“Yah, nggak tidur dulu?” tanyaku saat sudah didekatnya.
Mas Ubay sedang duduk tanpa melakukan apa-apa. Sinyal saja susah, percuma jika harus memegang gawai.
“Belum ngantuk, Nda. Sana Bunda tidur dulu.” Dia justru memerintahku.
“Sama, aku juga belum ngantuk, Yah.” Aku duduk di sebelahnya.
“Arsya sudah tidur, Nda?”
“Sudah. Tadinya minta ke sini, tapi tetap saja kuajak tidur.”
Mas Ubay manggut-manggut tanpa mengucapkan kalimat lain.
“Yah, kuncinya sudah dibawa?” tanyaku sangat lirih.
“Udah,” jawab mas Ubay sama lirihnya seperti suaraku.
Kini giliranku menganggukkan kepala beberapa kali.
Srek!
Tirai pembatas ruang tamu dan ruang belakang tersibak. Ibu muncul dari sana.
“Kenapa kalian belum tidur? Belum ngantuk?” tanya ibu.
Aku melihat mas Ubay bermaksud agar dia saja yang menjawab pertanyaan dari ibu.
“Belum, Bu. Kenapa Ibu belum tidur juga?” Mas Ubay menjawab pertanyaan tersebut.
“Ibu belum ngantuk. Biasanya tidur jam sebelasan.”