Kang Dae Jung menghela napas panjang. Selama hampir 200 tahun ia tersiksa dalam neraka lapis ke-7. Dimana, setiap roh di berikan tubuh yang baru, sehingga rohnya akan merasakan siksaan yang teramat berat. Namun,meskipun sudah merasakan kesakitan yang luar biasa mereka tidak akan mati karena memang mereka pada dasarnya hanyalah arwah. Roh yang sedang menjalani siksaan.
"Selama 7 kehidupan, aku selalu terlahir dalam keluarga yang hina dan miskin. Aku sudah berusaha untuk mencari nafkah yang halal. Namun, aku selalu di hadapkan pada ketidakadilan. Seringkali aku berdoa dan meminta pada para dewa dan dewi di kahyangan. Namun, sepertinya doaku hanya membentur dinding ruang hampa," ujar Dae Jung.
888, 222 dan 442 duduk diam sambil mendengar curahan hati Dae Jung. Meskipun mereka bisa melihat kilas balik kehidupan sesorang, namun mereka tidak dapat menyelami isi hati. Karena itu, mereka dengan sabar mendengarkan segala keluh kesah Dae Jung.
"200 tahun yang lalu, aku meminta kepada raja neraka. Aku bersedia untuk menerima hukumanku dengan ikhlas, hanya saja aku ingin tau bagaimana kehidupan putriku Kang Xiang Lee. Ternyata, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan dapat bekerja di istana Kaisar. Dan,mengasuh putra mahkota Kaisar yang bernama Lee. Setelah itu, aku tidak pernah menanyakan lagi bagaimana kehidupan anak cucu keturunanku lagi. Sampai raja neraka mengatakan kepada kami semua bahwa 30 di antara kami akan mendapatkan pengampunan dari raja langit dan menjalani kehidupan ke-8 sebagai kehidupan penuh berkat. Penghapus dosa dan kesempatan untuk kami mendapatkan balasan atas karma baik yang pernah kami lakukan di 7 kehidupan kami."
888 termenung, rupanya ada misi tersendiri dalam tugas yang harus ia jalani ini. "Bagaimana perasaanmu saat aku datang dan memilihmu?"
"Aku hanya bisa bersyukur. Artinya, aku bisa mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki segala kesalahanku di masa lalu."
"Kita akan menemui Dewi Keadilan kalau begitu. Karena hanya beliau yang bisa menyelamatkan dirimu. Dan, membuatmu bisa menjalani reinkarnasi. Jika tidak, kau akan di hukum dengan hukuman yang lebih berat lagi."
"Tapi, dimana kita akan mencari saksi bagi Dae Jung? Harus ada satu saksi yang dapat membela Dae Jung di hadapan dewi Zhengyi," ujar 222. Untuk beberapa saat, 888 nampak berpikir.
Apa yang 222 katakan benar. Tidak mungkin jika mereka berangkat tanpa menghadirkan saksi. "Ah, aku tau, Liu Wen. Dia adalah tetanggamu bukan? Dia pasti tau apa saja yang kau lakukan? Apa dulu kau sempat menceritakan kepadanya alasanmu menghabisi nyawa banyak orang?" tanya 888. Kang Dae Jung menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku sempat bercerita kepadanya saat kami dalam perjalanan menuju desa tetangga," jawab Dae Jung.
888 menatap 222 dan 442. "Kalian berangkat duluan menuju istana dewi Zhengyi. Aku akan menemui dewa Jug Eun terlebih dahulu," kata 888.
"Buat apa kau menemui dewa kematian 888?"
"Aku harus bertanya kepadanya dimana Liu Wen sekarang. Reinkarnasi menjadi siapa dan dimana. Jika dia masih di kehidupan dunia dan menjadi manusia kita bisa meminjam jiwanya dalam mimpi. Jika dia berada di neraka atau di manapun aku akan mencarinya terlebih dahulu. Mintakan waktu pada dewi Zhengyi."
222 menghela napas panjang. "Tapi, ingatlah satu hal, dua jam di istana dewi Zhengyi sama dengan berada 2 pekan di alam yang lain," kata 442 mengingatkan. 888 hanya menjawab dengan anggukan.
222 dan 442 pun segera berangkat bersama Dae Jung menuju istana dewi Zhengyi. Istana dewi Zhengyi berada di antara perbatasan antara dunia dan kahyangan. Yaitu di lapisan langit pertama.
Istana dewi Zhegyi tampak indah dari kejauhan. Dengan langkah mantap, mereka bertiga pun melangkah mendekati istana. Tepat di gerbang istana, mereka di hadang oleh dua orang prajurit yang menampakkan wajah dingin.
"Siapa kalian? Dan mau apa kalian datang ke istana yang mulia dewi Zhengyi?!"hardik salah seorang dari mereka. 222 mendekat lalu membungkuk memberi hormat.
"Kami adalah malaikat maut 222 Daek Wo dan 442 Ye Jin. Kami membawa jiwa untuk menghadap dewi keadilan Zhengyi untuk mendapat keadilan," jawab 222.
"Lalu, di mana malaikat maut 888 Kim Young Joo?" tanya salah satu pengawal.
222 dan 442 saling berpandangan. Ah, dewi Zhengyi pasti sudah tau mereka akan datang.
"888 akan menyusul kemari, ia sedang dalam perjalanan untuk menemui dewa kematian Jug Eun," jawab 422. Kedua pengawal itu saling berpandangan. Namun, salah seorang dari mereka memberikan isyarat untuk segera masuk dan mengikuti langkahnya.
442 dan 222 segera mendampingi Dae Jung untuk masuk. Pengawal segera membawa mereka ke ruang singgasana dewi Zhengyi. Dewi Zhengyi adalah salah satu dewi yang berparas sangat cantik. Ia pandai memainkan alat musik kecapi. Selain itu, sang dewi sangat menyukai sastra dan puisi. Sehingga ia bahkan memiliki seorang sastrawan yang setiap hari harus menciptakan satu puisi untuk di bacakan di hadapannya.
Saat mereka memasuki ruangan, dewi Zhengyi tengah duduk mendengarkan puisi yang di bawakan oleh seorang sastrawan. Tidak ada satupun yang berani mengganggu keasyikan sang dewi. Namun, saat melihat kedatangan mereka, dewi Zhengyi memberi isyarat kepada sastrawan nya untuk berhenti membacakan puisinya.
"Kita lanjutkan nanti, aku kedatangan tamu," ujar dewi Zhengyi.
442 dan 222 pun lekas berlutut dan memberi hormat.
"Salam yang mulai dewi," ujar mereka serempak. Dewi Zhengyi tersenyum ramah menampakkan lesung pipinya yang menawan dan menambah kecantikannya.
"Seharusnya kalian berempat bukan? Kemana Kim Young Jo, Daek Wo?" tanyanya.
"Malaikat maut 888, Kim Young Jo akan segera menyusul. Dia sedang menemui dewa Jug Eun. Kim Young Jo meminta sedikit waktu kepada sang dewi," jawab 222. Dewi Zhengyi menyunggingkan senyumannya kembali.
Mata indahnya menatap Kang Dae Jung dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kang Dae Jung, roh pertama yang di pilih oleh 888. Hmmm... baiklah, aku akan menunggu malaikat maut 888 datang. Namun, kau harus memainkan kecapi untukku, bagaimana, Dae Jung? Apa kau bersedia?"
442 dan 222 tersentak kaget. Mereka saling berpandangan, bagaimana mungkin Dae Jung bisa bermain kecapi. Namun, di luar dugaan, Kang Dae Jung mengangguk.
"Baik, yang mulia dewi. Tapi, hamba mohon maaf apabila permainan hamba tidak seindah permainan sang dewi," jawab Kang Dae Jung lirih. Dewi Zhengyi tersenyum manis, ia langsung memberi isyarat kepada kedua dayang- sayangnya untuk mengambilkan kecapi miliknya.
Tak lama kemudian, dayang dewi Zhengyi datang dengan membawa kecapi emas milik dewi Zhengyi. Dayang- dayang itu langsung meletakkan kecapi emas itu di hadapan Kang Dae Jung.
"Mainkanlah untukku sekarang," pinta dewi Zhengyi.
Kang Dae Jung menarik napas panjang, ia memejamkan mata sesaat. Lalu, tangannya mulai memetik kecapi. Dan, terdengarlah suara kecapi yang begitu indah menggema di seluruh penjuru ruangan. Kang Dae Jung memainkannya dengan penuh penghayatan dan perasaan. Membuat dewi Zhengyi tersenyum puas.