Sudah sejak siang tadi Kirana merasakan firasat yang sangat buruk, perasaannya tiba-tiba berdesir diiringi dengan jantung yang berdetak kencang. Ia berusaha untuk merasakan apakah Raden Sastra dalam bahaya? Tapi sepertinya firasat itu datang bukan dari Raden Sastra, tetapi ada hal lain yang membuat dirinya begitu was-was.
Praankk...
Lagi-lagi Kirana memecahkan piring tanah liat milik bibi. Seketika itu juga, wanita tua itu berlari ke dapurnya menghampiri Kirana.
"Sekar..." ucapnya. Ia melihat Kirana yang berdiri menatapnya dengan wajah yang terkejut juga.
"Bibi... Maafkan aku karena telah memecahkan perabotanmu lagi" kata Kirana dengan wajah yang bersalah.
"Sudah jangan kau pikirkan perabot yang pecah, coba lihat... Apa kau terluka?" tanya bibi khawatir sambil memeriksa tangan dan kaki Kirana.
"Tidak bi, aku baik-baik saja" jawab Kirana gugup.