Sarah menarik napas pelan, "mama terbawa emosi. Wanita di beri anugrah untuk bisa hamil dan melahirkan. Susah lo mengandung sembilan bulan itu, tapi kenapa masih ada aja yang menyia-nyiakan anak yang udah di lahirkan dengan susah payah. Nyawa taruhannya."
"Emang dasarnya nggak punya hati." Timpal Cia.
Selesai sarapan kedua orangtuanya pergi kerumah besan, ada yang mau di bicarakan katanya. Cia di ajak tapi dia nggak mau sebab udah punya agenda sendiri.
Telponan sama suami.
***
"Saya menang." Cia video call-an sama suaminya. Dhika baru kelar mandi, dia cuma pakek celana pyama doang. Mata Cia ternoda kalau udah liat yang begini.
"Menang apa?" Tanya Dhika yang duduk sambil nyandar di kepala ranjang.
"Bisa nggak pakek baju dulu. Aurat jangan di umbar." Pipi Cia bersemu. Otaknya udah traveling.
"Apa yang saya umbar? Yang lihat cuma kamu. Kalau kamu mau juga bisa lakukan hal yang sama, saya tidak keberatan," ucap Dhika enteng.