Télécharger l’application
42.85% Perjodohan Monarki: Menjadi Istri dari Kaisar Berhati Dingin / Chapter 9: Acara Minum Teh Bersama Utusan Kekaisaran

Chapitre 9: Acara Minum Teh Bersama Utusan Kekaisaran

Dari jauh, Anne bisa melihat ayahnya tengah berbincang dengan seorang lelaki berumur tiga puluhan di meja taman.

Lelaki asing itu memakai seragam hitam dengan hiasan ukir emas di dadanya, dan sebuah jubah merah menutupi sebagian seragamnya dan ujungnya menyentuh lantai. Auranya terlihat formal, elegan, berkelas, tapi santai.

Apakah itu utusan dari kekaisaran? batin Anne, penasaran.

Dulu ia memang seorang psikologi, meski psikolog kriminal. Tetap saja ia tanpa sadar masih suka menganalisis orang lain. Padahal ia juga sudah memutuskan akan pensiun dari hal-hal terkait pekerjaannya di masa lalu.

Ia hanya ingin hidup tenang sepanjang sisa hidupnya di dunia baru itu.

"Oh! Putriku! Kemarilah!" seru sang ayah dengan wajah begitu cerah ke arahnya.

Anne melirik ke arah tamu kekaisaran, lalu membungkuk memberi salam sejenak. Ibunya juga melakukan hal yang sama dengannya di sampingnya, kemudian dengan senyum lebar, Calista menggandeng Anne menuju kursi kursi di meja itu.

"Maaf membuat anda lama menunggu, Perdana Menteri!" ucap Calista selembut mungkin.

Anne hampir terjengkang dari kursinya mendengar perkataan sang ibu, untungnya tangannya mencengkram kuat bagian bawah meja.

Perdana Menteri? Pria ini bukan utusan biasa! pekik Anne dalam hati.

Matanya melirik sang ibu yang tersenyum berbinar dan sesekali tertawa kecil malu-malu.

Ada yang aneh! Kenapa seorang Perdana Menteri datang jauh-jauh dari istana kekaisaran hanya untuk melakukan kunjungan rutin pada bangsawan seperti mereka? Bukankah masih ada Grand

Duke lainnya yang lebih besar wilayah kekuasaannya untuk lebih diperhatikan?

Apa hubungan keluarganya dengan pihak kekaisaran? Apakah bangsawan Barnett adalah bagian dari keluarga kekaisaran? Jika tidak, itu artinya ayahnya memiliki posisi penting di bidang kemiliteran kekaisaran.

Anne sepertinya harus cepat-cepat menyelidiki banyak hal tentang keluarganya dan dunia barunya. Masalahnya, bagaimana ia bisa melakukannya sementara ia menjadi burung dalam sangkar emas?

Pikiran Anne sibuk melayang jauh tentang bagaimana cara keluar dari mansion tanpa ketahuan meski seolah terlihat menyimak percakapan, sang tamu istimewa menegurnya setelah beberapa menit berlalu.

"Benarkah itu, nona Anne?"

"Hmm?"

Mata mereka berdua bertemu.

Tersirat kebingungan hebat di kedua bola mata Anne, dan sang tamu tampak ikut-ikutan bingung dengan reaksinya.

Melihat ini, buru-buru Calista menginterupsi.

"Kurasa Anne masih belum pulih benar. Ia kadang masih linglung dengan keadaan sekitarnya. Tolong maafkan, dia, Yang Mulia!"

"Oh! Benar juga. Demam tinggi dan kelelahan tak bisa diremehkan. Aku pernah mendengar beberapa prajurit yang tengah menjalankan tugas mengawal barang dagangan dari daratan Benua Timur memiliki gejala yang sama. Mereka meninggal karena terlambat ditangani. Kuharap dokter Marvin dan kawan-kawannya bisa menemukan obat demam baru yang lebih manjur suatu hari nanti."

"Tentu saja, Yang Mulia. Semoga begitu."

Calista tersenyum ramah, walau diam-diam keringat dingin menuruni punggungnya.

Berbeda dengan sang ibu, ayah Anne tampak santai. Ia memasang wajah tegas dan berwibawa miliknya, dan berkata dengan nada penuh perhatian, "Anne adalah gadis dengan penuh keberuntungan. Kalau hanya sekedar demam dan kelelahan tidak akan membunuhnya. Daya tahan tubuhnya kuat. Dokter Marvin mengakui hal itu!"

Tak disangkanya ternyata ayahnya sedikit sombong juga! Anne hanya bisa tertawa pelan dan canggung.

Selama hampir sebulan di keluarga Barnett, ia baru mengendus ada yang aneh dari mereka. Seolah ada rahasia besar yang mereka tutupi mati-matian darinya, entah demi apa. Namun, jika hal itu diketahuinya sepertinya bukan hal yang bagus. Ia berharap dugaannya salah.

Jika kakaknya ada sini, mungkin akan lebih mudah membujuk kedua orang tuanya dengan cara memintanya menjadi sekutu.

Kakaknya, Theodorus Barnett, juga sama sayangnya padanya. Itu terbukti dari surat yang dikirim untuknya secara teratur dengan isi yang penuh perhatian dan kasih sayang yang melimpah. Ada dua kotak berisi surat-surat dari kakaknya, jika saja ada yang melihat surat itu, mungkin dikiranya itu adalah surat sepasang kekasih. Begitu wangi dan ditulis rapih penuh kepedulian yang tinggi.

Theodorus atau biasanya dipanggil dengan sebutan Theo oleh para penghuni mansion adalah lelaki bertubuh tinggi tegap dan tampan. Saking luar biasanya fisik dan rupa sang kakak, jantung Anne berdebar tak karuan. Ia malu sendiri memikirkannya. Apakah ia kini tiba-tiba mengalami brother complex*? Sial! Kakaknya terlalu ikemen** sekali!

______

*Perasaan suka yang berlebihan pada saudara laki-laki sampai bisa menjadi rasa cinta

**Pria tampan dan seksi

Saat dulu ia berkeliling mansion, lalu tak sengaja melihat sosok kakaknya yang mengenakan seragam tugas pada sebuah lukisan keluarga, keningnya sedikit berkerut. Selain kagum dengan ketampanan putra keluarga Barnett. Sayang sekali mereka adalah kakak-adik! Mungkin ia akan mendekati kakaknya sebagai Sayako, bukan Anne Barnett!

Namun, hal yang menganggunya adalah warna rambut Theo. Rambut sedikit lebih cerah jika dibandingkan dengan miliknya. Kedua orang tuanya pun lebih menyerupai rambut sang kakak. Kenapa hanya ia yang sedikit lebih gelap jika diperhatikan lebih saksama?

Apa mungkin Anne adalah anak angkat?

Dalam hati, ia tertawa geli memikirkannya.

Jika benar mereka bukan saudara kandung, apaka ia boleh menjalin hubungan dengannya?

Pikiran gila dan menantang mulai mengisi otaknya.

Tapi itu tidak mungkin! Sungguh mereka terlalu baik jika memperlakukan perempuan yang bukan putri kandungnya dengan cara seperti itu! batinnya dengan hati yang agak dihinggapi perasaan seolah sedang lari dari kenyataan.

Ia dan Theo adalah anak-anak keluarga bangsawan Barnett! Kenapa ia mesti meragukan hal itu? Apakah pikiran anehnya itu gara-gara efek dari tinggal nikah oleh Shinji? Ia seperti orang tidak tahu malu! Bukankah ia sudah membulatkan tekad hidup sebagai perawan yang tidak tergoda oleh nafsu?

Syukur-syukur sekarang hidupnya sangat terjamin meski bagaikan burung dalam sangkar. Bukankah di dunia modern juga ada banyak yang seperti itu?

Selama jamuan minum teh itu, Anne tak berbicara sampai tiba saatnya sang utusan pamit. Calista, ibunya, mewakilinya dalam setiap pembicaraan yang ada. Dengan isi kepalanya yang campur aduk, ia yang sibuk sendiri bergulat dengan begitu banyak pertanyaan ajaib membuat semua kata-kata di meja taman berlalu layaknya angin sepoi-sepoi di hadapannya. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri!

Dan untuk menutupi ketidaksopanannya itu, ia tersenyum balik pada siapa saja yang menatap ke arahnya sambil tersenyum.

Setelah pamit dengan sedikit basa-basi, sang utusan kekaisaran yang ternyata adalah Perdana

Menteri yang Anne tak ingat siapa nama beliau sejak acara dimulai, mengingatkan ayahnya dengan cara berbisik.

1

"Aku harap pesta dansanya bisa berjalan lancar."

"Tentu. Yang Mulia. Saya akan memastikan hal itu berjalan sebagaimana mestinya!"

Ayah Anne membungkuk memberi hormat pada Perdana Menteri yang mulai menaiki kereta kudanya.

Anne yang berdiri di belakang bersama ibunya yang mengamit lengannya hanya bisa terbengong-bengong.

"Pesta dansa?"

"Iya. Pesta dansa kekaisaran."

Ibunya tersenyum bersemangat padanya.

"Pesta dansa kekaisaran?"

Anne mengalihkan pandangannya dari ibunya ke ayahnya yang tengah melambai pada kereta kuda yang makin menjauh dari gerbang mansion.

Ia tak mengerti, apa urusannya ayahnya yang seorang Grand Duke mengurusi sebuah pesta dansa kekaisaran? Bukankah ayahnya hanya terjun ke hal-hal terkait militer kekaisaran? Apakah ada rencana jahat yang berusaha merusak pesta itu, makanya ayahnya ikut andil?

Benar! Mungkin saja begitu!

Ia terlalu berlebihan dan paranoid telah memikirkan hal yang bukan-bukan selama ini!

Anne menggeleng pelan dengan tawa kecilnya, geli dengan prasangka tak berdasarnya.

Ayahnya bertugas di bagian kemiliteran, rasanya masuk akal jika keamanan keluarga sang pemimpin kemiliteran kekaisaran menjadi perhatian pihak istana. Jika tak bisa melindungi keluarganya sendiri, bagaimana bisa melindungi kekaisaran?

Hatinya tiba-tiba menjadi lega.

Begitu rupanya. Otaknya terlalu lambat mencerna situasi.

"Anne? Kenapa kau tertawa?" tanya ibunya heran.

"Bukan apa-apa, bu. Aku hanya senang acara hari ini berjalan lancar."

Ibunya tersenyum lebar, tampak bangga dan cerah.

"Ya. Kau benar. Syukurlah demikian!"

Calista menggamit kuat lengan sang anak dengan rasa gemas dan senang di saat bersamaan.

***


next chapter

Chapitre 10: Mencari Sekutu

Pada hari Minggu, tepat empat hari setelah acara minum teh bersama Perdana Menteri berlangsung, Anne menghabiskan hari-harinya yang sempurna dengan rasa bosan.

Dia ingin melakukan sesuatu yang baru.

Ternyata menjadi boneka hidup kesayangan keluarga bangsawan Barnett membuatnya jenuh juga.

"Runa, sampai kapan aku ditahan di rumah ini? Apa aku tak boleh keluar sekarang? Aku merasa bosan sekali," ucap Anne dengan ekspresi muka memelas yang dibuat-buat.

Runa yang menuangkan teh ke cangkir mungil dan indah pada sore hari yang damai itu menjadi

agak sedikit salah tingkah.

"Maaf, nona! Saya tidak punya kewenangan menjawab pertanyaan itu. Semua hal di mansion ini diputuskan oleh nyonya sendiri," Runa tersenyum kaku, lalu melanjutkan dengan nada sedikit bersemangat dengan wajah layaknya pencuri yang tengah beraksi, "mungkin ini bisa sedikit menghibur nona," di balik seragam pelayan hitam putihnya, dia mengeluarkan sebuah buku kecil.

Anne mengamati buku bersampul merah dengan ukiran dan tulisan emas tersebut yang kini berada dalam pangkuannya, dia menatap heran pada Runa yang merona merah.

"Apa ini?"

Runa terlihat panik saat Anne berusaha mengekspos buku itu secara terbuka ke atas meja.

"Apa nona sudah gila?!"

"Ada apa denganmu, Runa? Aku tidak mengerti," kata Anne kebingungan.

"Ssttt! Jangan keras-keras nona! Buku ini adalah buku 'itu', loh!"

Runa menutupi buku merah itu dengan nampan bawaannya.

"Buku... 'itu'?" bola mata Anne memancarkan kebingungan yang jelas, kepala dimiringkan.

"Nona! Apa nona juga sudah lupa dengan perintah nona sendiri?"

"Eh? Perintah?"

Runa tampak ingin menangis, matanya berkaca-kaca dengan mulut ditekuk bergetar. Ini membuat Anne merasa tidak enak.

"Ma-maafkan aku, Runa. Sepertinya ingatanku tidak akan pernah kembali. Kamu tahu sendiri, kan, aku sudah hampir satu bulan tersadar tapi masih seperti orang asing di antara kalian. Aku seolah terlahir seperti orang baru."

Anne tidak berbohong. Dia hanya menggunakan kebenaran dan fakta yang ada dengan caranya sendiri. Jadi, kenapa ia masih merasakan rasa bersalah pada pelayan pribadinya yang berdiri muram di depannya?

"Jika benar begitu, maka saya sungguh akan bersedih hati," Runa tiba-tiba berlutut di rerumputan dengan siku bertumpuk pada meja, kedua tangan saling menjalin seolah tengah berdoa. Wajahnya yang kecil manis mulai sembab oleh air mata, "saya masih bisa tahan sampai sekarang nona melupakan saya dan bersikap dingin. Tapi, jika untuk selamanya, saya rasa tidak akan bisa!"

"Ru-Runa! Kamu kenapa, sih? Kenapa tiba-tiba begini?"

Runa tidak segera menjawab pertanyaannya, pelayanan bertubuh kecil itu pun melepas kekakuannya selama ini yang ditahan mati-matian. Kedua tangannya meraih tangan Anne, menggenggamnya dengan erat.

"Nona! Nona bilang kita sudah seperti saudari sendiri! Kita sudah berteman sejak saya masuk ke keluarga ini di umur 12 tahun dan menjadi pelayan pribadi, nona! Sekarang saya sudah 17 tahun! Apakah 5 tahun hari-hari yang kita lalui bersama penuh suka duka hanya akan hilang begitu saja seperti ditiup angin lalu?"

"A-apa?"

"Saya berkata jujur, nona! Saya tidak berbohong!"

"Ru-Runa! Kamu boleh duduk dan bercerita mulai dari awal. Tidak enak dilihat seperti ini. Aku seperti sedang menyiksamu saja! Orang bisa salah paham!"

Kedua bola mata Runa membesar, ia terkejut dengan kebodohan yang dilakukannya. Bisa-bisa karena aksi semberononya itu, tuannya bisa mendapat citra yang buruk.

"Maaf, kan, saya, nona!" Runa segera berdiri, membungkuk meminta maaf sejenak sebelum akhirnya duduk dengan perasaan gelisah di salah satu kursi taman Mawar.

Anne yang memperhatikan kejanggalan itu, mencoba menegurnya secara halus.

"Kali ini ada apa lagi, Runa? Kenapa kamu duduk terlihat tidak nyaman?"

"Ah... itu... nona masih lupa ingatan, dan saya berani duduk di kursi ini, bagaimana saya bisa menjelaskannya nanti jika kepala pengurus mansion melihat saya? Apa sebaiknya saya duduk di bawah saja?"

Runa secepat kilat duduk bersimpuh di rerumputan, wajahnya diatur pada mode serius.

"Runa! Kalau begini, kamu makin menyusahkanku! Hanya duduk di kursi taman, apa yang salah dengan itu?"

Anne buru-buru berdiri dan menarik pelayan pribadinya agar segera berdiri.

"Haaaaaahh~" desahan berat dan suram keluar dari mulut Runa, satu kakinya mundur dan kedua tangannya diangkat setinggi dada, memasang kuda-kuda. Mukanya terlihat gelap.

"A-apa lagi, sih?"

"No-nona benar-benar seperti bayi yang baru lahir di dunia ini!"

Lah, emang begitu, kok! protes Anne dalam hati dengan perasaan gemas dan ingin menangis.

Runa memperbaiki posisinya, kedua bahunya lemas tak berdaya. Kedua bola matanya yang berwarna kuning kecoklatan seolah menatap kasihan pada Anne.

"Maafkan aku, Runa. Aku tak bisa mengingat bagaimana Anne yang dulu," saat mengatakan ini, Anne yang saat ini di dalamnya adalah Sayako dari dunia lain merasa harus sedikit jujur meski tersamarkan, apalagi pelayan di depannya ini sudah dianggap sebagai saudari oleh Anne yang asli.

Selain harus mencari sekutu mulai sekarang, pastinya Runa adalah orang yang istimewa, jadi dengan sangat hati-hati dia menambahkan kalimatnya, "aku tak bermaksud bersikap dingin pada siapa pun, khususnya padamu! Tapi, semua hal ini terasa baru bagiku sampai tak tahu harus berbuat apa! Maukah kau memaafkanku?"

Runa bergidik ngeri ketika Anne meraih dan menggenggam tangannya dengan mata berkaca-kaca.

"No-nona berkata begitu seolah orang lain saja!"

"Ah, maaf!" Anne segera melepas genggamannya. Sebagai gantinya dia tersenyum dan menaruh kedua tangannya di depan dengan posisi saling menjalin.

Runa menghela napas berat sejenak, lalu setelah melemaskan seluruh otot-otot di tubuhnya ia berkata dengan nada sedikit sedih, "sekali lagi saya katakan, saya tidak berbohong mengenai nona yang menganggap saya sebagai saudari! Saya tak berani mempertaruhkan nyawa saya demi ketamakan semata! Jika ingatan nona tidak akan kembali seperti dulu, maka saya bisa menebak keluarga Barnett akan mendidik nona mulai dari awal! Dan... dan saya akan benar-benar kehilangan saudari untuk selamanya. Mungkin lebih baik saya berhenti saja dari keluarga ini dan bergabung dengan para pedagang pengembara...."

"Men...didik?" Anne menghempaskan bokongnya ke kursi, tampak berpikir dengan satu telunjuk di dagu. Melihat reaksi Runa yang begitu parah, sepertinya ini adalah hal yang serius.

"Nona! Masa nona juga lupa hal dasar mengenai aturan tata krama antara pelayan dan majikan yang ketat?! Anda seperti kerasukan jiwa orang lain yang buta akan dunia ini!" Runa setengah

menggebrak meja mengatakan ini, keningnya bertaut hebat.

Oh, wow! Hebat juga tebakanmu itu, Runa! Andai kamu masuk ke tim investigasi Kanagawa, pasti banyak kasus yang terpecahkan dengan cepat! batin Anne dengan perasaan memuji tapi setengah meringis.

Dari tampak luar, Anne hanya bisa tersenyum kikuk dengan mata tertawa mendengar ucapan sang pelayan.

"Sayangnya, dengan berat hati aku katakan, aku benar-benar tidak ingat semuanya. Aku bahkan baru tahu kalau namaku adalah Anne Barnett."

Runa terlihat kecewa dan sedih, kedua bahunya merosot.

"Dokter Marvin adalah dokter paling hebat di negeri ini. Jika masih saja gagal, apakah kita perlu membawa nona ke dokter kekaisaran? Saya rasa mereka pasti dengan senang hati membantu keluarga Bangsawan Barnett. Bukankah hubungan kedua pihak sangat harmonis?"

"APAAA?" Anne memekik hebat mendengar ucapan santai Runa.

Dari komik-komik Korea yang berlatar kerajaan mirip Eropa—di mana dia saat ini berada di dunia semacam itu, Anne tahu bahwa bersinggungan secara langsung dengan pemerintahan atau kekaisaran bukanlah ide bagus. Cukup ayahnya saja, jangan dia juga!

Anne yakin dia bukanlah karakter utama seperti dalam dunia novel Korea yang dibacanya, mungkin saja dia hanyalah karakter pelengkap semata agar cerita terkesan seru!

Anne menolak pemikiran ia akan terlibat cinta segitiga dan menjadi orang ketiga. Itu terlalu klise dan melelahkan! Ia hanya ingin hidup damai sampai hari tuanya di dunia itu jika ia tak bisa kembali ke dunia lamanya.


L’AVIS DES CRÉATEURS
NatsuHika NatsuHika

Halo!

Nat-chan di sini!^^

Seharusnya saya up 5 bab kemarin. Tapi, karena kamar saya baru selesai direnovasi dan butuh pembersihan ekstra, maka saya harus memusatkan perhatian dan energi pada acara bersih-bersih kamar!

Awalnya, saya pikir hanya butuh kurang lebih 5 jam untuk menyelesaikannya, namun ternyata debu yang menempel di mana-mana membuat saya terpaksa menghabiskan kurang lebih 10 jam gosok dan sapu sana-sini.

Sangat melelahkan karena saya baru selesai pas pukul 11 malam. Dan iya, terpaksa juga saya mandi malam yang tidak baik untuk kesehatan itu. Huhuhu....

Jadi, hari ini saya up dulu dua bab, sisanya nyusul keesokan hari.

Bahkan bab baru untuk novel saya: "Perempuan Jenius Berhati Dingin: Istri Seorang Playboy!", terpaksa saya tunda dulu beberapa hari.

Semua novel saya memang upnya lambat karena saya orang yang sibuk, tapi yakin saja, saya pasti update, kok!

Gratis = sabarrrr!!

Hehehe. :)

Terima kasih telah membaca!

Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C9
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank 200+ Classement de puissance
Stone 0 Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous

tip Commentaire de paragraphe

La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

OK
" class="_close">

obtenir plus de pièces