Télécharger l’application
44.61% Rumah Tanpa Cinta / Chapter 87: Kesempatan Kedua

Chapitre 87: Kesempatan Kedua

Kampus

"Anika!" Anika kaget setengah mati. Suara nyaring Ruby menggema di ruangan, membuat orang-orang menengok ke arahnya. Anika mengangkat wajahnya yang menunduk, lalu memaksa tersenyum.

Anika mendapati Satya di pojok ruangan. Tadi pagi dia tak dijemput pemuda itu. Dia beralasan menggunakan mobil Om Sultan mulai hari itu sehingga Satya tak perlu repot-repot lagi menjemputnya setiap hari.

Om Sultan sempat mengompres pipi Anika yang sekarang tampak lebam. Anika harus memperketat pengawasan pada Elisa, tak boleh lengah pada keluarga Hilmar.

"Kau habis ditonjok siapa?" Lukas, bertanya dari ujung sana.

Anika tahu apa yang diperhatikan teman-temannya. Pipinya yang memerah dan lebam di sudut bibir. Itu akibat perbuatan kasar Tante Luna.

Tiba-tiba Anika merasa tangannya ditarik. Tangan kokoh yang membuat hatinya berdesir. Anika berjalan menunduk. Syal yang dia gunakan hari itu ditutupkan ke depan pipi sehingga dia terlihat sedang sakit gigi.

Satya meregangkan pegangannya pada tangan Anika, mengajak 

duduk di kantin yang saat itu sepi karena jam kuliah sedang berlangsung.

Satya mengamati wajah Anika. Apa yang terjadi pada gadis itu kemarin? Kenapa tiba-tiba pagi itu wajahnya lebam?

"Kamu ngapain kemarin?" 

Anika membiarkan syalnya terjatuh, agar Satya mengamati wajahnya yang memar.

"Kamu habis ngapain?" Kali ini suara Satya terdengar lebih lembut. Dia menyentuh dagu Anika, mengangkat wajah gadis yang masih diam itu dengan lembut, menggerakkan ke kanan dan ke kiri, memastikan tak ada lagi luka di wajh Anika.

Anika menahan tangan Satya yang mengangkat dagunya, malas berbicara, apalagi harus menjelaskan kisah panjangnya pada Satya. Dia juga sudah bertekad, tak akan melibatkan siapa pun dalam masalahnya.

Sekilas Anika menangkap Elisa yang mengamatinya dari kejauhan. Dia menoleh secara mendadak, menatap tajam ke arah gadis itu. Elisa langsung menunduk dan pergi. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu padanya.

"Anika, jawab dong!"

Anika memutar bola mata, jengah karena sikap Satya yang mulai membuat kupu-kupu dalam hatinya kembali beterbangan. Kemarin Satya meninggalkannya demi Tina. Dia kecewa, tapi tetap berharap.

"Anika, jawab dong!"

Anika mengangkat alis. "Jawab apa? Aku harus jawab apa, Satya?!" 

Anika membuka mulut, tak bisa menahan emosi yang bergejolak. Kalau saja dia tak sadar itu di kampus dia bisa menampar Satya. Anika hanya ingin kepastian hubungan mereka. Itu saja.

Satya menegang saat menyadari Anika kesal padanya. Apa Anika marah karena dia meninggalkannya kemarin untuk menemui Tina?

"Aku khawatir sama kamu."

"Kemarin kamu nggak khawatir sama aku?" ucap Anika kesal.

Satya menghela napas. "Sorry karena aku ninggalin kamu gitu aja."

Anika berdecak. "Sorry?"

"Kalau aku yang bimbang, kamu gimana? Kalau aku lebih milih jalan sama Devan, kamu gimana? Jawab, Satya!" ucap Anika dingin.

Satya mengepal kuat. "Sorry."

Anika menggeleng. "Udahlah, dia udah kembali dan udah sepatutnya kamu balik sama dia."

Anika menatap Satya dengan kesal, tak melihat kemungkinan Satya akan mempertahankannya. Baiklah, apa pemuda itu memang royal melontarkan kata sayangnya seperti waktu itu? Apa kata itu tidak menjelaskan perasaannya?

Satya menggenggam tangan Anika erat. "Anika... aku minta maaf dan… kasih aku kesempatan satu kali lagi."

Anika berdecak, melirik Satya, tak tega pada wajah yang penuh rasa bersalah itu. Dia hanya ingin pemuda itu mengerti bahwa Anika menyayangi Satya, lebih daripada apa pun. Dia ingin menegaskan bahwa Satya berhasil merebut hatinya.

Satya berjongkok di depan Anika, menggenggam kedua tangan Anika, dan berkata dengan tulus. "Sekali lagi saja."

Tak beberapa lama, Anika mengangguk setuju. Dia benci saat dia tak bisa marah kepada Satya. Dia benci saat dirinya selalu lemah di hadapan pemuda itu. Tapi, bukankah sepantasnya kita mempertahankan orang yang kita sayangi? Termasuk memberi kesempatan kepadanya.

Satya berdiri menghadap Anika, menggenggam tangan kanan gadis itu, kemudian mengecupnya sekilas. "Makasih ya. Aku sayang kamu."

Kalimat spontan Satya membuat Anika kembali terbuai, meski belum ada kejelasan status hubungan mereka. Status yang seharusnya diberikan Satya untuknya.

To Be Continued


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C87
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous