Télécharger l’application
76.92% Penyesalan Seorang Istri / Chapter 10: Luapan Air mata

Chapitre 10: Luapan Air mata

kini aku hanya bisa berteriak dalam hati, dan hanya bisa meluapkannya sambil menjambak-jambak rambutku. Karena aku tak sanggup untuk membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya didalam hidupku ini.

" Letta.... ! Tok... Tok... Tok.. !! kamu tidak apa-apa kan ?! kenapa kamu diam saja, Letta ayo kamu makan dulu !"

Suara Ibu kembali lagi menyadarkan diriku dari semua pikiran-pikiran yang hampir membuat diriku menjadi gila.

Akhirnya aku pun melangkahkan kaki ini dengan perlahan untuk menghampiri pintu kamar ku... melangkah untuk menghadapi sebuah masalah yang masih belum bisa aku bayangkan dalam pikiran ku.

" Kaaak Lettaa.... !!"

Dengan suara yang sangat lantang Laurent memeluk tubuhku dengan begitu kencang begitu dia melihat diriku membuka pintu kamar ini.

" Sana kamu mandi dulu ! setelah itu baru makan, Ayah sudah menunggu mu dari tadi !"

Ibu berkata tanpa melihat wajah ku terlebih dahulu.

" Gleg .. "

Aku langsung menelan ludah ku, setelah aku mendengar perkataan Ibu kepada ku, karena dugaan ku ternyata benar sekali. Belum sempat aku membalas pelukan hangat dari Laurent kini rasanya aku sudah ingin kembali masuk kedalam kamar ku lagi. Aku sudah tahu bahwa Ayah dan Ibu tidak akan berhenti begitu saja untuk mencecar diriku tentang Hansen.

" Kak Letta bauu... !! ayoo sana mandilah dulu !"

ujar Laurent dengan suara yang sedikit keras, lalu dia menarik tangan ku agar segera pergi ke kamar mandi. Namun diri ini seakan tidak memperdulikan suara Laurent karena kini yang ada di pikiran ku adalah niat ku kembali untuk segera pergi dari rumah ini.

" Kak... ! ini handuknya sudah Laurent ambilkan, ayoo sana mandilah dulu... !!" teriak Laurent kembali.

Aku terkesiap karena tiba-tiba tanganku di berikan handuk oleh Laurent lalu dia mendorong tubuhku kembali menuju kedalam kamar mandi.

" Hhhmmmmm... !"

Saat ini aku hanya bisa menghela nafas ku karena mau tidak mau aku harus mengikuti aturan yang telah Ibu katakan kepada ku, yaitu aku harus mandi terlebih dahulu setelah itu baru aku bertemu dengan Ayahku , karena Ayah sudah menunggu diriku di meja makan.

Mungkin aku memang harus sudah menyiapkan hatiku dari sekarang karena apa yang akan terjadi nanti aku masih belum bisa membayangkannya.

" Eeiih.. !"

Tiba-tiba aku tersentak kaget karena Julian menahan tanganku sebelum aku menutup pintu kamar mandi ini.

" Kak Letta, kalau bisa saat ini kakak jangan bertemu dengan Ayah dulu, karena aku tahu pasti Ayah dan Ibu akan membuat kak Letta sakit hati lagi, aku tahu apa yang Ayah dan Ibu katakan juga tuduhkan kepada Kak Letta semua itu tidaklah benar, oleh karena itu aku hanya bisa memberitahukan kepada kak Letta agar tidak usah menuruti permintaan mereka. Oh ya, Julian sudah menyiapkan makanan untuk kak Letta didalam kamar, jadi kak Letta nanti bisa makan di dalam kamar saja tidak usah ke ruang makan dan jika nanti kak Letta sudah selesai makannya, kak Letta bisa kirim chat kepadaku, biar aku yang akan mengambil piring kotornya nanti ".

Aku terdiam bagaikan patung setelah aku mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh Julian.

Dia berkata membuat hatiku menjadi terasa sesak dan sedikit sakit, karena kini aku tahu bahwa sesungguhnya aku tidaklah sendirian dalam rumah ini karena masih ada yang mau perhatian dengan diriku dan mengerti tentang keadaanku yang sesungguhnya.

Ku tutup langsung pintu kamar mandi ini tanpa memberikan jawaban kepada Julian

karena aku tidak mau dia melihat ku meneteskan air mata ini.

Ya... tentu saja aku jadi menangis karena aku sangat menyesal mendengar semua kata-kata itu, mengapa semua kata-kata itu keluar dari mulut seorang Julian mengapa bukan dari mulut seorang Ibu yang seharusnya membela diriku dari ketidak adilan yang dituduhkan oleh Ayah kepadaku ! mengapa... mengapa Ibu malah ikut mendukung Ayah dan senang melihat diriku menderita ?!

Air mata ini semakin deras dan tidak tertahankan, karena aku terus mengingat rasa sakit hati yang selalu ku pendam selama ini. aku semakin terlena untuk meluapkan semuanya dibawah shower yang kencang membasahi kepalaku saat ini.

Tetapi aku sadar bahwa aku tidak boleh menangis seperti ini terlalu lama, karena jika aku terlalu lama di dalam kamar mandi maka yang terjadi adalah permasalahan yang baru akan terjadi Karena praduga apa yang ku tangisi didalam kamar mandi ini. semua itu akan terjadi karena saat ini semua yang kulakukan pasti akan dikait-kaitkan oleh Hansen.

" Cukup Letta ! kamu harus selesaikan semua masalah ini karena apa yang akan terjadi tetaplah akan terjadi, meskipun itu saat ini, lusa ataupun nanti tetap saja Ayah dan Ibu pasti akan menuduh diriku karena di mata Ayah dan Ibu, aku ini adalah pendosa nomor 1 di dalam rumah ini".

Sambil menyeka air mata ku, aku menyemangati diriku sendiri dalam hati untuk menghentikan air mata yang terus keluar dari mataku ini.

" Semoga ruangan dapur sepi !"

Aku membuka sedikit pintu kamar mandi ku, mataku pun langsung melihat ke sekeliling ruangan dapur ini jika tidak ada orang maka itu adalah kesempatan bagiku untuk berlari masuk secepatnya kedalam kamarku.

" Syukurlah.... ", ucapku dengan sangat lega begitu aku masuk kedalam kamar ku dan mengunci kamar ku dengan cepat.

Aku pun segera memakai pakaian denim ku yang memang sudah ku persiapkan sebelumnya. Karena aku harus berjaga-jaga jika terjadi sesuatu maka aku sudah siap untuk bergegas pergi dari rumah ini.

Kini mataku langsung tertuju pada makanan yang tertata rapi diatas meja belajar ku, semua itu membuat diriku menjadi tersenyum kecil, karena rasa terima kasih ku atas semua ini kepada Julian.

Jujur saja mulai saat ini aku sudah harus membuat diri ku ini membuang semua rasa terhadap Julian dan Laurent karena jika aku mengingat mereka berdua yang terjadi hati ku akan kembali luluh dengan tekad dan keinginan ku.

Aku tidak mau menjadi lemah karena dari segi umur ku sesungguhnya aku ini bukanlah lagi anak-anak yang harus selalu di protect ataupun di kekang oleh Ayah dan Ibu. Mungkin masalah Hansen ini adalah suatu jalan agar aku bisa merencanakan masa depan yang kuinginkan selama ini.

" Huuuufttt.... !"

Ku hela nafas ku kembali sambil tangan ku meraih bangku gaming pink kesayangan ku lalu aku pun langsung duduk dengan santai diatasnya karena aku bersiap-siap menyantap makanan yang sudah di sediakan oleh Julian untuk ku.

" Pink... mungkin ini adalah pertemuan kita yang terakhir, aku berharap kamu nanti tetap dirawat dan dipakai dengan baik ya... !" ucapku sambil mengelus-elus bangku gaming yang saat ini ku duduki.

Sesungguhnya aku merasa berat jika meninggalkan semua barang-barang yang ada dikamar ku ini, karena semua barang yang ada didalam kamar ini ku beli dengan hasil keringat ku sendiri, jadi secara jujur aku akui jika aku ingin sekali membawa semua barang-barang ini pergi bersama ku.

----->

Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,

agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih

kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,

Chand.

NB :

Instagram : @Divanandadewi

Facebook : @Chandrawati2019


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous