Télécharger l’application
71.79% Please, Love Me.. / Chapter 112: Usaha Dariel

Chapitre 112: Usaha Dariel

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca bab ini.

Dariel dan Ara baru saja sampai di kediaman Kenan. Kini keduanya mulai berjalan masuk ke dalam rumah megah yang terlihat sepi.

"Kris....." Teriak Ara saya melihat adik kecilnya bermain bersama Jay dan Kay namun dia hanya diam dan segera naik kepangkuan Kay.

"Kok gitu?ini kakak sayang..." Ara mendekat sementara Dariel menyalami Kenan dan Jesica.

"Kris itu kak Ara.." Kay memberitahu.

"Kaget kali, rambut kakak beda jadi ga tahu siapa."

"Rambut cuman dipotong dikit dad..." Ara kini menghampiri Kenan dan memeluknya.

"Kakak Gimana kabarnya?" Kenan dengan hangat menyambut kedatangan anak perempuan.

"Baik-baik aja. Daddy sama mommy?"

"Baik-baik juga. Daddy Kangen." Kenan mencium Ara sebelum akhirnya melepaskan pelukannya.

"Mommy...." Ara berganti memeluk ibunya.

"Gimana jadi istri? seru?."

"Susah.."

"Kok susah?."

"Harus bangun lebih pagi terus."

"Belum nanti kalo punya anak gimana? ga akan bisa tidur." Jesica ikut mencium Ara seperti yang dilakukan Kenan lalu melepaskan pelukannya. Belum juga duduk Jay langsung merentangkan tangannya.

"Kamu ngapain?."

"Aku juga pingin dipeluk." Pinta Jay membuat Ara cengegesan namun dia segera melakukan permintaan Jay.

"Aku kangen kakak, kakak jahat ga kesini-kesini."

"Iya maaf, suara kamu makin gede aja...puber lagi kamu?."

"Engga, biasa aja." Jay langsung berdehem. Ara melepaskan pelukannya lalu melihat ke arah Kay dan juga Kris.

"Kamu ga mau minta dipeluk juga?"

"Engga."

"Abang Kay padahal yang nanyain kakak..." Sindir Kenan.

"Iya dad?Udah ngerasa sepi ya ga ada kakak?."

"Ya udah sini kalo mau peluk ga usah ngeledek."

"Dasar gengsian." Ara memeluk Kay pelan karena tahu ada Kris dalam gendongannya sementara Kay membalas pelukan itu dengan satu tangannya.

"Apa kak Dariel bikin kakak sedih?." bisik Kay pelan.

"Engga, kak Dariel bikin kakak seneng."

"Pantes kakak ga pernah pulang."

"Kamu nginep kesana, jangan nunggu kakak datang."

"Hm.." Kay melepaskan pelukannya.

"Ka....kak..." Kris berbicara sambil menunjuk ke arah Ara.

"Kris udah bisa ngomong mom?."

"Udah sedikit-sedikit."

"Sini kakak gendong." Ara segera meraih Kris dari gendongan Kay dan kali ini Kris mau.

***

Baju yang dikenakan Dariel dan Ara tadi sudah tergeletak bebas dilantai sementara keduanya sudah bergelut diatas ranjang dengan begitu panas. Dariel seakan meminta Ara membayar lunas atas perlakuannya tadi pagi di dapur. Kini hanya terdengar erangan nikmat di kamar mereka. Ara meracau tak karuan ketika Dariel memompa sangat cepat. ini nikmat. Dariel juga tak kalah berisik seakan membalas setiap suara desahan Ara yang terdengar menggoda di telinganya. Itu justru membuatnya semakin bergairah dan bersemangat lagi dalam mencumbu Ara. Mata istrinya itu kini terpejam menikmati permainan Dariel, sesekali bibir bawahnya dia gigit karena tak kuat menahan sensasi nikmat bercinta ini. Kedua tangan Ara terbuka lebar disamping kepalanya dan bersembunyi dibawah bantal membuat payudaranya menantang bebas dengan gerakan naik turun seakan mengikuti ritme suaminya. Dariel sendiri sejak tadi tak henti meminta Ara untuk merubah posisinya sesuai yang dia inginkan. Ini merupakan seni bercinta yang membuat Dariel semakin dibuat mabuk kepayang oleh rasa yang dia dapat. Belum lagi dia merasa Ara tahu yang dia inginkan, Ara tahu apa yang dia butuhkan dan itu membuatnya semakin tergila-gila saat diatas ranjang. Dia istri yang bisa melayani suaminya dengan baik.

"Sayang....hhhh...jangan orgasme dulu..." Bisik Dariel kepada Ara. Dia ingin anak perempuan dan dia sudah meriset untuk itu. Dia ingin mencoba caranya hari ini. Maka setiap kali Ara mengatakan ingin keluar Dariel segera merubah posisinya. Kali ini Dariel memiringkan badan Ara setelah itu dia bangkit tepat dibelakang kaki istrinya kemudian dia mulai menancapkan lagi kejantanannya. Tangannya dia letakkan diatas pantat istrinya. Setelah berkali-kali menghujam akhirnya Dariel merasakan sesuatu yang ingin miliknya muntahkan sementara Ara terlihat sudah meremas sprei disampingnya seolah menahan juga pelepasannya.

"Sayang...aku duluan..." Dariel memperingatkan lagi dan tak butuh lama Dariel menyemprotkan cairan cintanya didalam. Menekan-nekan kejantanannya perlahan saat pelepasan itu tiba sementara Ara yang sedikit merasa perih terkadang menahan perut Dariel dengan tangannya agar dia tak terus menekannya. Kini pelepasan Ara pun tiba membuatnya menggelinjang, bergetar diatas tempat tidur. Badannya seketika melemas diikuti lelah akibat bergerak kesana dan kemari. Dariel perlahan-lahan menarik miliknya yang terlihat sangat basah seakan memastikan tak ada satu cairan pun yang tertinggal disana. Dia mengambil bantal untuk dia letakkan dipunggung bawah istrinya

"Ngapain sih yang?"

"Katanya bagus seusai bercinta."

"Duh ada-ada aja kamu."

"Udah turutin ya.." Dariel menghentikan omelan Ara lalu ikut tidur disampingnya.

"Kamu ga suka aku gitu?"

"Ini aku turutin mau kamu gimana, kalo ga suka aku udah tarik nih bantalnya."

"Iya makasih sayang." Dariel mengecup sebentar kening Ara.

"Mommy negur aku."

"Negur apa?"

"Aku ga boleh panggil kamu Dariel."

"Kenapa?"

"Karena kamu suami aku makannya harus agak berubah."

"Terus kamu pingin panggil aku apa?"

"Aku ga tahu. Apa mau aku panggil Mas Dariel?" Ara malah tertawa ketika mengatakannya.

"Oh Abang Dariel..." Ara semakin dibuat geli dengan ucapannya.

"Kenapa sih ketawa?ga ikhlas ya ngomongnya?" Dariel ikut senyum-senyum. Kali ini dia sudah memiringkan badannya dengan satu tangan dikepalanya agar bisa melihat wajah Ara yang semakin cantik sekarang.

"Ya..aneh aja aku panggilnya. Aa Dariel?" Ara seolah menyebutkan segala macam panggilan untuk suaminya. Dariel memainkan rambut Ara sekarang sementara matanya menatap Ara.

"Kamu mau panggil apapun aku terima sayang."

"My hubby?"

"Boleh sayang..."

"Eh Yang, aku baru sadar ada sesuatu dipunggung kamu. Garis panjang gitu, kenapa?"

"Oh itu....aku pernah dicambuk dulu sama bapak, jadi ada bekasnya." Dariel dengan santai sementara Ara mulai sedih mendengarnya.

"Kenapa dia gitu?"

"Waktu itu aku bikin kesalahan tapi aku lupa tepatnya Apa. Oh...aku inget, aku setrikain baju bapak tapi sampe bolong gara-gara aku ngantuk."

"Harusnya kamu laporin waktu itu."

"Aku ga tahu harus ngelaporin gimana, jadi aku biasa aja."

"Mana sini aku liat lagi."

"Udah ga papa kok, ga usah khawatir." Dariel meyakinkan. Itu benar-benar kenangan buruk yang sebenarnya selalu muncul dalam mimpinya saat malam.

"Bener?ga ada rasa sakit?"

"Engga sayang." Dariel segera menundukkan kepalanya mencium bibir Ara.

"Honey...hari ini sekali aja ya. Aku cape dari rumah Daddy."

"Iya sayang..." Dariel mengalah pada Ara. Rasanya sejak menjadi pengantin baru. Pikiran Dariel terus ingin melakukannya tapi dia juga tahu tak baik jika melakukannya terlalu sering.

***To be continue


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C112
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous