...terdengar sangat pelan.
Seperti seseorang yang sedang menggigit bibirnya, yang berjuang menahan suaranya yang hendak keluar.
"Kamu, jangan nangis lagi, ya. Ini tak akan lama, setelah kamu tamat nanti, aku akan membawamu hidup bersamaku untuk selamanya. Aku sudah mempersiapkan segalanya."
"Aku nggak nangis, kok. Hanya terlalu kangen aja sama kamu." Jawab Siti di balik telepon.
Aku tahu, dia hanya sedang berpura-pura kuat. Sama seperti diriku yang berpura-pura tak terjadi apa-apa, padahal hatiku rasanya ingin segera menemuinya, meminta dirinya untuk tidak jauh lagi. Aku sangat merindukanya, saat seperti ini. Saat jarak terasa begitu berat untuk dihadapi. Namun aku tetap percaya, bahwa Siti akan selalu menguatkanku. Seperti aku yang juga akan selalu menguatkannya.
Tak jarang, aku menemaninya sampai tertidur di balik telepon. Hanya itu cara yang bisa kami lakukan untuk melepaskan rindu.