Keesokan harinya, seperti yang di janjikan, Levi kembali ke Base membawa hasil rapat yang ia lakukan dengan Erwin kemarin. Gunther yang saat itu sedang berjaga segera memberi tahu yang lain untuk berkumpul di lantai 1 atas perintah Levi. Di sisi lain, Petra terlihat lebih bersemangat dari biasanya, berlari kecil menuju ruang utama di Mana Levi sudah menunggu.
"Selamat datang, Kapten" ia menyambutnya, tidak dapat menyembunyikan senyumnya.
"Ah.. tentu." Jawabnya singkat. "Mengenai ekspedisi, kita Akan berangkat dari distrik Trost 3 hari lagi bersama beberapa anggota Recon Corps yang lain."
Mereka mendesah lega mendengar kepastian bahwa mereka tidak akan melakukannya sendiri.
"Tujuan dari ekspedisi ini percobaan skill yang kalian dapat selama ini."
"Eh? Kalau begitu kenapa Recon Corps ikut bersama kita?" Terlihat dari wajah mereka yang sama bingungnya dengan Eld.
"Tambahan anggota. Kalian tetap yang memimpin ekspedisi ini. Karena itu kita tidak akan pergi jauh. Atau kalian lebih memilih pergi sendiri?"
"T-tidak. Itu akan sangat membantu"
"Kita akan melakukan ekspedisi kecil seperti ini secara rutin, jadi persiapkan diri kalian."
"Mengerti!" Dan mereka kembali pada pos masing-masing. Karna Levi baru saja tiba, mereka masih tidak mendapat latihan seperti biasa.
"Kapten, mau kubuatkan teh?" Petra memastikan pada Levi sebelum ia kembali pada pekerjaannya.
"tidak kali ini, Petra. mungkin nanti malam."
"??" Petra menatap Levi sedikit terkejut. Alisnya naik lebih tinggi dari biasanya.
"Apa?" Tanya Levi merasa Petra memiliki sesuatu yang ingin dia katakan.
"Tidak, rasanya ini pertama kalinya Kapten menyembut namaku. Dalam pembicaraan kasual." Jawabnya sedikit canggung dan malu. Namun ia tidak dapat menyembunyikan senyum bodoh di wajahnya.
"Benarkah?"
"Ya. Kapten biasanya memanggilku woman, babi atau oi"
"...." Ketika Petra mengatakan itu di hadapannya, Levi tersadar bahwa itu panggilan yang buruk. "Sorry."
"Ah aku tidak bermaksud. Maksudku, kami sudah mulai terbiasa jadi jangan pikirkan."
Terbiasa? Levi merasa semakin buruk. "Kurasa memanggil nama kalian lebih baik. Selain itu, jika aku melakukannya, aku mungkin bisa lebih mengenal kalian."
"Well, jika Kapten berpikir demikian.." Petra sedikit merasa bersalah karna mulut besarnya, namun Petra tersadar apa yang baru saja Levi katakan. "Kau ingin lebih mengenal kami?"
"Apa itu aneh?"
"Tentu tidak. Aku senang Kapten berubah pikiran." Petra tidak dapat menyembunyikan semangat dan senyumnya. Semakin ia pikirkan, semakin melebar senyum di wajahnya.
"Aku hanya berpikir mungkin kau benar soal kita berada dalam satu squad. Setidaknya aku harus mengenal orang yang ku pimpin."
"Tidak masalah. Kurasa itu awal yang bagus."
"Awal?"
"Bagaimana jika Kapten mulai bicara saat kita makan malam?"
"Kau harus tahu aku diam karna tidak ada hal yang ingin kukatakan."
"Tapi Kapten membicarakan banyak hal denganku."
"Yeah. I wonder why.." Levi bergumam pada dirinya sendiri.
"Kalau begitu bagaimana jika Kapten ikut dalam pembicaraan kami. Kapten biasanya hanya memperhatikan kami dari ujung meja seperti Ayah yang memastikan anaknya tidak berulah."
"Ada yang salah dengan itu?"
"Tidak. Tapi jika Kapten ingin mengenal kami, setidaknya Kapten harus ada di antara kami."
"Kau berpikir terlalu jauh, wom.. ehem! Petra."
Petra semakin senang saat Levi menyebut namanya untuk kedua kalinya. Ia merasa hubungan mereka semakin dekat dan tembok yang ada di sekeliling Levi semakin memudar. "Yeah, mungkin aku berpikir terlalu jauh. Kurasa memanggil mereka dengan nama mereka cukup membuat mereka senang."
"Seperti yang kau lakukan?"
Tidak menyangka dengan serangan mendadak dari Levi, wajah Petra memerah. "A-apa itu jelas terlihat?"
"Kau bercanda?"
"Maaf. Aku terlalu bersemangat."
"Nah.." Levi menyandarkan tubuhnya di punggung kursi, mencoba menemukan posisi yang ia rasa nyaman. Entah kenapa pembicaraan dengan Petra seolah membuatnya lupa untuk bersantai. "Thanks, Petra."
"Aku tidak.." Terlalu senang dengan apa yang ia dapat hari ini, membuat Petra lengah. Sudut matanya menangkap goresan dan sedikit lebam di tangan kanan Levi. "Kapten, apa yang terjadi?!" Spontan Petra menangkup tangan Levi yang terluka dalam genggamannya.
Sedikit terkejut namun Levi tidak menolaknya. "Ah.. aku memukul seseorang di tengah perjalanan tadi."
Dan menghasilkan luka seperti ini?! kurasa orang itu sudah mati.
"Maaf Kapten, aku tidak memperhatikan ini sebelumnya.."Petra merasa sangat gagal sebagai bawahan Levi, seolah ia yang membuat Luka itu di tangan Kaptennya.
"Ini hanya.."
"Aku akan mengambil obat." Petra pergi sebelum Levi menyelesaikan kalimatnya. Pertama kalinya Petra mengabaikan ucapan Levi dan membuat Levi sedikit terheran. Kelihatannya ia benar-benar menyesalinya.
Petra kembali dengan kotak obat. Membersihkan Lukanya dan membalutnya serapi mungkin. Tidak seperti beberapa menit yang lalu, kali ini Petra terdiam. Terfokus pada perban dan tangan Levi di tangannya. Meski Levi hampir tidak merasa sakit sedikitpun, tapi Levi membiarkan Petra melakukannya. Berharap ini akan membuat Petra sedikit lebih baik dan tidak merasa bersalah. Dan mungkin ini Pertama kalinya Levi memandang seorang wanita sedekat dan selama ini. Seolah waktu berjalan sangat lambat. Suara yang ada di sekelilingnya menjadi samar. Entah bagaimana ia menyukai suasana ini. Samai. Seandainya ia berhasil menakhlukan titan , mungkin suasana ini yang ia dapatkan.
Ia melihat rambut Petra di bawah bias matahari yang akan tenggelam. Mereka memiliki warna yang senada. Ia menyukai pemandangan itu. Bagaimana helaian rambutnya jatuh sedikit demi sedikit menutupi wajahnya. Tanpa ia sadari, tangannya menggapai rambut Petra dan menaruhnya di balik telinga Petra. Ia tersadar akan apa yang ia lakukan ketika tangan Petra tiba-tiba berhenti bekerja dan matanya tertuju pada matanya. Terbuka lebar seolah bertanya 'apa yang kau lakukan?'
Sejenak Levi terdiam, mencari jawaban dari apa yang ia sendiri tidak ketahui. Yang ia pikirkan saat itu hanyalah dia tidak ingin Ada yang menutupi wajah Petra daei pandangannya. Meskipun itu itu hanya beberapa helai rambut "kupikir rambut mu menghalangi matamu."akhirnya Levi bicara. Untuk beberapa alasan, Levi tidak bisa mengatakannya.
"Oh, terimakasih." Dan Petra kembali membalut Luka Levi. Meski Petra berusaha menyembunikannya di balik bayangan rambutnya, tapi Levi bisa melihat merah wajah Petra yang berusaha untuk tetap tenang.
Cute.
***
Sementara itu di Base Recon Corps, Erwin berada di ruangannya ketika Hanji membuka pintu dengan debuman keras tanpa peringatan, seperti biasa. "Erwin, aku mendapat suratmu... whoa!" Langkah Hanji tersentak melihat ruangannya yang tidak rapi seperti biasanya.
"Apa aku melewatkan sesuatu?"
"Ada masalah kecil." Balasnya selagi membereskan sisa rapat sebelumnya.
"Kau yakin?" Hanji menatap tembok yang retak di belakang Erwin. "Kudengar Levi disini."
"Dia sudah pergi."
"Jadi itu sebabnya perintahmu datang tiba-tiba.."
***
3 hari berlalu. Hari pertama Squad Levi mencoba hasil latihannya selama ini akhirnya tiba. Seperti ekspedisi lainnya, mereka menyiapkan tabung gas dan pisau cadangan. Beberapa kotak obat dan kereta untuk menyimpan hasil persediaan yang akan mereka ambil di luar dinding Rose.
Mereka meninggalkan Base Squad Levi dan kembali ke Base Recon Corps keesokan hari setelah Levi menyampaikan hasil rapatnya. Ekspedisi kali ini di pimpin oleh Levi seorang. Ekspedisi pertama baginya tanpa Erwin dan yang lain. Ia tidak terlalu memikirkannya, namun kelihatannya Squad mereka lebih tegang di banding dirinya.
"Lakukan seperti biasa. Ini tidak seperti kalian akan mati jika kalian gagal. Cukup lakukan sesuai rencana."
"Siap Kapten!" Dan gerbang akhirnya terbuka.
Kuda mereka berpacu dengan kecepatan sedang untuk menghemat energi. Mereka mulai berpencar membentuk formasi kecil yang sudah mereka rencanakan beberapa hari yang lalu. Semua berjalan lancar. Tidak banyak titan yang muncul karna tujuan mereka tidak terlalu jauh dari dinding, mengingat ini ekspedisi untuk melihat perkembangan Squad Levi. Squad Levi mendapat posisi terluar dari formasi dengan inti formasi adalah Levi. Meski Levi tidak melihat langsung aksi mereka, dengan hasil formasi yang tidak tertembus, Levi dapat menyimpulkan mereka melakukannya dengan baik. Tapi ekspedisi ini tidak layak di jadikan patokan jika tujuan utama mereka adalah Armored Titan dan Collosal Titan.
Ketika matahari tepat berada di atas kepala mereka, mereka tiba di tujuan. Pemukiman warga yang terbengkalai sejak dinding maria hancur. Pemukiman ini adalah pemukiman terdekat dari dinding. Mereka memilih medan ini karna pemukiman memiliki kemungkinan stok pangan dari perkebunan atau sesuatu yang berguna oleh manusia. Selain itu medan ini medan termudah untuk melawan titan karna mereka masih memiliki bangunan yang masih berdiri untuk memakai 3dm. Selagi Recon Corps mencari stok, tugas mereka adalah memastikan tidak ada titan yang mendekat bersama beberapa anggota Recon yang tersisa.
Levi hanya memperhatikan dari jarak pandangnya. Tidak ada titan yang berhasil lolos. Kemampuan mereka mungkin sedikit berkembang, tapi bukan hanya karna itu. Titan yang menghampiri mereka tidak banyak dan sebagian besar hanya berukuran 5-8 meter. Mungkin ia harus pergi lebih jauh. Kelompoknya terlalu kuat jika hanya melawan titan seperti ini. Bahkan mungkin tanpa dirinya pun mereka akan berhasil melakukannya.
"Kapten." Petra datang menghampiri Levi di atas bangunan paling tinggi. "Mereka hampir selesai mengumpulkan bahan. 2 korban luka. Tidak ada korban meninggal."
"..."
"Kapten?"
"Siapkan kereta kuda. Masukan bahan yang sudah terkumpul. Gerakan tim medis untuk membantu korban luka. Ini Ekspedisi pertama kita yang tidak memakan korban."
"Apa itu hal baik?" Tanya Petra. Meski terdengar baik namun wajah Levi tidak menunjukan kepuasan.
"Entahlah.." Levi bergumam. Matanya tertuju pada garis horizon di depan wajahnya.
Disisi lain, gerakan Oluo terhenti ketika matanya menangkap sosok Petra yang lagi-lagi bersama Levi. Ia masih tidak mengerti kenapa itu mengganggunya. Apa benar itu karna ia merasa Petra besar kepala dan Levi terlalu baik untuknya? Atau hal lain? Ia merasa mengenal Petra cukup lama. Sejak mereka masih berada di pelatihan. Tapi ini pertama kalinya Petra memandang seseorang dengan mata seperti itu dan itu membuatnya kesal. Mungkin karna Petra tidak pernah mengatakan apapun tentang hubungannya. Jauh di lubuk hatinya ia tahu bahwa ia perduli pada Petra. Tidak ingin melihatnya kecewa dan terluka.
"Karna dia temanku..?" Oluo bergumam pada dirinya sendiri. "Atau..."
"TITAN ABNORMAL!!" Suara seorang prajurit menarik Oluo kembali pada kenyataan, namun terlambat. Ketika ia sadar, tubuhnya sudah terperangkap dalam genggaman Titan.
"AAAAAARRRRGGHH!!!" Pertama kali dalam hidupnya ia merasa sangat takut. Inikah yang dirasakan manusia saat kematian berada di hadapannya. Sekuat apapun ia berusaha lepas, ia tidak bisa bergerak. Penglihatannya mulai kabur karna air mata. Suara di sekelilingnya pun mulai pudar. Namun ia dapat mendengar suara teriakan terakhir.
"OLUO!!"
Ia menoleh kearah sumber suara dan menemukan Petra di sana. Ia tidak dapat memikirkan hal yang lebih menyedihkan dari terbunuh oleh titan di ekspedisi pertama dan di saksikan oleh Petra. Bagaimana dengan Levi?
Oluo memandang ke arah Petra lagi dan tidak menemukan Levi disana. Ia bertanya-tanya kemana perginya Levi. Ia harus meminta maaf karna menggagalkan rencananya di ekspedisi pertama. Namun hal selanjutnya yang ia sadari, tubuhnya terbebas dan jatuh ke atas atap rumah. Seluruh tubuhnya sakit dan mati rasa seolah syarafnya sudah terputus. Tapi bayangan Levi dengan jubahnya mengalihkan semuanya. Ia terbang dengan ringan dan membunuh Titan itu seperti malaikat maut. Sangat indah dan mematikan di saat yang sama. Percikan darah dan tariannya seolah sangat berirama. Oluo tidak dapat melepaskan pandangannya.
Setelah Titan itu terbunuh, Levi menghampiri Oluo yang masih terpuruk.
"Oluo, apa yang terjadi?"
Tatapan yang tajam dan aura yang berat dari Levi membuat Oluo tersadar. Namun ia tidak menemukan kata-kata yang tepat. Bibir dan seluruh tubuhnya gemetar karna trauma. Air mata mulai mengalir di matanya karna rasa takut, malu dan bersalah.
Eld, Gunther dan Petra terlihat menghampiri mereka. Melihat hal yang tidak biasa karna Oluo yang mereka tahu sangat kuat dalam bertarung.
"Hentikan." Levi berlutut di hadapan Oluo hingga mata mereka dalam level yang sama. "Prajurit tidak semestinya menangis karna dihadapkan oleh kematian." Levi mencari sapu tangannya, namun tidak menemukannya. Jadi ia melepas kain di lehernya dan memberikannya pada Oluo. Memintanya untuk menghapus air mata dan air liur di wajahnya.
Oluo ragu, namun tetap menerimanya dengan tangan yang gemetar. Ia tahu bagaimana Levi membenci hal yang kotor, tapi ia tetap memberikan itu pada Oluo. Setelah Oluo menerimanya, Levi kembali berdiri, memeriksa jika ada titan lain yang mendekat.
"M-maafkan aku.." Akhirnya Oluo mendapatkan kembali suaranya.
"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi kau sudah memilih untuk menjadi prajurit. Ketika kau memilih itu, kau sudah di hadapkan dengan kematian. Pastikan kau tidak menyesali pilihan itu." Ucap Levi bahkan tanpa melihat kearah Oluo.
"Kapten." Petra mendekati mereka melihat pembicaraan mereka sudah selesai. "Tanganmu."
Levi menatap tangannya yang awalnya terbalut perban putih kini berubah menjadi merah.
"Biar ku ganti." Petra mengambil tangan Levi dengan santai dan membersihkannya dari awal. karna Levi benci dengan hal kotor, ia tidak menolaknya.
Oluo tidak pernah melihat Petra selembut ini. Ia tahu Petra memiliki hati yang lembut, namun ia tidak pernah menunjukannya pada Oluo. Mungkin itu yang membuatnya kesal. Levi dapat menarik sisi lembut Petra yang tidak ia tunjukan pada Oluo seberapa lamapun Oluo bersama Petra.
Oluo menatap Levi kagum, melebihi apapun. Kini ia mengerti apa yang pernah Petra katakan dulu tentang Levi. Ia menghapus air matanya dan berdiri. Membulatkan tekadnya bahwa ia takkan menyesali pilihannya. Bahwa ia akan tetap berdiri sebagai prajurit yang berguna untuk umat manusia. Bahwa ia akan setia pada Levi.
"Jika itu kau, Kapten, aku tidak akan keberatan." Ucap Oluo dengan senyuman.
"Hah?"
Mendengar itu, Eld hanya terkekeh. "Selamat Kapten. kau sudah mendapat persetujuan dari tuan Oluo."
"Ah, kurasa aku mengerti apa yang kalian coba katakan." Gunther mengangguk seolah itu adalah hal paling jelas.
Petra membutuhkan waktu sedikit lebih lama sampai akhirnya wajahnya memerah karna ia mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Mengingat apa yg selama ini Oluo tuduhkan padanya
"Kau!"
"Apa yang kalian rencanakan?" Levi menatap mereka semua tajam. Alisnya mengkerut karna tidak mengerti dan merasa terolok. Namun entah mengapa mereka tidak lagi merasa tertekah seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu Levi.
"K-kapten, jangan dengarkan mereka." Petra mencoba mengalihkan pembicaraan karna ia tidak bisa lari. Ia masih membalut luka Levi dan suasana menjadi sangat canggung untuknya.
"Kau mengerti apa yang mereka katakan?"
"Tidak! Aku tidak tahu apa yang mereka katakan. Aku tidak mengenal mereka."
"Petra, percuma kau menyembunyiakannya. Wajahmu mengatakan semuanya." Goda Eld.
"Wha?!" Dengan itu Eld berhasil membuat wajah Petra terbakar.
Karna ucapan Eld, Levi memandang wajah Petra, mencoba mencari petunjuk di sana dan itu membuat Petra ingin mengubur wajahnya.
Sejak saat itu, atmosfer dalam Squad Levi semakin meringan. Walau wajah Levi masih menyeramkan seperti biasa, dan itu tetap berhasil membuat mereka tertunduk, mereka tahu lelaki seperti apa Kapten mereka. Lelaki yang dapat mereka percayakan nyawa mereka.
TBC------>