"Tuan, apakah kamu membutuhkan jasaku?"
"Aku merindukan kamu …."
"Apakah anda yakin, Tuan? Aku yakin anda akan puas denganku."
"Sayang, aku kembali …."
"Oke."
….
Setiap adegan dalam mimpinya mulai melintas dengan cepat bagaikan gelombang.
Dia berpikir bahwa belas kasihan Tuhan yang terbesar padanya adalah membiarkannya melihat Ning Xi dalam mimpinya.
Kalau ini sebuah mimpi, dia bersedia untuk tidak pernah bangun lagi selamanya.
Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa setelah dia terbangun, semua ini ternyata bukan mimpi …. Ini nyata ….
Ketika dia melihat ekspresi tertegun kakaknya, Lu Jingli berdeham dan membuang muka. "Kak, jangan bertanya padaku, tanyalah padanya!"