Kang Dae Jung nampak sumringah. Ia begitu bahagia, 200 tahun menjalani hukuman dengan berat. Setiap detik tersiksa dalam panasnya lahar dalam bejana. Setiap kali ia sakit, ia akan kembali di pulihkan, namun setelah pulih, ia akan kembali menjalani hukuman yang begitu berat. Hanya kemurahan raja langit yang membuatnya bisa kembali menikmati indahnya dunia.
Mereka telah keluar dari istana dewi Zhengyi dan langsung menuju bukit kematian. Dari sana nanti mereka akan reinkarnasi bersama- sama. Di kaki bukit kematian tiba-tiba saja 888 terjatuh. Membuat 442 dan yang lainnya terkejut setengah mati.
"Ada apa, 888?" tanya 442 yang langsung menopang 888 dan membantunya untuk duduk.
"Entahlah, aku merasakan seluruh tubuhku lelah seketika. Biasanya, aku tidak pernah seperti ini," ujar 888.
"Kita beristirahat saja dulu di sini. Rasanya memang lelah sekali," ujar 222.
Mereka pun duduk di bawah sebuah pohon besar yang cukup rindang. Perlahan Kim Young Jo membaringkan tubuhnya di atas rumput yang hijau di bawah pohon besar itu. Sebenarnya puncak bukit tinggal sedikit lagi bisa mereka capai. Namun, mereka tidak mau mengambil resiko.
"Aku tau apa penyebab nya," ujar 222 tiba-tiba.
"Apa?"
"Kau terlalu sering memakai teleportasi dan jarak yang kau tempuh cukup jauh. Itu yang menyebabkan energimu terkuras, 888," ujar 222.
"Ya, mungkin saja. Biarkan aku beristirahat sebentar saja. Setelah itu, kita akan menghadap dewa Jug Eun."
Dae Jung dan Liu Wen nampak duduk berdampingan. Mereka saling bercerita, dan beberapa kali Dae Jung menitikkan air matanya saat Liu Wen menceritakan tentang putrinya Kang Xiang Le.
"Xiang berhasil mengikuti ujian untuk menjadi kepala datang di istana raja Chou. Dan, akhirnya setelah ia berhasil ia kemudian di percaya untuk menjadi datang pribadi pangeran Lee, sang putra mahkota," cerita Liu Wen.
Dae Jung menghela napas panjang ia menoleh ke arah 888 dan kedua malaikat maut lainnya.
"Apakah kalian bisa melihat dimana putriku sekarang berada?" tanya Dae Jung. 888 mengangguk, "Bisa saja, tapi untuk apa?"
"Aku hanya sekedar ingin memastikan bahwa dia baik- baik saja. Aku tidak tau, saat menjadi putriku kehidupannya yang ke berapa. Tapi, setidaknya aku tau, bahwa sekarang ia baik- baik saja. Dan sedang hidup bahagia," ujar Dae Jung.
Malaikat maut 888 bangkit dari posisinya berbaring dan duduk bersandar pada batang pohon. Di keluarkannya perkamen yang di berikan oleh dewa Jug Eun. Ia lalu menuliskan nama Kang Xiang Lee di atas perkamen itu. Kemudian mengetuknya tiga kali. Melihat tulisan yang muncul di atas perkamen itu membuat 888 tersenyum.
"Saat menjadi putrimu adalah kehidupan Kang Xiang Lee yang ke-4. Dan, sekarang ia ada di dunia ini. Dan, kehidupannya kali ini adalah kehidupan terakhir baginya. Namun, kau tidak perlu khawatir. Kang Xiang Lee baik- baik saja. Bahkan ia saat ini sedang menempuh pendidikan S2 nya sebagai seorang dokter di luar negeri."
Kang Dae Jung menghela napas lega. "Syukurlah kalau begitu. Terimakasih banyak, malaikat maut 888," ujar Dae Jung. Kim Young Jo kembali membaringkan tubuhnya. Ia merasa betul-betul lelah.
Namun, saat ia ingin memejamkan mata, tiba-tiba nampak pusaran angin mendekat ke arah mereka. 442 dan 222 langsung berdiri dan memasang sikap siaga. Namun, ternyata mereka bisa menghela napas dengan lega saat melihat siapa yang datang.
888 yang dalam kondisi lemah pun, memaksakan diri untuk berdiri.
"Malaikat maut 888, Kim Young Jo. Kau kelihatan kehilangan banyak sekali energi," ujar wanita cantik yang baru datang itu. Dialah dewi Zhen Zi sang dewi penyembuhan.
"Kau tidak perlu bangkit dan memberi hormat, Kim Young Jo. Ah, ini pasti akibat kau berada dalam ruang dan dimensi waktu yang berbeda-beda dalam tempo yang cepat. Dan juga kau berteleportasi dengan jarak yang cukup jauh," ujar Dewi Zhen Zi. Perlahan ia menghampiri 888 kemudian meraih tangannya.
"Apa kau tau alasan raja langit memberimu waktu 10 tahun?" tanya dewi Zhen Zi yang di jawab dengan gelengan kepala.
Dewi Zhen Zi mendengus sebal, "Itu supaya kau menjalankan tugas tanpa tergesa-gesa. Apa kau mau rohmu hancur, hilang tak berbekas? Wuuus wuus seperti daun terbawa angin?" gerutu dewi Zhen Zi. 888 menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Tentu saja tidak, yang mulia," jawabnya.
"Baiklah, aku akan membantumu. Kau bawa ini, ini adalah obat untuk memulihkan kekuatanmu. Jangan kau habiskan. Cukup setengah dari botol ini saja. Dalam waktu 2 hari, air dalam botol itu akan terisi sendiri. Tidak akan habis sampai tugasmu selesai. Kau harus ingat satu hal, Kim Young Jo. Dunia di atas kahyangan dengan dunia ini memiliki waktu yang berbeda. Begitu pula di bawah, di neraka sana. Jadi, kau harus pandai berhitung. Jangan kau paksakan tubuhmu. Kau dapat beristirahat sejenak sebelum melanjutkan tugasmu selanjutnya. Nah, sekarang duduklah. Akan aku salurkan dulu tenagaku kepadamu supaya kau dapat pulih kembali."
888 duduk bersila, dewi Zhen Zi pun duduk bersila di hadapan 888. Perlahan ia menyalurkan hawa hangat ke dalam tubuh 888. Kemudian, hanya dalam waktu 5 menit, ia merasakan tenaganya pulih kembali.
Terimakasih banyak yang mulia. Yang mulia sudah berkenan menolongku," ujar 888. Dewi Zhen Zi hanya tersenyum lembut. Kemudian dia memberikan juga beberapa pil dalam kotak kecil kepada 888.
"Simpanlah obat yang kuberikan ini. Untuk berjaga-jaga. Nah, sekarang kalian bisa meneruskan perjalanan. Ingat, jangan terlalu memporsir kekuatanmu. Mungkin awalnya mudah. Tapi, saat- saat terakhir kau akan membutuhkan tenagamu yang besar. Baiklah, aku pamit," ujar dewi Zhen Zi. Tanpa mereka sempat memberi salam, sang Dewi sudah menghilang ke dalam pusaran angin miliknya.
Merasa tubuhnya telah kembali segar, 888 pun mengajak mereka langsung naik ke bukit kematian. Sesampainya di pintu gerbang, mereka pun langsung di antarkan asuk ke dalam menemui dewa Jug Eun. Sang dewa nampak sedang membuat dua cangkir teh dan meletakkannya di atas meja.
"Kang Dae Jung dan Liu Wen, kita bertemu kembali. Duduklah, kalian berdua," ujar dewa Jug Eun.
Kang Dae Jung dan Liu Wen langsung duduk di hadapan dewa Jug Eun.
"Liu Wen, 180 tahun lalu kau menolak untuk reinkarnasi dan memilih untuk tinggal di Jaengwol. Apa sekarang kau sudah siap menjalani kehidupan terakhirmu sebagai manusia?" tanya Jug Eun. Liu Wen mengangguk, "Saya siap," jawabnya.
"Kang Dae Jung, ini juga adalah bonus untukmu. Pergunakanlah kehidupanmu dengan sebaik-baiknya. Saat nanti kalian bertemu denganku, aku ingin sekali mengantar kalian ke kahyangan. Bukan ke tempat tinggal raja neraka. Jadi, hiduplah dengan baik. Minumlah teh itu terlebih dahulu, kalian akan melupakan semua kisah kalian di masa lalu. Dan menjalani hidup yang baik di masa depan."
Kang Dae Jung dan Liu Wen pun mengangguk dan meminum teh yang sudah di siapkan oleh dewa Jug Eun. Setelah itu, 888 dan 222 mengantarkan mereka masuk ke pintu lain di ruangan itu. Saat di buka pintu itu nampak bercahaya terang. Di ujung pintu itulah kelahiran mereka menanti.