Kalima masih belum bisa menangkap kemana arah Kirana berbicara. "Lalu... Apa hubungannya dengan semua ini, Ndoro?"
"Paman... Tabib Wisa yang terkenal itu adalah ayah Sekar, ayah dari seorang gadis yang sekarang ini berdiri di sampingnya" jawab Kirana menatap seksama.
Kalima sangat terkejut, ia terkesiap sehingga cangkul yang ada di tangannya jatuh. "Ja... Jadi kau..."
"Ya, Paman. Maaf karena aku tidak menjelaskan dari awal. Arwahnya menghampiriku tadi pagi, ia memintaku untuk berkeliling dan memeriksa secara langsung warga yang terkena penyakit itu. Supaya aku dan dirinya bisa melihat seperti apa kondisi dan lukanya karena jika hanya mendengar penjelasan saja itu tidak akan cukup. Oleh sebab itu aku memintamu untuk mendampingiku berkeliling " jelas Kirana.
"Aku yang seharusnya meminta maaf Ndoro" ucap Kalima dengan suara yang berat. "Aku masih saja meragukan dirimu, padahal disisi lain kau sedang berjuang dan mencari jalan keluar. Tapi aku malah meragukannya"