Télécharger l’application
96% Rumah Bekas Pembunuhan / Chapter 24: 24. Harus Pergi

Chapitre 24: 24. Harus Pergi

Saat itu Amira langsung pergi ke kamarnya dan menangis disana.

Amira : "Heu..heu..heu.. kenapa nasib keluargaku harus seperti ini?:( Nasibku juga sangat menyedihkan, orang yang aku sukai ternyata sudah berbeda dunia denganku, padahal aku sangat mencintainya"

Tiba tiba Rey muncul di hadapan nya...

Amira : "Rey?"

Rey tersenyum pada Amira

Amira : "Rey, kau..."

Rey : "Amira, aku pamit pergi"

Amira : "P....Pergi?"

Rey : "Iya, aku rasa.... semuanya sudah selesai"

Amira : "Tapi bagaimana dengan perasaan ku Rey? aku mencintaimu:("

Rey : "Dengar, perasaanmu tidak salah, waktu yang salah, mempertemukan kita di waktu yang tidak tepat:)"

Amira : "Kau benar, waktu yang salah! Kenapa kita harus bertemu disaat dunia kita sudah berbeda?:("

Rey : "Semua sudah ada yang mengatur, maafkan aku... seharusnya aku memberi tahumu dari sejak awal"

Amira : "Kau sudah melakukan hal yang benar, jika saat itu kau memberi tahuku siapa kau sebenarnya, mungkin aku tidak ingin berteman denganmu"

Rey : "(Tersenyum) Apa kalian akan pergi dari rumah ini?"

Amira : "Yaa, kami akan pergi Rey"

Rey : "Sekarang rumah ini sudah aman, kenapa kalian ingin pergi?"

Amira : "Aku juga berpikir seperti itu, tapi Ayah ingin pergi darisini Rey"

Rey : "Aku mengerti bagaimana perasaan Ayahmu, rumah ini adalah petaka bagi Ayahmu"

Amira : "Iya Rey, mungkin seperti itu"

Rey : "Aku ingin kau dan keluargamu tetap disini Mir, tetap tinggal di rumah ini, merawat rumah ini dengan baik dan membuat rumah ini ceria kembali seperti dulu"

Amira : "A..Apa?"

Rey : "Jika kau bisa memberi tahu Ayahmu, tolong ... lakukan keinginan ku:) Aku janji, ini permintaan terakhir ku sama kamu Mir"

Amira : "Akan aku usahakan:)"

Rey : "Terima kasih"

Amira : "Rey... Jangan pergi:("

Rey : "Mira, sudah bertahun tahun lamanya aku masih berada disini, aku harus pergi, apa kau bisa membantuku untuk pergi ? Jangan membuatku sulit untuk pergi karena kesedihan mu"

Amira : "B....baiklah... aku ikhlas"

Rey : "(Tersenyum) Aku sangat senang bisa bertemu denganmu Mir"

Amira : "Aku juga senang bisa bertemu denganmu Rey:')"

Rey : "Aku pergi, selamat tinggal:)"

Amira menganggukan kepalanya sambil melambai kan tangan pada Rey. Perlahan... tubuh Rey semakin menghilang, menghilang, dan menghilang untuk selamanya.

Amira : "Rasanya memang berat Rey, tapi aku ikhlas:') Semoga kau bahagia disana"

Keesokan harinya...

Pagi itu Amira terlihat sedang melamun dan duduk di ruang tengah.

Riki : "Amira, kau bangun pagi sekali"

Amira hanya tersenyum.

Riki : "Ada apa Mir?"

Amira : "Kak, aku..."

Ayah : "Akhirnya hari ini kita akan pulang" ujar Ayah semangat

Amira : "A...ayah..."

Ayah : "Ada apa?"

Amira : "Aku ingin membicarakan sesuatu pada Ayah"

Ayah : "Langsung saja, ada apa?"

Amira : "Rey.. dia... dia ingin kita tetap tinggal di rumah ini"

Ayah : "Apa?!"

Amira : "Aku tahu Ayah sangat ingin pergi meninggalkan rumah ini, tapi... Rey ingin kita tetap disini"

Ayah : "Alasannya?"

Amira : "Aku pikir... Rey benar, lebih baik kita disini saja Ayah. Makam Ibu, Kak Bayu dan Aini ada di belakang rumah ini, aku ingin tetap dekat dengan mereka Yah, ziarahpun kita tidak akan jauh kan? Jadi... apa sebaiknya kita disini saja?"

Ayah terdiam saat mendengar alasan Amira.

Riki : "Yang di katakan Amira benar Ayah, kita tetap disini saja, lagian... sekarang rumah ini sudah tidak ada apa apa lagi, rumah ini sudah aman"

Amira : "Aku tahu Ayah masih trauma dengan semua yang terjadi, dan ayah menganggap rumah ini sebagai petaka bagi keluarga kita, tapi... apa salahnya jika kita tetap tinggal disini? Kita mulai semua nya dari awal disini"

Ayah : "Apa kalian yakin?"

Amira : "Aku yakin"

Riki : "Sebenarnya aku juga ingin tetap disini Yah, dan aku setuju jika kita tetap tinggal disini"

Mona : "Aku juga ingin tetap disini, biar kita selalu dekat dengan Ibu, Kak Bayu dan juga Kak Aini" ujar Mona yang tiba tiba datang

Ayah : "Jika memang kalian ingin tetap disini, baiklah"

Amira : "S...serius Yah?"

Ayah tersenyum dan mengangguk.

Amira : "Yeeaaayy.... terima kasih Yah" ujarnya sambil memeluk Ayah


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C24
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous