Dina menurut saja, hingga beberapa saat kemudian kami sampai di seberang.
"Kok, tangan aku masih dipegang?"
"Lho, kok, masih dipegang, ya?"
"Ya, lepasin dong!"
"Eh, iya."
"Ih, modus banget, sih!"
"Hehe! Yuk, ah, di sana kayaknya enak, deh, duduk menatap ke laut," aku menunjuk ujung pantai yang ada bebatuan mengarah ke laut.
Angin laut sore itu berhembus lebih tenang dari biasanya. Sengat matahari juga subuh mulai mereda. Aku memilih duduk di bebatuan lebih dulu. Dina masih terlihat bingung bagaimana cara duduk.
"Bisa?" tanyaku untuk memastikan dia bisa berjalan di antara susunan bebatuan.
"Bisa, dong!" jawabnya. Aku memperhatikan dan drubbbb!
Benar dugaanku, dia terpeleset. Untung saja aku segera menahan tangannya, dia tidak jadi terlepas, namun pergelangan tanganku agak nyeri. Aku mengaduh.
"Tanganmu sakit, ya?" Dina terlihat cemas.
"Nggak apa-apa, kok. Kamu hati-hati," aku membantunya sampai dia bisa duduk.