Télécharger l’application
100% Special Case / Chapter 5: MONSTER(S)

Chapitre 5: MONSTER(S)

Inspector Johan McKenzie's POV

Letih, ku usap wajahku dengan kasar usai berjalan keluar dari laboratorium. Keinginantahuan ku cukup besar atas hasil autopsi dan kesimpulan dari para medis didalam sana. Dan siapa sangka, jika aku mendapatkan kasus yang cukup mengenaskan seperti ini.

Tubuh milik penjaga sekolah sebelum tewas dengan mengenaskan seperti ini masih dalam keadaan hidup. Sedangkan tubuh sang gadis remaja, telah tewas terlebih dahulu.

Aku tidak menyangka orang seperti apa yang kejam melakukan hal ini?

"By The Seaside~" Ringtone smartphone ku berdering di dalam saku jaketku. Dan suara bising ini hampir membuatku terkena serangan jantung. Setelah ku cek, ternyata panggilan telepon itu dari istriku. Anastasya.

"Ada apa, Tasya?" Tanya ku pelan.

-Kau tidak mengunjungi Dennis sayang?-

Ia selalu menanyakan putra kami, ia tidak bisa melupakan setiap ku pulang bekerja. Aku harus menyempatkan waktu untuk mengunjunginya yang sedang mendekam di penjara rumah sakit jiwa.

"Aku segera kesana, kamu tenang saja. Istirahatlah." Balasku yang ku yakini, ia hanya akan menunggu kabarku tentang bagaimana kondisi putranya.

-Lalu segera pulang, ok?-

"Iya, tunggu ya."

Cinta ibu memang sepanjang masa, tanpa henti akan terus menyayanginya. Walau terkadang anak memberi duri kecil dalam hatinya. Tetapi itulah ibu, tak membuatnya goyah untuk tetap menyayanginya sampai tak sadar ia terluka parah.

Putra kami, Dennis Julio McKenzie, pemuda itu baru saja menginjak 21 tahun ditahun ini. Tapi karena kesalahannya, ia harus bertanggung-jawab atas perbuatannya selama 14 tahun.

Kasusnya ialah, ia membunuh teman baiknya dan juga meracuni ibunya sendiri. Aku tak menyangka bayi kecil yang dulu kutimang dengan cinta kasih melakukan hal keji seperti itu.

Tetapi aku harus tetap menjadi ayah yang baik untuknya.

Pukul 11 malam ini aku teringat dimana perwira Sony meneleponku. Ia mengatakan jika seorang pemuda menyuruhnya untuk menelepon ku.

Aku melamun disaat berkendara menuju lapas, otakku seperti memutar kembali dimana aku melangkah keluar dari mobil menuju area komplek perumahan yang sudah dipenuhi oleh polisi lainnya dengan pistolnya. Pagi itu aku tidak melakukan hal buruk, tetapi malam itu, tepat didepan mataku. Putraku.

Tubuhnya basah dengan darah, pisau ditangannya masih terdapat darah segar yang menetes. Otakku berhenti bekerja, mataku kosong, hatiku terkejut bukan main. Seribu impian untuk putraku pecah oleh apa yang kulihat waktu itu. Ia terduduk diaspal dengan tersenyum kearah jasad temannya dengan kepala yang sudah lepas.

"GBRAK!!!"

Akibat melamun, aku tidak sengaja menabrak sesuatu yang keras dan langsung berlari cepat masuk kedalam hutan. Aku berinisiatif untuk turun, tapi ku urungkan niatku karena area ini sangat berbahaya. Tetapi aku berinisiatif lain, aku menelpon perwira yang bertugas malam ini.

-Siap pak inspektur!-

"Perwira Sony bisakah kau kemari untuk mengecek sesuatu ?"

-Siap pak inspektur, anda berada dimana ?-

"Jalan menuju lapas, tidak jauh lagi dari lapas."

-Siap pak inspektur, saya segera kesana bersama perwira Robbie.-

"Baik, hati-hati." Ku putuskan panggilan telepon dan kembali melanjutkan perjalanan menuju lapas. Dan sekarang aku berusaha fokus, walau bayang-bayang itu kembali muncul.

Sampai di lapas langkahku semakin lamban memasuki ruangan pertemuan. Putraku sudah duduk disana, kami dibatasi oleh kaca dan ia telah memegang gagang telepon disana. Aku berharap ia memakai jubah wisuda, bukan pakaian narapidana berwarna oranye tersebut.

-Ku pikir ayah tak akan menemuiku lagi.-

Aku melempar senyum tanpa arti untuknya, "ibumu memintaku."

Ia tertawa puas, -Jika itu membuat ayah terbebani, jangan menurutinya! Kenapa kau mempersulit dirimu sendiri ?-

"KAU TIDAK TAHU! BAGAIMANA PERASAAN MENJADI ORANG TUA MU!" Bentakku.

-AYAH JUGA TIDAK TAHU! BAGAIMANA PERASAAN KU BUKAN!!- Bentaknya kembali membuat beberapa sipir melihat ke arah kami. -AYAH EGOIS!-

Ia meneteskan air mata untuk pertama kalinya selama mataku melihatnya. -AYAH ADALAH, ORANG TEREGOIS YANG TAK PERNAH ADA. KENAPA HARUS AKU MENJADI ANAKMU?- Tekannya disemua kalimat itu, wajahnya memerah menahan amarah.

"Kau anak tak tahu diri!" Gumamku pelan, dan itu membuatnya menatap ke arahku dengan penuh kebencian. Ia mendekatkan wajahnya ke kaca pemisahan antara kami. Dengan sekali tarikan nafas, ia memarahiku dengan ucapan kasar yang tidak pernah ku ajari padanya. Kedua tanganku terkepal kuat, hingga diakhiri ia membenturkan dahinya ke kaca dengan keras.

Ia tidak meringis kesakitan.

Ia juga tidak berhenti menatap benci kearahku.

Ia juga semakin brutal membenturkan dahinya dengan keras.

Kaca pemisah mulai retak, kedua sipir tak mampu untuk menariknya kembali ke sel. Hingga obat penenang harus masuk ke dalam aliran darahnya.

Reaksiku dingin, seperti kutemukan dirinya terduduk diaspal dengan tersenyum. Sebelum ia tertidur, ia tersenyum ke arahku. Dengan beringasnya.

Aku termenung, bahkan aku tidak sadar jika tubuh putraku sudah dibawa sipir masuk kembali ke dalam sel. Aku sangat bingung, mengapa putraku bisa berubah menjadi Monster? Apa private bela diri berlebihan? matematika yang ia tidak sukai? Atau tes biologi mengubah hidupnya?

Aku hanya bisa menangis melihat jiwanya bukan lagi seperti Dennis-ku dulu. Dia terlihat seperti, iblis bagiku. Aku merindukan Dennis kecilku, si anak kacamata yang penurut.

Aku sudah berada diarea parkir, hendak akan kembali secepat mungkin. Istriku kembali menelepon dengan membabi buta, ini tak biasa dalam benakku.

"Iya Tasya ada apa?"

Ia menangis disana, -KENAPA KAU MASIH KASAR DENGAN ANAKMU JOHAN!!- Jeritnya.

-KENAPA KAU SANGAT KETERLALUAN PADA ANAKMU !?-

"Tasya, kau harus tenang."

-TENANG KATAMU! BEDEBAH! KAU MELUKAI ANAKKU LAGI! ADA APA DENGAN MU JOHAN!!? APA DIA MEMBUATMU SANGAT MALU !?-

Aku membentur dahinya keras ke setir mobilku. -Kenapa kau membenci anakmu sendiri?!- Tanyanya dengan terus menangis.

"Aku tidak pernah membenci putraku." Kataku, "aku menyayanginya..."

-Jika kau benci padanya katakan saja! Dia juga tertekan di saat ia ingin mengeluh lelah! Ini semua karena mu...!!-

-Kau terlalu memaksanya!-

-Kau terlalu menekannya agar seperti kau!-

-BERHENTI MENYIKSANYA!!-

-KAULAH DIBALIK SEMUA TINGKAH MONSTER DENNIS!! ITU KARENA KAUU!!!-

Aku hanya diam dengan tanganku bergetar, apa aku seperti itu?

"Aku hanya ingin....hiks...agar anak kita memiliki tujuan hidup....hiks.."

-Tujuan hidup katamu? Sesuatu yang tak ia sukai kau paksa! Sesuatu yang ia tolak! Kau memaksanya! Sejak kapan ia suka pada biologi!? Sejak kapan ia suka pada sepak bola!? Sejak kapan ia suka semua itu!! Kapan!!???-

-Berhentilah menyakitinya, jika kau ingin terus melihatku.-

Panggilan terputus meninggalkan luka dihatiku. Jutaan pertanyaan dan penyesalan, kenapa tidak ku tembak....

putraku saat itu.

-..T.B.C..-


next chapter
Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C5
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous