Télécharger l’application
25.7% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 55: Chapter 54; Case 2: Perdagangan organ bagian 42

Chapitre 55: Chapter 54; Case 2: Perdagangan organ bagian 42

Mahesa memarkirkan mobilnya di pinggir rumah dan memencet bel pintu. Pintu itu tiba-tiba terbuka secara otomatis dan iapun masuk kedalam rumah itu. Ketika ia masuk kedalam ia langsung melihat ruang tamu namun ia tidak duduk di sana dan terus berjalan ke arah ruangan paling belakang. Ia masuk kedalam ruangan yang terlihat seperti gudang kecil biasa yang berisi alat-alat kebersihan untuk membersihkan rumah namun saat ia menyentuh temboknya tembok itu bergeser ke samping dan iapun masuk kedalam.

"Bener-bener ngerepotin pintu masuk buat masuk kedalem sini."

"Itu berarti aku berhasil, aku emang gak mau di temuin. Ada apa kamu datang kesini?"

Tanyanya sambil membersihkan peralatan bedahnya dengan cairan desinfektan.

"Perempuan yang kamu mau itu gak bisa kutemuin."

Orang itu berhenti membersihkan peralatannya dan melirik ke arah Mahesa yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

"Apa maksudmu?"

"Dia target yang sulit. Jadi aku gak bisa membunuhnya di dalam waktu dekat"

Mendengar hal itu pria di hadapannya hanya tersenyum sinis dan kembali melakukan kegiatannya tadi.

"Aku kasih kamu waktu dua minggu lagi."

Mahesa pergi keluar dari ruangan itu dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

'Aku gak bisa mengatakan kalau Mikha mencurigaiku. Lagian itu masih belum pasti.'

Pikirnya sambil masuk kembali ke dalam mobil dan menyalakan kembali mobilnya menuju rumahnya. Dia sama sekali tidak tahu kalau ada mobil lain yang parkir tidak jauh dari halaman rumah tersebut dan dua orang yang ada di dalamnya sebenarnya memperhatikannya dari tadi.

"Apa mungkin Lily ada di sana?"

Aksa yang berada di sebelahnya menggeleng.

"Mungkin Angga tapi kita gak tahu apa dia bener-bener ada di dalem atau gak, kita bisa menyusup ke dalem malam ini."

Angga menggertakkan giginya dan mengepalkan kedua tangannya dan menatap rumah besar yang ada di hadapan mereka.

'Seandainya Lily bener ada di dalem bakal aku bakar tempat ini bersama dengan pemiliknya hingga kembali rata dengan tanah.'

"Ayo kita kembali."

Tanpa menjawab Angga hanya mengangguk dan Aksa menjalankan kembali mobilnya kembali ke apartemen.

***

Sementara itu, Minggu siang tepat pada pukul 12 Rei sedang tiduran di atas sofa sambil mengerjakan pekerjaannya sementara Aileen sedang berada di dapur untuk memasak makan siang. Luna tertidur pulas di atas karpet tepat di sebelah sofa yang sedang Rei gunakan untuk tiduran di ruang makan.

"Luna."

Mendengar suara Aileen harimau kecil itu terbangun dan menggerakkan kepalanya seakan berusaha mencari keberadaan Aileen.

"Luna sini waktunya minum susu."

Melihat Aileen yang tampak membawa botol susu di tangannya harimau itu langsung menghampirinya dan melompat kedalam pelukan Aileen seperti anak kecil. Rei hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Luna.

"Luna lain kali jangan melompat begitu nanti aku bisa jatuh."

Harimau kecil itu sepertinya tidak mendengarkan Aileen dan malah asyik meminum susu dari botol bayinya.

"Bukannya kamu lagi masak tadi?"

Tanyanya Rei dengan heran karena terakhir kali ia lihat Aileen sedang memasak.

"Udah selesai dong, kamu makan dulu sana."

"Ntar dulu, aku lagi nyari denah rumah yang di minta Aksa."

Aileen tentu merasa heran. Kalau Aksa sudah pulang dia tidak mungkin tidak menyadarinya karena yang pertama kali Aksa cari saat pulang adalah dia untuk memastikan kalau ia ada di rumah dan tidak kemana-mana mengingat ia juga minta izin ke kampus untuk istirahat di rumah.

"Eh? Emang mas Aksa udah pulang?"

"Belum tapi tadi dia nelpon. Dia yang nelpon karena Angga kayaknya masih kesel."

Tidak aneh Angga masih kesal. Bagaimana tidak kesal kalau orang yang di sayangi yang jelas masih koma di jual kepada orang tak di kenal. Apalagi Anggalah yang membayar semua biaya rumah sakitnya. Bagaimana bisa Angga tidak kesal?

"Apa mungkin Lily ada di sana?"

Tanyanya sambil duduk di sofa juga karena merasa pegal terus berdiri menggendong Luna yang bobotnya lumayan berat.

"Kemungkinannya gak kecil karena itu kita harus mastiin hal ini nanti."

"Apa Angga dan mas Aksa yang bakalan menyusup ke sana malam ini?"

"Iya, kamu tahu alasannya jadi aku gak perlu ngejelasin hal ini lagi."

Aileen hanya mengangguk. Dia memang tahu alasannya. Tidak aneh kalau Aksa dan Angga yang pergi karena hanya mereka yang tahu wajah Lily selain kakaknya Adara dan Rei yang sekarang masih belum terlalu sehat. Lagipula Rei bekerja di belakang layar dan tidak turun kelapangan jadi tidak mungkin dia pergi tapi ia yakin Rei bisa menggunakan pistol dengan lancar karena Rei punya kebiasaan membawa-bawa pistol di balik jaketnya. Tentang kemampuan Rei selain sebagai hacker ia juga sama sekali tidak tahu. Ia melihat wajah Rei tampak sangat serius memperhatikan layar laptopnya.

"Denah ini bener-bener mencurigakan"

"Apa maksud kamu?"

"Liat bagian ini."

Ujarnya sambil menunjuk layar laptopnya. Terlihat tampak luar samping dan belakang rumah itu begitu juga denah bagian dalamnya.

"Bagian yang mencurigakan itu bagian gudangnya. Bukankah ukuran ruangannya gak wajar?"

"Bener, emang cukup luas buat gudang tapi mengingat rumah itu berbentuk persegi panjang sempurna dari luar kenapa bagian dalamnya seperti itu? Harusnya masih ada tempat yang cukup besar di bagian belakangnya."

"Iyakan? Yang lebih mencurigakan lagi tempat itu bisa di bilang luas ukurannya tujuh kali empat belas meter. Mungkin di sini dia nyembunyiin Lily."

Rei melihat Aileen tampak mengangguk sebelum kemudian ia melihat Aileen tiba-tiba mengambil handphonenya dan tampak menjawab panggilan yang masuk kedalam handphonenya.

"Halo?"

Entah siapa dan apa yang di katakan seseorang yang menelpon Aileen orang itu tampak membuat Aileen sangat terkejut dan tampak agak panik. Rei belum pernah melihat Aileen sepanik itu sebelumnya semenjak ia pertama kali bertemu dengannya lagi beberapa waktu lalu. Apa yang sudah membuatnya sepanik itu?

"Iya-iya ibu segera kesana, jangan panik dan jaga dia sampai ibu datang ke sana ngerti?"

Aileen mematikan telponnya dan membaringkan Luna ke atas sofa. Iapun mengambil tasnya yang tergantung di gantungan dekat pintu. Melihat Aileen yang buru-buru Rei menatap Aileen yang tampak sibuk berlari kesana kemari memperhatikan apa yang sedang dia lakukan.

'Yang panik itu kamu Aileen, tapi dia mau kemana?'

Pikirnya sambil menatap Aileen yang tampak memasukkan beberapa barang kedalam tasnya.

"Mau kemana?"

"Aku ada urusan, kalau mas Aksa butuh aku suruh dia telpon aku nanti."

Jelasnya sambil mengangkat tasnya setelah mengecek semua isinya tiga kali. Kalau di perhatikan dia tadi memasukkan obat-obatan ke dalam tasnya yang anehnya untuk anak kecil. Rei menyadari hal itu dan karena itu dia makin penasaran.

'Apa salah satu anak angkat Aileen sakit?'

Tiba-tiba entah kenapa ia ikut merasa panik juga. Apa mungkin yang sakit itu Riku? Anak itu mungkin bukan anak kandungnya dan Aileen tapi karena mereka punya kondisi yang sama ia merasa terikat dengan anak itu. Karena mereka mirip ia merasa kalau Riku sudah seperti anaknya juga.

"Aileen kamu bisa pake motor kan?"

Pertanyaan Rei membuat Aileen yang tadi sibuk sendiri berhenti dan bertanya.

"Iya aku bisa, kenapa?"

Rei pun berdiri dari posisinya dan memberikan sebuah kunci motor kepada Aileen.

"Itu motorku, kamu pake aja. Anak kamu lagi sakit kan? Jalanan lagi macet sekarang kalau kamu pake angkutan umum yang ada nanti sampainya bisa-bisa lama."

Mendengar perkataan Rei Aileen tampak tersenyum dan mencium pipi Rei. Rei membatu di tempat saat Aileen tiba-tiba mencium pipinya.

"Makasih Rei"

Rei hanya diam sambil menatap Aileen yang tampak berjalan dengan cepat keluar dan menghilang di balik pintu. Sebenarnya ia penasaran dengan anak-anak angkat Aileen, kalau dia tidak sedang sakit sekarang ia mungkin akan mengantar Aileen ke rumah di mana semua anak-anaknya tinggal, iapun beralih menatap Luna yang tampak sedang tidur.

"Padahal aku mau makan bersamanya, tapi dia malah pergi."

Luna yang seakan mengerti perkataan Rei tampak menatapnya dengan tatapan bingung, mungkin harimau itu aneh sendiri melihat kelakuan Rei yang tidak jelas di hadapan majikannya padahal dia sepertinya menyukai majikannya.Tatapannya seakan berkata 'Hei aku tahu tuanku cantik sekarang kau menyesal karena sudah mengasarinya kan? Dasar bodoh' harimau itu melompat dari atas sofa membiarkan botol susunya yang sudah kosong di atas sofa dan mulai menjilati bulunya di atas karpet.

'Kenapa aku ngerasa harimau itu lagi ngeledek aku ya?...'

Pikirnya sambil menatap Luna yang masih sibuk sendiri menjilati bulunya sebelum kemudian pergi ke ruang makan Aksa dan Angga yang baru kembali tidak lama kemudian masuk kedalam ruangan juga.

"Lho Rei dimana Aileen?"

"Dia ada urusan mendadak. Dia bilang kalau kamu butuh dia telpon aja."

Jelasnya sambil memasukkan bubur yang Aileen buatkan khusus untuknya kedalam mangkuk dan duduk di kursinya seperti biasa.

"Dia ada urusan apa?"

Tanyanya sambil menatap laki-laki yang tampak dengan tenang memakan bubur di mangkuknya. Rei memutuskan untuk pura-pura tidak tahu dan berkata.

"Gak tahu, dia tiba-tiba pergi sambil bawa obat buat anak kecil. Sejenis obat penurun panas kayaknya."

Saat Rei mengatakan hal itu tiba-tiba wajah Aksa tampak sedikit khawatir. Angga yang melihat raut wajah Aksa yang tiba-tiba menjadi seperti itu tahu jika Aksa sepertinya tahu kenapa Aileen pergi dan siapa anak yang sedang sakit itu.

"Aksa kamu tahu sesuatu kan?"

Pertanyaan Rei membuat Aksa tersadar dari lamunannya dan mengambil nasi juga berbagai macam lauk pauk di atas meja makan.

"Itu privasi Aileen, kalau kamu mau tahu tanya sama orangnya langsung."

Rei tidak bisa mengatakan apa-apa meskipun dia penasaran karena ada Angga saat ini. Ia akan menanyakannya lagi pada Aksa saat mereka hanya berdua nanti. Lebih baik ia mencaritahunya sendiri setelah kasus ini selesai.

"Lupain, aku bakal kirimin denah rumah yang kalian minta setelah ini"

Ujarnya sambil kembali memakan buburnya.

"Jadi bener ada yang aneh ya?"

Pertanyaan Angga di balas anggukan singkat oleh Rei.

"Emang, CCTV di rumah itu cuma kepasang di sekitar rumah saja tapi jumlahnya cukup banyak. Anehnya bagian dalamnya gak di pasangi sama sekali."

"Kalau gitu setelah berhasil masuk kita bisa di bilang aman? Bukannya rasanya terlalu gampang?"

Tanya Angga yang di balas gelengan oleh Rei.

"Gak semudah itu, ada banyak jebakan di dalam sana."


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C55
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous