Tubuh dokter Lusi mulai menegak, memperhatikan diriku dengan saksama. Ujung jemari tangannya menekan gagang kacamata agar tidak geloyor, hingga penglihatannya sepenuhnya menatapku.
"Dia adikmu?" tanya dokter Lusi kepada Sefana, dengan nada tak percayanya.
Dokter Sefana mengangguk pelan, sambil sesekali melesatkan pandangan ke arahku. Hal yang nyaris sama untuk menatapku sedalam mungkin. Dia meranggul untuk menjawab pertanyaan dokter Lusi.
Yah, dokter Lusi langsung spontan beranjak, menggamit tanganku. Terasa jari-jemarinya merayap dari bawah pergelangan tanganku hingga ke bahuku. Matanya lurus menatapku secara dalam dan lama.
"Kamu baik-baik aja, kan?" Dia kembali melanjutkanya, "saya suka melihat kamu di televisi, dan saya senang dengan akting kamu."
Sepertinya, pertanyaan dokter Lusi merasa khawatir setelah bertemu denganku. Sekaligus dia menyenangi semua aksiku di depan layar televisi. Semuanya.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.