Pak Darma tidak bisa bicara apapun lagi, selain mengikuti kemauan istrinya. Dia turun dari motor dan memangku sinta yang sudah lebih tenang. Maryati mencari Dina untuk menitipkan Azhari.
Di dalam pangkuannya, Sinta terdiam mendengar nasihat-nasihatnya. Kebiasaan tantrum bocah itu semakin menjadi jika kumat, apalagi ketika dirinya merindukan Sullivan. Tidak ada yang bisa menenangkannya, sampai dia merasa lelah sendiri lalu tertidur.
"Aku, janji nggak akan ngamuk lagi. Asal jangan tinggalin di sana," ucap Sinta, menyalami kakeknya.
"Anak pintar, yaudah atuh Sinta duduk di belakang sama Nenek Maryati. Oke."
"Oke Opah." Sinta tersenyum senang, merangkul kakeknya.
Pak Darma membalas rangkulannya erat, getir di hatinya terpaksa di tahan. Dua sisi dirinya berbicara lain, antara kasih sayang pada cucunya dan memberikan pelajaran pada anaknya. Pak Darma tidak meminta pendapat Innes, karena anaknya itu sibuk.