Dua pasangan tua itu menunjukkan raut seriusnya. Tuan Berto menaikkan alisnya begitu tinggi, lalu beralih menatap wajah ibuku dengan datarnya.
"Selamat sore, Besanku!" Tuan Berto tidak tampak ramah dengan nadanya seperti itu.
Bahkan tatapan ibuku dibuat turun dan merunduk patuh. Ujung jemari tangan ibuku sedikit gemetar setelah melihat penampakan orang hebat. Apalagi dengan diriku yang baru saja kembali dari rumah sakit.
Akan tetapi, situasi ini dicegah oleh Jose. "Papa, apa mau kalian datang ke sini?" Dengan nada sengit dan tegasnya, dia tidak takut jika harus kehilangan kedua orang tuanya.
Tuan Berto dan nyonya Ancala menoleh tepat ke arah Jose, kemudian mengalihkannya ke wajahku. "Kami? Apa kami nggak boleh datang menjenguk menantu kami yang akan segera melahirkan anak seorang CEO?"
Nada itu tidak terdengar lucu. Sama sekali tidak. Kalimat itu menyinggung perasaanku.