ikat rambut yang dia pakai untuk mengikat satu rambut panjangnya agar tidak mengganggunya saat makan dan merapikannya.
"Aku gak keberatan, jam berapa mulainya?"
"Pertemuannya di mulai jam delapan jadi kita harus pergi sekarang"
"Oh oke"
Ujarnya sambil mengambil jaketnya yang tadi ia gantung di gantungan pakaian yang terpasang di sebelah pintu dan memakai kaca matanya yang tadi ia simpan di dalam sakunya.
"Kamu gak pake kontak lens?"
"Kontak lens aku ilang, aku simpen di meja tapi waktu aku cari gak ada."
"Bagus jangan beli lagi."
Ujar Aileen dengan nada datar, entah mengapa Rei curiga kalau Aileen yang menyembunyikan kontaklensnya tapi karena tidak ada bukti dia tidak bisa menuduh sembarangan. Keduanya masuk kedalam mobil dan Rei menjalankan mobilnya sesuai dengan arahan Aileen. Sesampainya di tempat tujuan Aileen tiba-tiba mengingat sesuatu ia mengeluarkan sebuah kantong kain dari dalam tasnya dan memberikannya pada Rei.
"Bisa antarin ini ke tempat penitipan anak di mana Riku berada? Ini pakaian gantinya."
"Oh tulis saja alamatnya aku bakalan kesana sekalian sekarang."
Aileen mengetik alamat tempat penitipan anak dimana Riku berada dan pergi masuk kedalam gedung sekolah. Rei kembali menjalankan mobilnya dan pergi menuju tempat penitipan anak di mana Riku berada.
***
Satu jam kemudian Rei sampai dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Iapun mengambil kantung kain yang Aileen berikan padanya tadi dan masuk ke dalam tempat penitipan anak. Seorang wanita muda menghampirinya dan tersenyum padanya dengan ramah.
"Apa anda mencari Riku?"
"Iya, darimana anda tahu?"
Wanita itu tertawa kecil mendengar pertanyaannya dan menjawab.
"Tentu tahu, wajah dan mata anda sangat mirip dengannya. Anda pasti ayahnya kan?"
Rei hanya mengangguk sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. Apa mereka semirip itu? Ia juga heran kenapa mereka bisa sangat mirip satu sama lain.
"Ya... bisa di bilang begitu."
Tiba-tiba wanita itu tampak agak murung dan menatap ke arah jendela di mana Riku tampak sedang membaca buku sendirian di halaman.
"Dia ada di halaman. Anak-anak lain gak mau main dengannya. Sepertinya orang tua mereka memberi tahu mereka hal yang aneh-aneh."
Perkataan wanita itu membuat Rei merasa agak sedih. Riku tidak salah apa-apa dan hanya karena kedua matanya yang berwarna merah dia di perlakukan berbeda dengan anak-anak lainnya seakan dia bukan manusia. Saat ia masih kecil ia juga di perlakukan sama seperti itu dan diskriminasi seperti ini masih sering terjadi bagi orang-orang yang memiliki warna mata unik seperti ia dan Riku. Ibunya sendiri bahkan bunuh diri hanya karena melihat matanya yang berwarna merah. Orang orang yang memiliki mata berwarna merah di percaya sebagai jelmaan dari iblis dan karena itu orang dengan mata berwarna merah kebanyakan menyembunyikan warna mata aslinya dengan kontaklens. Tapi meski begitu Aileen menerimanya dengan tangan terbuka dan dia juga yakin Aileen sangat menyayangi Riku. Mendengar anak itu di perlakukan seperti ini membuatnya kembali teringat dengan masa kecilnya.
"Boleh saya menemui dia?"
"Oh iya silahkan. Dia ada di halaman belakang"
Rei pun mengambil jalan memutar dan berniat menghampiri Riku yang sedang membaca buku sendirian di halaman tempat penitipan anak. Namun tiba-tiba empat orang anak menghampiri Riku.
"Hei monster, kenapa duduk sendirian di sini?"