Di atas tempat tidur, Yena meringkuk dengan punggung bergetar. Ia menangis, isakannya menunjukkan betapa patah hatinya ia.
Lucifer menghela napas, merasa bersalah, tapi ia diam-diam menyukainya. Pria itu duduk di tepi ranjang, tiba-tiba mengangkat tubuhnya dan memeluknya.
"Lepas!" Yena berontak.
"Kau bajingan! Jangan sentuh aku!" Gadis itu memukuli Lucifer dengan geram.
"Yena Sayang." Pria itu berbisik lembut. Membuat Yena agak tertegun.
"Jangan menangis. Maafkan aku. Lihat, aku ada di sini, aku tidak pergi."
"Ka-kamu tidak pergi padanya?" Yena mengedipkan matanya. Ia kembali secepat ini, seharusnya tidak ke sana.
Lucifer menggeleng.
"Kamu tidak tidur dengannya?"
Lucifer menggeleng lagi.
"Kalau aku melakukannya nanti kamu menangis darah. Bukankah sudah aku bilang aku cukup denganmu saja. Aku tidak akan mencari cinta baru."
Yena semakin tertegun saja. Bibirnya terbuka. Ia mengangkat tangannya dan mencengkram kerah baju Lucifer. Menatapnya lekat.