setelah menerima pesan dari Alman, dia pun berjalan ke arah pintu dan membukanya, dari balik pintu Azra melihat Alman berdiri sambil memegang sebuah bungkusan kantong plastik.
Alman mengenakan kaos berwarna putih yang modelnya oversized berpaduan dengan celana rapped jeans yang robek pada bagian lutut. Masih terlihat liar namun tetap berkarisma, dengan tindik hitam yang menempel di telinga kirinya memberikan kesan nakal dan keras. Penampilannya benar-benar sempurna seakan dia berasal dari dasar neraka yang siap menghukum para wanita dengan keagungannya.
Setelah Alman melihat Azra dia segera mengangkat kantung plastik di tangannya memperlihatkannya kepada Azra.
"Apa kamu lapar?"
Azra : "...."
Alman bisa melihat kaki Azra sepertinya baik-baik saja karena dia sudah bisa berdiri dengan baik sekarang.
"Sepertinya kakimu benar-benar sudah baik sekarang!" tanya Alman sekali lagi.
Azra : "...."
Melihat masih tak ada tanggapan dari orang dihadapannya itu Alman dengan santai melangkah maju dan masuk ke dalam kamar Azra. Melihat hal tersebut Azra segera menghentikan Alman.
"Mau apa kamu? jangan masuk ke kamar orang sembarangan!" namun Alman tak menghiraukannya dia tetap berjalan masuk.
"Apakah kamu tidak perna mendapatkan kunjungan malam?" pertanyaan Alman bagaikan tombak yang menerjang pendengaran Azra, membuatnya menjadi sangat sangat marah.
"Apa maksudmu kunjungan malam? kamu pikir aku perempuan seperti itu?"
mendengat pernyataan Azra alis Alman berkerut dengan spontan, memangnya ada yang salah dengan pertanyaannya? bukankah itu hanya pertanyaan biasa, pikir alman.
"Kamu terlalu berlebihan, yang kumaksud apakah tak ada seorangpun yang perna datang bertamu di rumahmu pada jam seperti ini, seperti teman atau sanak saudara?"
setelah mendengar ucapan Alman akhirnya amarah Azra mulai sedikit meredah. Dia hampir menghempaskan Alman keluar pintu akibat dari amarah yang dia rasakan. Akhirnya Azra hanya bisa mendesah pasrah.
"Huh.. Lalu untuk apa kamu datang kesini? "
"Aku kebetulan berada di dekat sini dan sepertinya kamu belum makan juga, jadi aku membelikanmu ini?" ucapnya sambil menyodorkan bungkusan kantong plastik yang sedari tadi ia pegang. Lalu dia menyandarkan dirinya di dekat jendela dengan posisi kedua tangannya dimasukkan kedalam saku.
"Ini..?" Azra memperlihatkan wajah bingung.
"Itu makan malam untukmu! makanlah mumpung masih hangat!" ucap Alman.
"Hah? kamu datang kesini hanya untuk membawakanku ini?" kata Azra sambil mengangkat bungkusan itu.
"Tidak aku hanya kebetulan lewat saja."
"Tapi sepertinya ini sedikit berlebihan untuk seseorang yang baru kau kenal!" protes Azra. Alman hanya menanggapi Azra dengan biasa-biasa saja dengan berbagai pertanyaan yang tidak ada habis-habisnya dari Azra.
Akhirnya Azra berhenti berdebat dengan Alman, menurutnya itu adalah hal yang sia-sia. Alman tidak akan berhenti untuk membalas setiap perkataannya.
Akhirnya dia memilih untuk memakan makanan yang di bawakan Alman untuknya, tepat saat Azra ingin memasukan suapan pertama ke mulutnya, ponselnya berbunyi. Dia meletakkan kembali makanan itu dan segerah meraih ponselnya.
Alman yang sedari tadi memperhatikan Azra segera mengerutkan keningnya saat ponsel Azra berbunyi.
"Ada apa Dhyan? tumben jam segini kamu nelpon?"
"Apa?"
"Dimana kamu sekarang?"
"Baiklah tetap bersembunyi dan tunggu aku datang!" setelah menerima sebuah panggilan wajah Azra berubah pucat.
"Ada apa?"
"Dhyan dalam bahaya sekarang, aku harus segera menolongnya!" Jawab Azra panik, dia segera mengambil jaketnya.
"Bahaya?"
"Seseorang berusaha menculiknya dan dia sedang bersembunyi didalam cafe D'star sekarang." jawab Azra singkat.
Azra sempat mengetahui bahwa Cafe D'star memiliki saingan, saingannya berada tepat bersebelahan dengan Cafe D'star. Itu adalah Cafe Pluto.
Pemilik Cafe Pluto adalah orang yang memiliki sifat yang licik, dari awal Cafe D'star buka dia sudah menggunakan cara-cara curang untuk menjatuhkan Cafe D'star, jika bukan karena keahlian Radit yang terus memgembangkan dan membuat Cafe D'star diketahui banyak orang, maka dari dulu Cafe D'star sudah bangkrut. Azra meyakini bahwa orang jahat yang sedang berusaha menculik Dhyan adalah orang suruhan dari pemilik Cafe Pluto, karena sebelumnya hal itu perna terjadi dan jika bukan karena tindakan cepat Radit maka entah apa yang akan terjadi pada Dhyan waktu itu.
Setelah Azra mengetahui kejadian itu dia sangat murka dan memberikan perhitungan pada pemilik Cafe Pluto yang terkenal suka bermain perempuan. Tentu saja Azra tidak memperlihatkan identitasnya, dengan menggunakan sebuah topeng dia menyiksa si pemilik Cafe Pluto dan membuatnya berjanji untuk tidak perna mengganggu maupun mempersulit Cafe D'star lagi mulai saat itu. Tapi sepertinya sekarang pemilik Cafe Pluto mulai melanggar janjinya dan tidak menghiraukan ancaman Azra. Pikiran Azra sekarang benar-benar berkecamuk memikirkannya.
"Aku ikut denganmu!"
"Untuk apa kau ikut, ini bukan urusan mu!" Azra bersih keras menolak bantuan Alman.
"kalian berdua hanyalah seorang perempuan, apa yang bisa kalian lakukan untuk menghadapi para orang-orang jahat itu?!" Alman melangkah keluar dari pintu terlebih dahulu, tanpa memperdulikan penolakan yang diberikan oleh Azra.
Azra :"...." bukannya Azra tak mampu menghadapi para penjahat itu, hanya saja dia tak akan bisa menggunakan kekuatannya jika Alman berada di sana.
"Ayo cepat! tunggu apa lagi?" teriak Alman dari depan, dia mengendarai Honda RC213V-S berwarna merah yang versi notabennya merupakan motor balap. Alhasil pemilik Saat ini Honda RC213V-S bisa dihitung dalam hitungan jari. Mungkin karena harganya sangat mahal sebanding dengan satu set mobil sport mewah, sehingga jarang sekali orang yang dapat memilikinya. Alman yang terlihat mengendarainya dengan penampilannya yang sekarang membuat setiap wanita yang melihatnya akan berteriak histeris.
mendengar panggilan Alman mau tidak mau dia tidak punya pilihan lain selain mengikutinya, lagi pula Alman memiliki motor yang bisa mereka pakai untuk langsung ke Cafe D'star.
Azra segera naik ke atas motor, rasanya sedikit canggung bagi Azra, ini adalah pertama kalinya dia menumpangi motor seorang pria. Tanpa aba-aba Alman langsung menancap gasnya membuat Azra hampir terjatuh dan memeluk Alman dengan erat, dari balik helm terlihat jelas sebuah senyuman terukir di bibir Alman.
Beberapa menit kemudian setelah Azra memberi petunjuk dimana lokasi Cafe D'star berada, mereka akhirnya sampai. Dari luar Alman dan Azra tak mampu melihat situasi di dalam Cafe D'star, susananya benar-benar gelap.
Secara perlahan dan hati-hati Azra melangkah masuk kedalam Cafe dan di ikuti oleh Alman dari belakang, saat mereka berada di depan pintu Alman menggapai tangan Azra dan memberi tahu bahwa dia yang akan masuk terlebih dahulu. Setelah berpikir beberapa saat Azra akhirnya mengangguk dan membiarkan Alman untuk melangkah masuk duluan.
Setelah mereka masuk kedalam, suasananya benar-benar gelap. Dengan tetap mngendap-endap mereka berjalan tanpa mengeluarkan suara. Tanpa mereka sadari sebuah bayangan melangkah dari arah belakang mereka, tak bersuara namun memberikan rasa merinding pada bulu kuduk.