Télécharger l’application
89.89% Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 89: Bab 89, Usaha Pembunuhan Yang Gagal

Chapitre 89: Bab 89, Usaha Pembunuhan Yang Gagal

Tank-tank tipe T-72 tengah mengadakan latihan tempur di dekat perbatasan Prussia dengan Polandia dan Ukraina. Prussia sedang menujukkan kekuatannya di hadapan Polandia dan Ukraina yang merupakan anggota NAA.

Kedua Brigadir Jenderal itu tengah berdiri mengamati latihan dari kedua brigade lapis baja yang mereka pimpin. Mereka adalah Brigadir Jenderal Frederick Philipp Edward Wilhelm Louis Leopold von Oranien-Nassau dan Brigadir Jenderal Vladimir Frederick Albert Ludwig Romanovich von Hohenzollern.

"Meskipun kau tidak bisa menjadi Stadtholder. Akan tetapi ambisimu untuk menjadi seorang Raja Muda akan segera terwujud. Apalagi setelah Ukraina resmi bergabung dengan NAA," ujar Brigadir Jenderal Frederick Edward, Pemimpin dari Brigade Warsaw III.

"Kakakku telah mengadakan perjanjian resmi dan rahasia dengan Adelheid. Sehingga mustahil bagiku. Setidaknya, dengan menjadi Raja Muda di Donbass. Itu sudah cukup bagiku untuk mengembalikan kembali kejayaan Klan Hohenzollern sekaligus Holstein-Gottorp-Romanov."

"Kau memang selalu ambisius seprerti biasanya, Ludwig."

"Aku hanya ingin menunjukkan kepada Klan Nassau. Bahwa kami akan segera bangkit."

"Kesalahan terbesar Stadtholder Otto Leonard adalah mengadopsi anak harimau. Bukan anak singa," sindir Brigadir Jenderal Frederick Edward terkekeh pelan.

"Kesalahan terbesar seekor raja singa adalah mengusir anaknya sehingga dia berevolusi menjadi elang Polandia," balas Brigadir Jenderal Vladimir dengan nada datar.

Kedua Brigadir Jenderal itu tertawa garing di tengah sibuknya latihan kedua Brigade Lapis Baja dari Divisi Lapis Baja Warsaw.

Stadtholder Nikolaus tengah membaca berita di internet. Di mana pada berita tersebut, Presiden Ukraina mengecam latihan militer Prussia yang di adakan di dekat perbatasan Prussia-Ukraina-Polandia. Presiden Ukraina, Izaak Shimshelevich juga menghimbau kepada seluruh Tentara dan Rakyat Ukraina untuk bersatu dan angkat senjata melawan Prussia.

"Padahal ketika NAA menginvasi Belarusia. Polandia dan Ukraina melakukan latihan gabungan dengan mengerahkan dua puluh ribu Tentara di dekat perbatasan. Aku bersikap biasa saja karena itu hanya gertakan. Sekarang mereka merasa tidak terima dan terancam."

.

.

Garis takdir menjadikan kedua Bangsawan itu sebagai seorang rival sekaligus sahabat. Mereka bersaing dalam banyak hal semenjak masih kecil. Tapi mereka juga telah bekerja sama dalam banyak waktu dan kesempatan.

"Daniela. Sebagai anak pertama, aku titip ibumu, dan bimbing keempat adikmu. Karena ayah akan ditugaskan di wilayah Silesia," ujar Brigadir Jenderal Frederick Edward menatap anak pertamanya.

"Iya, ayah. Aku mengerti. Ayah juga harus selalu waspada dan semoga selamat. Karena ayah adalah pelindung Bangsa Prussia," balas gadis tomboy tersebut dengan suaranya yang pelan.

"Satu hal lagi!" tegas Brigadir Jenderal Frederick Edward.

"Apa itu?" tanya Louise Michelle Margareth Daniella von Oranien-Nassau.

"Jangan pernah membuat Charla dan Athena marah. Bagaimanapun juga mereka berdua adalah kakakmu juga," pesan sang ayah. Mengingat anak gadisnya ini sering berbuat usil terhadap kedua kakak sepupunya.

Daniella hanya terdiam dengan wajahnya yang datar.

Dari kejauhan, Puteri Monica, dan keempat anak laki-lakinya sedang mengintip Daniella, dan ayahnya.

"Meskipun dia itu kakak kalian. Tapi dia adalah seorang perempuan yang lemah. Lindungi dan jagalah kakak kalian yah, anak-anakku," ujar Puteri Monica kepada keempat anak laki-lakinya.

"Tentu saja, ibunda," jawab Ludwig Leopold Wilhelm Philipp von Oranien-Nassau dengan nada tegas. Anak laki-laki tertua di antara mereka berempat.

.

.

Brigadir Jenderal Vladimir tengah bermain catur dengan puterinya, Anastasya Fredericka Victoria Elizabeth Romanovich von Hohenzollern.

"Kau baik-baik yah, dengan ibumu, dan kedua adikmu. Ayah akan bertugas di wilayah Silesia bersama dengan Paman Frederick Edward."

"Tenang saja, ayah. Aku bukanlah orang yang merepotkan seperti si Daniella."

Brigadir Jenderal Vladimir hanya bisa terdiam mendengar kalimat yang dilontarkan oleh anak perempuannya. Mengingat Anatasya secara terang-terangan menunjukkan rivalitasnya terhadap Daniella.

"Apakah kau menganggap Daniella itu rivalmu layaknya aku menganggap Frederick Edward sebagai rival?"

"Tidak. Hanya saja aku tidak suka dengan sifatnya yang sedikit kekanak-anakan untuk seorang anak pertama," jawab Anastasya.

"Itu adalah hal yang wajar menurutku. Mengingat dia adalah anak pertama yang sangat mendambakan saudara perempuan. Sehingga pelampiasan yang dia lakukan adalah dengan mencari masalah terhadap Charla dan Athena agar bisa mendapatkan perhatian."

"Tapi menurutku itu sangatlah norak," balas Anastasya. "Untungnya saja hubunganku dengannya tidak begitu dekat."

"Dalam aspek psikologi. Anak perempuan itu sangat dekat dengan ayahnya. Bahkan dia ingin memiliki suami yang seperti atau lebih baik dari ayahnya."

"Tapi kenapa ayah tidak dekat dengan kedua orang tua kandungmu?" tanya Anastasya yang merasa aneh akan hubungan darah antara ayahnya dengan kedua orang tuanya.

Brigadir Jenderal Vladimir kaget akan pertanyaan yang dilontarkan oleh anak sulungnya. "Aku tidak menyangka kau menanyakan hal demikian."

Dia segera berdiri dan memeluk tubuh Anastasya.

"Cukup ayahmu saja. Aku akan semakin memperat ikatan antara ayah, anak, dan keluarganya. Meskipun aku bertugas di tempat yang jauh. Kalian semua akan selalu ada," jelas Brigadir Jenderal Vladimir dengan suaranya yang bergetar menahan tangis.

Meskipun Brigadir Jenderal Vladimir dikenal sebagai orang yang cukup dingin. Tapi dalam momen ini, Anastasya bisa merasakan kehangatan, cinta, dan kasih sayang dari ayahnya. Dia juga merasa bahwa ayahnya sedang menangis, walaupun dia tidak melihatnya.

.

.

Lebih Polandia daripada orang dari etnis Polandia. Itulah yang terjadi pada Brigadir Jenderal Frederick Edward. Setelah diusir oleh kedua orang tuanya akibat sikap pembangkangnya dan jiwa pemberontaknya. Dia diasuh oleh Frau Eleanora dan suaminya yang merupakan pasangan suami-istri dari etnis Polandia, sehingga membuat dirinya menganut agama Kristen Katolik, dan mengadopsi budaya Polandia secara utuh.

Semenjak berkarir di militer, Brigadir Jenderal Frederick Edward selalu mendekatkan dirinya dengan para Tentaranya yang berasal dari etnis Polandia. Hingga akhirnya dia ditempatkan dengan para Tentaranya yang secara khusus dari etnis Polandia.

Walaupun Pemerintah Polandia menghasut agar seluruh etnis Polandia di Prussia memberontak. Akan tetapi mereka tetap setia sebagai Bangsa Prussia. Para Tentara Prussia dari etnis Polandia yang tergabung dalam Brigade Warsaw III merasa bersyukur dipimpin oleh Brigadir Jenderal Frederick Edward. Di mana dia lebih Polandia daripada orang-orang dari etnis Polandia itu sendiri. 

Brigadir Jenderal Frederick Edward tengah bersepeda bersama keenam Pengawalnya menembus jalanan di pedalaman Silesia yang kaya akan sumber daya alam. Mereka berhenti di sebuah kafe yang terletak di sebuah Desa.

"Kami pesan tujuh gelas kopi arabica dan tujuh potong roti panggang spesial," ujar Brigadir Jenderal Frederick Edward setelah membaca salah satu daftar menu yang terpampang di depan kafe.

"Akan segera kami layani, Tuan," balas sang Pelayan.

Salah seorang agen CIA secara kebetulan tengah berada di kafe tersebut dan melihat keberadaan sang Brigadir Jenderal Frederick Edward secara tiba-tiba.

Brigadir Jenderal Frederick Edward berjalan menghampiri lelaki itu.

"Boleh aku duduk di sini," ujar Brigadir Jenderal Frederick Edward duduk di depannya.

Tanpa pikir panjang. Benedikt Marcel Sternberg segera menghunuskan pisau tepat ke arah orang yang duduk di depannya. Dengan tenangnya Brigadir Jenderal Frederick Edward menghindari serangan tersebut. Dia sadar bahwa akan aura pembunuh yang berasal dari meja tersebut. Dia membanting tubuh lawannya ke lantai.

"Kau terlalu gegabah untuk membunuhku. Kau belum pantas untuk menjadi seorang mata-mata," ujar sang Brigadir Jenderal.

Dia memukul beberapa titik pada tubuh lawannya sehingga membuatnya tidak berdaya. Brigadir Jenderal Frederick Edward bangkit dari posisinya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Apakah anda baik-baik saja, Tuan?" tanya sang Pelayan Kafe yang terlihat khawatir akan perkelahian di tempatnya.

"Aku baik-baik saja, Nona." Brigadir Jenderal Frederick Edward menyantap pesanannya dengan cepat dan membayarnya. Setelah itu kedua Pengawalnya membopong tubuh musuhnya dan mengikat tubuhnya dengan tali dan kabeltis.

"Kalau ada yang mencurigakan. Hubungi kami," ujar salah seorang Pengawal seraya memberikan selembar kartu identitasnya.

.

.

Benedikt Marcel Sternberg terbangun dari alam bawah sadarnya ketika air yang dingin membasahi tubuhnya. Di depannya berdiri seorang agen Stasi. Sementara dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, mengingat dia mengenakan strait jaket yang biasa digunakan khusus untuk orang dengan gangguan jiwa.

"Kodemu adalah Kondrad Garstka. Sedangkan nama aslimu adalah Benedikt Marcel Sternberg, seorang Warga Negara Bavaria dari etnis Yahudi yang bekerja untuk CIA," ujar Włodzisław Banach.

"Aku hanya menjalankan tugasku. Jadi, apa salahnya jika aku menyusup ke negara kalian!"

"Kau cukup jujur untuk seorang agen intelijen. Tapi tindakanmu cukup sembrono."

"Aku hanya tidak menyangka bertemu dengan salah satu Jenderal kalian. Tapi aku tidak menyangka dia cukup kuat juga, di mana dia telah melumpuhkanku. Padahal bisa saja dia membunuhku."

"Kau terlalu berharga untuk dibunuh, Marcel Sternberg," balas Włodzisław Banach. "Apakah mereka khawatir bahwa dirimu telah ditangkap?"

"Lagian dia hanyalah seorang janda beranak satu. Justru aku merasa bersyukur menikahinya, sehingga aku bisa dengan mudah mengawasi kalian. Kalaupun mereka mati juga tidak masalah bagiku, mengingat aku hanya memanfaatkan mereka. Bukankah kehidupan kita sebagai agen intelijen itu dipenuhi dnegan kepura-puraan dan tipu muslihat."

"Jadi, kau sudah tidak peduli lagi. Tapi mereka pasti mengkhawatirkanmu yang tidak pulang ke rumah. Mengingat ini sudah jam tujuh malam."

"Perempuan itu diciptakan untuk merasakan. Ketika aku mati, maka dia akan merasakan kehilangan. Ketika dia kehilangan, maka rekan-rekanku akan memanfaatkannya untuk menjadi agen BIS yang bergerak sesuai dengan kordinasi dari CIA. Karena kesedihan dan kemarahan, dia akan membalaskan dendamnya."

"Meskipun terlihat remeh. Rencanamu cukup cemerlang," puji Włodzisław Banach. "Walaupun kau blunder tadi pagi."

"Aku salah perhitungan. Seharusnya aku menjebaknya ketika Pangeran Frederick Edward sendiri. Aku pikir, aku bisa membunuhnya di sana," ungkapnya dengan penuh keyakinan. "Ternyata aku belum beruntung."

"Tapi kau terlalu sembrono dan tidak terencana!" tegas Włodzisław Banach. "Kalaupun kau sudah merencanakannya. Belum tentu kau berhasil," sambungnya dengan suara yang pelan.

Włodzisław Banach keluar dari ruangan interogasi tersebut.

"Aku kira akan bertele-tele. Ternyata dia cukup terbuka juga. Kita harus menghubungi istri dan anaknya. Agar mereka tidak berada di pihak yang salah," ujar Włodzisław Banach kepada beberapa rekannya.

Dari ruangannya, Brigadir Jenderal Vladimir tengah mengamati lelaki Yahudi itu melalui CCTV yang terpasang di ruangan interogasi tersebut.

"Jadi dia orang yang mau membunuh si Edward," ujar Brigadir Jenderal Vladimir sambil merekam suara yang akan dikirimkan ke Brigadir Jenderal Frederick Edward. "Untungnya saja dia gagal, sehingga si Edward masih hidup. Kalau Edward mati, aku akan segera pensiun dini."

Brigadir Jenderal Vladimir tersenyum sambil mengirimkan rekaman suara kepada sahabat sekaligus rivalnya.

Brigadir Jenderal Frederick Edward membuka ponselnya, di mana ada pesan suara dari Brigadir Jenderal Vladimir. Dia memutar pesan suara tersebut yang berbunyi, "Jadi dia orang yang mau membunuh si Edward. Untungnya saja dia gagal, sehingga si Edward masih hidup. Kalau Edward mati, aku akan segera pensiun dini."

"Sialan kau, Vladimir!"

Benedikt Marcel Sternberg menatap CCTV yang ada di pojok kanan atas ruangan tersebut. Dia membuka mulutnya lebar dan segera menggigit lidahnya hingga putus.

"Seorang shifter," ujar Brigadir Jenderal Vladimir yang kaget.

Terjadi sebuah ledakan yang cukup besar dari sebuah ruang bawah tanah. Puluhan orang bergelimpangan dan kehilangan nyawanya. Sementara itu, sesosok titan setinggi lima belas meter berdiri di sebuah lubang tersebut.

Brigadir Jenderal Vladimir berdiri di atas sebuah bangunan. Sementara di seberangnya, sesosok titan itu berdiri menatapnya tajam.

Brigadir Jenderal Vladimir terlihat santai sambil memegang pedang panjangnya.

"Berani-beraninya iblis sepertimu mengacaukan istanaku." Brigadir Jenderal Vladimir menodongkan pedangnya ke arah titan tersebut. "Atas nama Tuhan yang Maha Kuasa dan juga sumpah setiaku sebagai seorang Tentara. Aku akan mengalahkanmu di sini!"

Titan itu segera berlari menuju ke arah Brigadir Jenderal Vladimir.

Brigadir Jenderal Vladimir melompat dari atas bangunan. Dia melayang di udara, mengingat dia terlahir sebagai seorang wizard.

Titan itu mencoba menyerang Brigadir Jenderal Vladimir. Sementara itu, sang Brigadir Jenderal tengah melayang memutari tubuh sang titan.

Brigadir Jenderal Vladimir terdiam sejenak di hadapan titan tersebut. Melihat adanya kesempatan emas, Benedikt Marcel Sternberg segera melancarkan sebuah serangan terhadap musuhnya. Hanya saja, Brigadir Jenderal Vladimir menghilang secara tiba-tiba.

Dari atas titan tersebut. Brigadir Jenderal Vladimir melempar pedangnya yang dialiri petir berwarna hitam dan tertancap pada leher titan tersebut. Sehingga mengakibatkan ledakan petir yang cukup besar dan menghancurkan tubuh titan tersebut.

Benedikt Marcel Sternberg telah tewas. Walaupun dalam pertempuran tersebut, pihak Prussia kehilangan sekitar tiga puluh satu orang.

Brigadir Jenderal Vladimir mendarat di lapangan markas militernya dan pedang yang telah dia lemparkan itu melayang kembali ke dalam genggamannya.

"Apa yang dilakukan oleh NAA adalah sebuah serangan sekaligus pernyataan perang secara nyata. Tinggal kita tunggu saja respon dari Berlin. Apakah membalas serangan NAA?" Brigadir Jenderal Vladimir berjalan sambil mengelap pedangnya yang dinodai oleh darah berwarna hitam pekat.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C89
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous